Fanfic pertama nih... Agak bingung juga bikinnya karena belum pengalaman. Hiks. Tapi semoga bisa menghibur~! ^^

Semoga juga belum ada yang bikin fic kaya' gini... hehe.


Krieet... Pintu kantor detektif Kogoro Mouri berderit pelan saat aku membukanya. Belum dikunci. Padahal malam sudah selarut ini. Seharusnya tadi aku menginap di rumah profesor saja agar tidak merepotkan seperti ini.

Di sanalah aku melihatnya. Ia tertidur dalam posisi duduk di dekat jendela. Ia menungguku pulang. Ku dekati tubuhnya yang sedang tidur pulas dalam posisi tak nyaman itu. Matanya basah. Sepertinya tadi ia menangis. Merasa bersalah, kuhidupkan ponselku yang kumatikan sejak tadi.

Ada dua pesan masuk. Untung tidak membuat Ran terbangun.

'Shinichi, kau dimana?'

Dari Ran.

Kubaca pesan berikutnya.

'Pulanglah, aku menunggumu.'

Dari Ran juga.

Aku memang belum bisa menemuinya dengan wujud asliku. Aku juga jarang berbicara padanya dengan suara asliku yang hanya bisa aku lakukan lewat telepon.

Aku bahkan bisa melindunginya walaupun aku hampir selalu bersamanya. Seperti saat itu...


"Halo!? Halo!?" teriakku pada ponselku, dengan suara asliku. Menunggu jawaban dari seberang sana.

"HALO APANYA!? KE MANA SAJA KAU SAAT RAN DALAM BAHAYA!?" suara sonoko menjawab panggilanku.

"Eh, apa maksudmu...?"

"Kami dalam masalah karena mobil kami menabrak pohon..."

"Eh, kenapa menabrak pohon?"

"Apa boleh buat, wajah pelaku pembunuhan yang menyetir mobil bonyok dihajar tendangan samping ran..."

"Oh, begitu..."


Aku tak ada saat ia dalam bahaya.

Dan aku melibatkannya dalam bahaya.


'40... Eh, 50 orang... Siapa mereka!?' pikirku. Bingung.

"CONAAAN!!"

'Ran!?'

"Eh?" Ran terlihat bingung. "CO, CONAN!?"

DUAK! BUKK! DUAKK!

BRETT!

"UH!" lengan Ran tergores pisau

'Mereka serius...'

"RAN!?"

"Terlalu banyak"

"Kumohon, pinjamkan kekuatanmu... MAKOTOOO!!!" jerit Sonoko.


Dan Makoto pun datang. Makoto bisa melindungi Sonoko. Tidak seperti aku. Aku lemah. Aku pengecut. Bahkan Ran tidak memanggil namaku.

Aku tidak dibutuhkan. Ran sudah cukup kuat. Keberadaankulah yang merapuhkannya. Aku yang membuatnya menangis seperti ini.

Aku ini lelaki yang paling tidak berguna. Membuatnya menunggu begitu lama. Padahal kepastian untukku kembali dalam wujud asliku belum jelas. Padahal aku sudah berjanji padanya bahwa aku akan kembali. Bodoh.

Kubelai rambutnya yang panjang, berharap itu bisa menyampaikan rasa sesalku padanya.

"Shinichi...?" panggilnya. Ia menegakkan posisi duduknya. "Conan, kau sudah pulang." ujarnya begitu melihatku. Tersirat sedikit kekecewaan dari kata-katanya.

"Kak Ran tertidur di sini. Aku ingin membangunkan Kak Ran."

"Oh, terimakasih." senyumnya begitu menenangkan hatiku. "tapi itu berarti yang tadi hanya mimpi." lanjutnya kecewa.

"Memangnya ada apa, Kak Ran?"

"Shinichi pulang..." matanya menerawang jauh ke luar jendela. "ah, sudahlah, lupakan saja. Itu kan hanya mimpi."

Bahkan mimpinya pun aku rusak. Mimpinya atas kepulanganku yang aku sendiri belum tentu dapat mewujudkannya.

Aku tidak berguna. Maaf.

Dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengejar kelompok itu sampai kemanapun, agar aku bisa kembali ke tubuh asliku dan bertemu dengan Ran. Sampai saat itu, aku akan berusaha menjauhimu. Aku akan pergi dari sini. Aku tak akan kembali kecuali dengan tubuhku, agar aku dapat berbicara padamu dengan suaraku. Kumohon tunggulah sebentar lagi.


Begitulah... Review please...