Halo Senpai…..*teriak pake TOA*
Saya adalah author baru di ffn,jadi ini adalah fic pertama saya. Saya berharap senpai-senpai sekalian berkenan mampir sebentar untuk membacanya+review.
.
Disclaimer : Kalau Bleach punya saya, saya sudah lama nikahkan Ichigo ma Rukia. Karena mereka belum nikah-nikah, Bleach masih milik Kubo-sensei (Tite Kubo)*maksud loe kalau ichi ma rukia nikah bleach punya loe gitu* *Ya,terserah kubo-sensei juga**dlempar panci ma kubo-sensei*. Tapi kalau STRONGER by Ray Kousen7
Rated : T
Pairing : Ichigo Kurosaki and Rukia Kuchiki
Genre : Adventure and Fantasy
Warning : Prolog kepanjangan, OC, gaje, typo, aneh, dsb.
Summary : Apakah kalian tahu takdir apa yang tidak bisa diubah di dunia ini? Sudah pasti jawaban kalian semua adalah kematian. Setiap umat manusia –tidak– setiap makhluk di jagat raya ini telah ditentukan garis kematiannya sejak lahir. Tidak ada yang bisa menantangnya, tidak ada yang bisa mengelaknya, tidak ada yang bisa menghindarinya, semua orang tahu itu. Tapi apakah kalian tahu ada satu takdir lagi yang tak mampu diubah, tapi tidak digariskan kepada seluruh makhluk? Anda penasaran? Silahkan singgah untuk membaca fic ini. Sesuatu yang seharusnya idak Anda ketahui, Anda akan segera mengetahuinya.
.
DON'T LIKE, DON'T READ
.
.
SOUL SOCIETY, MUSIM PANAS, PAGI HARI
Hari ini, cuaca cerah –tidak –sangat cerah, tidak ada awan sedikit pun di langit. Biru membahana, menguasai, dan merajai langit tanpa ada bercak putih yang menganggunya. Warna biru menang hari ini. Damai, tenang, dan desahan angin yang lembut, cocok menggambarkan suasana yang menenangkan hati. Untungnya suasana ini disajikan kepada para makhluk yang bertempat tinggal di dunia para roh, biasa disebut Komunitas Roh, tapi lebih akrab dikenal dengan nama Soul Society.
Hari ini, menandai berakhirnya 1 musim –musim gugur –dan awal masuknya musim panas. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperingati pergantian musim ini tapi untuk warga Soul Society, hari ini hanyalah awal untuk memulai sesuatu yang baru, melanjutkan kegiatan kemarin yang tertunda atau menjalaninya seperti biasa dengan hari-hari yang lainnya. Tidak ada yang tahu, hari ini akan menjadi awal bagi mereka melihat pintu penuntun langkah mereka menginjak hari esok. Dan di saat pintu itu tertutup, perang berdarah telah menunggu di depan mata.
.
Untuk pengecualian prinsip ketidaktahuan itu sepertinya akan disandang Komandan Batalion 13, Kapten Divisi I, Genryuusei-Shigekuni Yamamoto. Ciri-ciri –seorang kakek, berumur lebih dari 1000 tahun atau lebih dari 1500 tahun –mungkin –kepala tak berambut, mata sipit. Penampilan yang paling kontras –alis, kumis, dan janggut yang panjangnya melebihi normal, berwarna putih –khas seorang yang sudah berumur tua –sepanjang waktu tongkat besar setinggi pinggangnya selalu mendampinginya. Mengenakan kimono hitam-seragam resmi Shinigami –lebih akrab disebut Shihoukusou dan haori putih berlambang angka 1 dalam tulisan kanji.
.
Alis putihnya berkedut sesaat, cengkraman kedua tangan di tongkatnya semakin erat. Soutaichou –panggilan akrabnya untuknya dari seluruh prajurit Batalion 13 –termasuk 12 kapten –membuka suara…
"Kau sudah datang?" tanyanya.
Jawaban hening.
"Kau dan dia tidak ada bedanya, sangat suka membuat orang tua menunggu. Setidaknya, untuk hari ini aku akan berbaik hati memaafkanmu. Aku tidak punya banyak waktu, Bocah. Jadi jangan bicara yang tidak penting." Lanjutnya.
Bibir dengan balutan pink ungu tersungging senyum. Wanita paruh baya dengan tinggi semampai berdiri cukup jauh di belakang Soutaichou yang sekarang berdiri di beranda luas kantor divisinya, Divisi I. Si Kakek sedang menerawang jauh ke depan.
"Apa pernyataan dingin itu adalah sambutanmu, Jii-san? Aku pikir, aku terlalu berharap tinggi mendapatkan pesta sambutan darimu setelah lama tidak bertemu hampir 900 tahun. Padahal, aku rela mengenakan kimono kesayanganku yang mahal ini demi bertemu denganmu, Jii-san. Tapi aku sungguh kecewa…" katanya sambil menghela nafas panjang.
Menunggu tanggapan dari orang yang dipanggil Jii-san, wanita cantik ini berkacak pinggan dengan tangan kirinya, tangan kanannya memainkan kipas besi ukuran sedang berwarna hitam. Menutup, membuka, menutup, membuka, berulang kali. Dia mengenakan kimono putih panjang bercorak bambu yang terjuntai hingga tumitnya. Rambut peraknya diikat melilit bulat ke atas dengan tusuk sanggul untuk mempertahankan bentuknya. Mata abu-abunya tetap menatap punggung Soutaichou, menunggu dengan sabar.
"Bukankah sudah ku katakann padamu Haruna –untuk tidak bicara yang tidak penting? Kau sama sekali tidak berubah, masih saja sulit mendengarkan perkataan orang tua." Katanya.
Menghentikan kegiatan dengan kipasnya, meletakkan benda itu di selipan kimononya, wanita bernama Haruna mendekati Soutaichou dan berdiri 1,5 meter di sampingnya. Kedua tangannya memegang pagar kayu setinggi pinggangnya, menutup matanya, menghirup udara lama lalu menghembuskannya. Mata abu-abunya pun menerawang jauh ke depan.
"Itulah satu-satunya yang paling kubanggakan, Jii-san. Karena sifatku itulah –yang membuatku menduduki posisiku sekarang." Katanya. Dia tersenyum dan menoleh kepada orang tua di sebelahnya. Tinggi wanita ini hanya berbeda sekitar 10 cm dari Soutaichou.
"Suram dan dingin –telah menghilang bersama angin sejak aku menggantikan posisi ayahku. Walaupun di awalnya tidak semudah yang kuduga tapi setidaknya senyum masa depan mulai merekah di klan kami" katanya, menoleh sekali lagi. "Klan yang ingin kalian lenyapkan tanpa jejak" lanjutnya.
"Ayahmu, Ryoga Kurogane" tanggap dari mulut tuanya.
.
.
Klan Kurogane adalah klan Mahoutsukai (penyihir). Mereka klan Mahoutsukai satu-satunya yang tersisa di Soul Society (Komunitas roh/tempat hidup para roh). Klan Mahoutsukai sebenarnya suku yang pertama kali ada di Soul Society jauh sebelum Shinigami (Dewa Kematian) muncul.
Dasar kekuatan Shinigami itu sendiri berasal dari Mahoutsukai. Tapi karena sifat keserakahan dan ingin menguasai dari masing-masing kedua belah pihak, maka terjadilah perselisihan dan peperangan. Dan Jawaban,'Siapa yang memenagi peperangan itu?' sudah jelas terpampang sekarang di wajah Soul Society.
Shinigami, kekuatan mereka jauh lebih besar membuat Soul Society menjadi kendali di bawah tangan mereka.
Keraguan –perang ini tidak akan terjadi untuk kedua kalinya –Shinigami menghabisi hampir seluruh klan Mahoutsukai yang ada di Soul Society dengan alasan kata 'perdamaian'. Sejak itu, mereka merombak Soul Society yang seperti di lihat sekarang ini.
Soul Society terdiri atas 2 wilayah, Seireitei dan Rukongai. Seireitei –wilayah para Shinigami dan Rukongai –wilayah para konpaku (roh biasa tanpa reiatsu –tekanan roh). Tapi sebenarnya ada satu wilayah lagi yang sebagian besar tidak ada yang mengetahuinya, bahkan para Shinigami. Wilayah itu disebut Chihoukurou (Wilayah Hitam).
Chihoukurou terletak sangat jauh dari Rukongai. Tepatnya –posisinya di bawah tanah yaitu kota bawah tanah yang dilindungi kekkai (pelindung) yang sangat kuat. Dan jangan bertanya lagi, siapa yang hidup di sana? Merekalah para klan Mahoutsukai yang berhasil bertahan hidup hingga saat ini sejak peperangan terjadi jutaan tahun yang lalu dan klan Kurogane salah satunya. Itu berarti bukan hanya klan Kurogane satu-satunya yang bertahan hidup, tapi ada beberapa klan kecil yang hanya bisa dihitung dengan jari.
Dikarenakan klan Kurogane adalah klan terbesar yang berhasil selamat saat itu, klan kecil Mahoutsukai menyatukan diri ke dalam klan Kurogane dan berhasil bertahan hingga saat ini.
.
.
"Wow…Jii-san, kau masih mengingat baik nama ayahku. Padahal, sudah lebih dari 1000 tahun" tanggap Haruna pura-pura terkejut.
"Bocah Bodoh! Aku juga tidak ingin mengingat nama laki-laki itu. Ini semua karena 'kejadian itu' yang membuatku pun harus mengingatnya." Keringat Soutaichou tiba-tiba mengucur deras, tongkat yang digenggamnya pun bergetar, dan untuk pertama kalinya sejak perbincangan ini dimulai, dia membelalakkan mata sipitnya sebelah kiri. 'Kejadian itu' adalah sesuatu yang tabu dan mengerikan –sampai-sampai membuat Shinigami terkuat di Soul Society tidak tenang. Mata kirinya yang terbelalak seakan menguak kembali kejadian menakutkan 1000 tahun yang lalu dan berhubungan erat dengan laki-laki bernama Ryoga Kurogane.
.
.
Haruna lebih lengkapnya Haruna Kurogane, putri Ryoga Kurogane, adalah ketua klan Kurogane sekarang. Ayahnya, Ryoga adalah ketua klan sebelumnya. Prinsip kepemimpinan Haruna dan ayahnya sangatlah berbeda. Kepemimpinan Ryoga saat itu hampir saja menjatuhkan klan Kurogane. Ryoga memimpin klan dengan penuh kediktatoran, membuat klannya sendiri jatuh ke dalam masa kesuraman. Setelah Haruna menggantikan posisinya, dia membangkitan klannya yang hampir jatuh dengan susah payah, berbagai pengorbanan harus dilakukannya, ratusan –tidak –bahkan ribuan nyawa harus termakan demi klan. Percikan darah sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Untungnya hal tersebut hanya berlangsung selama 200 tahun, dan menikmati kerja kerasnya selama 350 tahun. Itu berarti hingga hari ini, usia kepemimpinannya sebagai ketua klan telah menginjak umur sekitar 550 tahun.
.
.
Haruna yang secara tidak sengaja mengingat kembali orang yang paling dibencinya walaupun ayahnya sendiri, tersadar dengan ekspresi aneh Pak Tua di sebelahnya. Seakan tahu penyebabnya, tanpa ragu dia semakin mendekat, menempelkan kipas besi hitamnya di pundak kiri Pak Tua. Hanya sekian detik, Soutaichou mampu mengendalikan kembali emosinya. Dengan tatapan datar, Haruna tetap menerawang jauh ke depan, tidak memperdulikan si Kakek yang melirik kepadanya.
"Reihonbu Yokusei (Pengendalian Pusat Roh)" kata Pak Tua.
Haruna meliriknya sebentar "Tidak ingin mengucapkan terima kasih?" katanya.
"Aku tidak menyuruhmu, Bocah Nakal!" tanggap dingin Komandan Kapten.
Si Wanita hanya tersenyum. "Mengingat -'kejadian itu' memang luar biasa dan mengagumkan tapi juga sangat menakutkan. Salahkan dirimu Jii-san yang terlalu kuat sehingga kekuatanku tidak mempan padamu dan kau pun harus merasakan hawa mengerikannya" katanya.
"Ini pertama kalinya aku merasa menyesal berumur panjang harus merasakannya 2 kali" sesal Soutaichou.
Haruna menanggapinya dengan tawa terbahak-bahak hingga dia harus menekan perutnya agar tawanya terhenti. Setetes air matanya pun harus jatuh membasahi pipi putihnya karena tawa yang terlalu berlebihan. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya kembali.
"Astaga! Aku tidak pernah menyangka itu akan kau utarakan Jii-san." Masih berusaha mengatur nafasnya. "Tapi aku yakin kau tidak akan menyesal Jii-san karena 'kejadian waktu itu' dan 'kejadian kali ini' tidak bisa dibandingkan" senyum menyeringai.
"Apa maksudmu, Bocah?" Tanya Soutaichou penasaran.
Wanita berambut putih ini hanya menanggapinya dengan senyum lebar lalu membentangkan kedua tangannya, menutup matanya, untuk merasakan lebih dalam sejuknya angin musim panas di pagi hari. Hanya beberapa menit berlangsung, dia kembali ke posisinya semula.
"Kau pasti akan berutang terima kasih padaku kali ini Jii-san karena mampu membangkitkan klanku. Melihat sejarah Mahoutsukai dan Shinigami, kita tidak akan pernah melihat arti kata damai. Dendam, itulah rasa yang sudah kami kubur dalam agar tidak menoleh ke belakang. Menyadari apa tujuan Mahoutsukai ada adalah satu-satunya penuntun jalan kami. Menjalankan tugas dari Soul King adalah alasan satu-satunya yang membuat kami bertahan hingga saat ini" ucapnya tegas dan tatapan tajam mata abu-abunya pada hamparan banguann di Seireitei. "Walaupun kami harus hidup di dalam kegelapan tanpa mengeathui kapan kami bias keluar melihat cahaya." Dan angin pun membelai lembut rambut indahnya.
"Aku tidak menanyakan sejarah, Haruna? Jawab pertanyaanku tadi!" kata Soutaichou tegas. Merasa pertanyaan yang dilontarkan Pak Tua tadi belum terjawab.
"Peristiwa yang akan terjadi hanya sekali dalam 10 ribu tahun" jawab Haruna tegas dan mantap.
Untuk kedua kalinya mata sipit kirinya terbelalak lebar, tidak bergeming, hening, hanya ada desahan angin dan suara nafas mereka berdua.
"Aku yakin kau pasti sangat terkejut, Jii-san." Berjalan membelakangi Pak Tua, lalu mengeluarkan sebuah amplop putih dari kimononya, meletakkannya di meja kerja Komandan Batalion 13 tersebut.
"Sejak kapan kau mengetahuinya?" Tanya Soutaichou. Tidak bergeming dari posisinya.
"Itu sesuatu yang tidak perlu kau ketahui, Jii-san. Hah….. aku agak sedikit kesal dan iri, kejadian luar biasa ini menimpa pihak kalian. Tapi ya sudahlah, aku tidak terlalu peduli. Hari ini pasti akan menjadi hari yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku" ucapnya sumringah, masih tetap membelakangi Jii-san. Haruna mengeluarkan kipas besi hitammnya atau akrab disebut Akuma Ougi (Kipas Iblis), membentangkanya. "Seluruh persiapan di pihak kami telah sempurna, sisanya pasukanmu Jii-san. Tolont lakukan sebaik-baiknya!" katanya, menoleh ke belakang sesaat. "Semoga umur kita cukup panjang untuk bisa bekerja sama lagi. Sampai jumpa Jii-san!"lanjutnya, lambaian tangan membelakangi dan menghilang.
.
Hening, hening, hening….
Itulah suasana yang tergambarkan saat ini di ruangan kantor Divisi I seperginya wanita cantik berambut perak, Haruna Kurogane. Komandan Batalion13 masih belum beranjak dari posisinya, mata sipitnya memancarkan keseriusan yang kuat, pegangan pada tongkat semakin erat.
"Siapa kali ini?" gumamnya. Pertanyaan yang ditujukan pada angin yang mendesah. Pak Tua mendongakkan kepalanya,"Mungkin, ini pun akan menjadi pengalaman tak terlupakan" gumamnya pelan.
"Sasakibe-fukutaichou" panggilnya tegas.
Wakil-Kapten Divisi I, Choujirou Sasakibe, muncul sambil berlutut hormat di belakangnya. "Ya, Soutaichou-dono" jawabnya lantang.
"Panggilkan Soifon-taichou" perintahnya.
Wakil Kapten berambut putih ini pun menjawab hormat, lalu menghilang secara cepat untuk melaksanakan tugas khusus dari atasannya.
.
Akhirnya Yamamoto-soutaichou pun beranjak seperginya wakil kaptennya. Menuju meja kerja dan duduk, memandangi amplop putih yang ditinggalkan ketua klan Kurogame tersebut. Dia membukanya dan untuk ketiga kalinya, mata sipit kirinya membelalak lebar. Hening, hanya suara nafas sang Kakek yang terdengar.
"Jadi dia selanjutnya" gumamnya, menutup setengah bagian kertas, sehingga jika ada pihak lain yang sedaang berdiri di samping si Kakek, pihak itu hanya mampu melihat sebuah nama yang diakhiri huruf A dalam tulisan katakana.
.
.
DIVISI KE-10
Mata emeraldnya memadang langit penuh kecemasan dari jendela kantor divisinya.
"Ada apa dengan hari ini?" gumamnya. Serius menikmati dunia lamunannya, kapten termuda di Batalion 13 ini, Toushirou Hitsugaya tidak menyadari akan datangnya bahaya dari belakangnya.
"Taichou, coba tebak siapa?" Bermain adu tebak dengan menutup kedua mata emerald kapten berambut putih tersebut dari belakang.
"Matsumoto! Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" geram Hitsugaya melepaskan kedua tangan wakil kaptennya, Rangiku Mtasumoto. Kembali memandang langir tanpa menoleh ke belakang untuk memberikan hukuman lebih atas kejahilan wakil kaptennya. Rangiku yang merasa aneh dengan ekspresi kaptennya, berani mencoba mengorek informasi.
"Ada apa, Taichou?" tanyanya, lalu mengarahkan pandangan ke langit mencoba mencari apa yang membuat kaptennya kelihatan gelisah. "Apa akan hujan? Tapi ini kan awal musim panas, bahkan di langit tidak terlihat awan sedikit pun " terkaan Rangiku.
"Entahlah….hanya saja langitnya…"
"Iya, langitnya….?" Penasaran Matsumoto.
"Langitnya…." Tunda Kapten muda ini setelah menyadari ada yang salah dengan orang yang bertanya. Lalu berbalik menghadap Mtasumoto dengna geram. Matsumoto hanya cengegesan dengan tatapan seram kaptennya.
"Matsumoto…..Cepat lanjutkan kerjanya?" teriak Hitsugaya.
Matsumoto dengan spontan menjawab, "Baik, Taichou!"
"Dasar…" gumamnya, lalu kembali memandang langit.
"Langitnya…terasa berat" gumamnya lanjut lalu menghela nafas.
.
.
DIVISI KE-6
Pagi hari yang begitu hangat menjadi penyemangat sendiri bagi anggota Shinigami yang tergabung dalam Divisi ke-6. Divisi ini telah memperlihatkan kesibukannya sebelum 2 atasan mereka datang. Baru saja dibicarakan, Shinigami dengan haori berlambang angka 6 dengan tatapan dingin bersama dengan pria berambut merah menggunakan lencana jabatan yang terikat di sebelah kiri lengannya, mengikuti atasannya dari belakang. Para bahwahan mereka pun menyapa mereka dengan hormat seperti biasa.
Seorang pemuda yang memiliki alis aneh seperti wakil kaptennya, menyapa mereka berdua seperti bawahan yang lain. Panggil saja pemuda ini, Rikichi.
"Selamat pagi, Kuchiki-taichou. Selamat pagi Abarai-fukutaichou" sapanya dengan hormat sambil membungkuk rendah.
Lalu tiba-tiba Kapten Divisi ke-6 yang juga menjabat ketua salah satu 4 klan bangsawan terbesar di Soul Society, Byakuya Kuchiki menghentikan langkahnya sebelum tiba di kantor kerja divisinya. Renji Abarai yang berada di belakangnya pun terkejut.
Sementara Rikichi yang menyadari kaptennya yang tiba-tiba berhenti saat disapa olehnya merasa bersalah jika sapaannya membuat kaptennya terganggu. Dengan bungkuk semakin dalam, keringat yang tiba-tiba mengucur di pelipisnya, dia memberanikan diri berkata,
"Ma…..Maafkan…." belum Rikichi melanjutkan, perkataannya telah disela.
"Angin berhembus lebih dingin dari biasanya."sela Byakuya. Langit didampingi alunan lembut angin, menyentuh kulit wajahnya dan membuat rambut hitam sang Kapten menari pelan.
Renji yang seakan mengerti maksud kaptennya menanggapinya dengan tenang lalu memadang langit dengan menyipitkan matanya.
"Saya pun merasa seperti itu, Taichou" tanggapnya.
Byakuya yang mendengar tanggapan tersebut melirik sebentar wakil kaptennya dari sudut matanya. Lalu kembali melanjutkan perjalanannya ke kantor kerja divisnya diikuti Renji dengan tenang di belakangnya.
Rikichi yang dari tadi menunduk, mengangkat kembali wajahnya setelah mengetahui kedua atasannya telah pergi. Dia tetap berdiri melamun tidak mengerti.
.
.
DIVISI KE-11
Seorang gadis berambut pink menopang dagunya dengan malas sambil sesekali melirik pria bertubuh besar di sampingnya. Rambut hitam, mata sipit yang tajam, mengenakan haori berlambang angka 11, itulah ciri-ciri pria tersebut. Duduk dengan malas di divisinya, menatap langit.
"Ken-chan?' panggil Yachiru Kusajisi, Wakil Kapten Divisi ke-11.
"Hn" tanggapnya ringan.
"Ada apa Ken-chan?" Tanya Yachiru.
Makhluk yang ditanyai tidak menjawab. Masih belum bosan melepas aktivitasnya dari tadi. Lalu dia berdiri tanpa menggubris pertanyaan khawatir wakil kaptennya. Tanpa disuruh Yachiru langsung naik ke pundak Kenpachi Zaraki, Kapten Divisi ke-11.
"Ken-chan? Mengapa kau tidak bersemangat?" tanyanya.
"Entahlah…." jawab Kapten Zaraki singkat.
.
.
DIVISI KE-5
"Hah…hah….hah…" perempuan dengan lencana jabatan terikat di sebelah kiri lengannya terengah-engah berusaha untuk bernafas. Berambut coklat, bermata hazel, dan seorang wakil kapten yang menjadi ciri-cirinya. Tidak ada yang tahu alasannya membuat air bening dengan deras jatuh di pelipisnya. Dia yang mengejar seseorang? Atau seseorang yang mengejar dia? Entahlah –hanya si Wakil Kapten Divisi ke-5 ini yang tahu jawabannnya, Momo Hinamori.
Setelah dapat mengatur nafasnya dengan baik, dia berlanjut melangkahkan kaki kecilnya tanpa menoleh ke belakang. Dia malah celingukan ke depan memanggil nama seseorang –bukan –tepatnya pangkat seseorang. Itu berarti bisa ditebak kalau dia tidak sedang dikejar tapi dia yang mengejar –tidak –mencari seseorang.
.
Dengan posisi jongkok di atap dinding pagar belakang divisinya, dia memandang langit seakan ada sesuatu yang menarik perhatiannya di sana. Angin pun dengan senang hati memainkan rambut pirang pendeknya.
.
Nada langkah kaki yang begitu cepat semakin terdengar. Teriakannya menemani nada kelelahannya.
"Taichou…" itulah nama –bukan –pangkat orang yang dicari. Sibuk berteriak, berbelok, dan menabrak 2 orang yang mengenakan haori dengan lambang nomor 3 dan 9. "Aduh…" keluh Hinamori, jatub terduduk sebelum mengetahui korban yang ditabraknya. Entahlah, apa kata korban itu cocok karena yang terlihat menderita itu hanyalah Hinamori. Melainkan, seseorang yang ditabraknya tetap berdiri segar bugar seakan tidak terjadi apapun.
Saat Wakil Kapten Divisi ke-5 kembali ke alam sadar, dan mengetahui korban tabraknya, dia bergegas berdiri dan menunduk maaf.
"Tolong maaf kan saya…. Otoribarashi-taichou….Mugurama-taichou" katanya.
Menyadari pelaku tabrakan, mereka berdua hanya tersenyum.
"Ya, tidak apa-apa Hinamori-san" jawab Kapten berambut pirang panjang, Kapten Divisi ke-3, Rojuro Otoribarashi. "Setidaknya korban yang kau tabrak tidak apa-apa" lanjutnya.
Hinamori yang mendengarnya hanya menunduk malu. Kapten berambut perak yang sedari tadi hening angkat bicara.
"Kau mencari Shinji kan, Hinamori?" tanyanya langsung dengan nada yang agak kasar. Hinamori langsung mengangkat wajah terkejut. Seakan tahu apa pertanyaan wakil kapten berambut coklat itu selanjutnya, Kensei melanjutkan.
"Kau berteriak meraung-raung tanpa henti memanggil kaptenmu itu jadi kami mendengarnya dengan jelas." Lalu Kensei Mugurama mengarahkan jari telunjuknya, "Dia di sana! Itulah salah satu kebiasaannya jika sedang menganggur atau gelisah akan sesuatu" jelasnya.
Hinamori yang mengarahkan wajahnya mengikuti arah jari Kapten Divisi ke-9, membelalakan mata melihat kaptennya, Shinji Hirako. Tanpa bisa ditahannya lagi, dia memanggil kaptennya.
"Taichou." Teriaknya.
Shinji yang merasa mendengar suara wakil kaptennya itu menoleh. Lalu dengan sumringah menjawab panggilan wakil kaptennya.
"Selamat pagi, Momo-chan! Apa tidurmu nyenyak?" dengan nada riang tanpa dosa.
Hinamori segera berlari kecil menghampiri kaptennya yang ternyata tidak jauh dari tragedi tabrak lari.
"Taichou! Apa yang Taichou lakukan? Saya sangat khawatir, Taichou tiba-tiba menghilang" keluh Hinamori. Hirako yang mendengar keluhan Momo hanya tersenyum lalu perhatiannya teralihkan saat 2 sahabat Vizard-nya mendekat.
"Kelihatannya ada sesuatu yang sangat serius yang sedang kau pikirkan, Shinji. Sampai-sampai kau tidak mendegar teriakan wakil kaptenmu" kata Kensei.
"Kau bahkan tidak menyadari reiatsu kami, atau memang kau pura-pura tidak memperdulikannya" lanjut Rose.
Shinji hanya diam lalu kembali memandang langit, "Hari ini akan menjadi hari yang sulit" gumamnya pelan. Tapi mampu didengar oleh 3 orang yang ada di sana. Shinji pun langsung melompat, "Ayo Momo-chan! Kita punya banyak kerjaan hari ini." Berjalan pergi meninggalkan 2 kapten yang masih terbengong-bengong. Momo mengangguk dengan semangat mengikuti kaptennya.
.
.
DIVISI KE-4
Teriakan membahana di salah satu ruang rawat di divisi medis, Divisi ke-4. Hangover, itulah alasan sang pemilik teriakan memekik tanpa henti. Seorang tenaga medis dengan tangan lincahnya memijat telapak kaki sang kapten yang sedang terbaring di ranjang dan sesekali didampingi nada teriakan Kapten Divisi ke-8, Shunsui Kyouroku jika pijatannya tepat mengenai titik paling sakit.
"Saya tidak percaya. Sepuluh botol? Apa yang sebenarnya Taichou pikirkan?" Wakil Kapten Divisi ke-8, Nanao Ise, salah satu penghuni ruangan tersebut, berkacak pingang di hadapan kaptennya yang terbaring, geram dengan aksi kaptennya yang berlebihan.
"Sudahlah Ise-fukutaichou!" sahut penghuni lainnya lembut. Tidak lain Kapten Divisi ke-4, Retsu Unohana menenangkan Nanao yang sudah mulai naik pitam.
"Maafkan saya, Unohana-taichou" kata Nanao.
"Ja…Jangan….khawatir…Na…Nanao-chan"kata si pasien Kyouroku masih menahan sakit. Nanao hanya bisa mnghela melihat kelakuan kaptennya.
"Kelihatannya kau agak berlebihan kali ini, Kyouroku" sahut suara diambang pintu. Salah satu kapten tertua di Batalion 13 berambut putih, Juushirou Ukitake.
"Ukitake…" kata Kyouroku.
"Ukitake-taicho"salam hormat Nanao.
"Selamat pagi, Ukitake-taichou" sapa Unohana.
Ukitake menyapa balik Unohana, berjalan masuk mendekat ke ranjang sahabtanya. Dia hanya menanggapi keadaan sahabatnya dengan tersenyum. Menghabiskan 10 botol sake dalam semalam adalah alasan yang membuat sahabatnya itu harus terbaring di ranjang. Kyouroku memberikan alasan 'gelisah' untuk menggapi pertanyaan Ukitake karena tidak biasanya menghabiskan botol sake sebanyak itu dalam waktu semalam, sendirian. Ekspresi Ukitake yng biasa tiba-tiba berubah serius, lalu dia berjalan ke arah jendela.
"Aku pun merasa seperti itu, Kyouroku" katanya.
"Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi hari ini" sambung Unohana yang sudah ada di sebelah Ukitake –dengan wajah sendu.
'Berharap bukan sesuatu yang buruk' batin Ukitake.
.
.
.
KOTA KARAKURA, TOKO URAHARA
Seorang bocah laki-laki berambut merah, berumur belasan tahun, terlihat malas di atap sebuah toko kecil yang bertuliskan 'Toko Urahara' dalam tulisan kanji. Sesekali dia menguap dan menggerutu untuk menguatkan alasan malas itu.
"Jinta-kun!" panggil seorang gadis bermata sendu –yang kelihatannya sedikit lebih tua dari bocah yang dipanggil Jinta –dari bawah. Jinta menunduk untuk melihat siapa yang berani-berani mengganggu kegiatannya.
"Apa, Ururu? Kau mengganggu saja" keluhnya.
"Apa yang kau lakukan di sana, Jinta-kun? Bukankah Kisuke-san dan tessai-san menyuruhmu membersihkan? Aku harus segera….." belum Ururu melanjutkan perkatannya, ada yang menyelanya.
"Permisi! Apa orang yang bernama Kisuke Urahara tinggal di sini?" Tanya seorang gadis berambut hitam lurus kepada Ururu dan Jinta. Jinta langsung melompat dari atap.
"Siapa kau? Untuk apa kau mencari Tenchou?" Tanya Jinta.
"Aku…..
TO BE CONTINUED
.
.
Wah….akhirnya chapter 1 selesai juga.
Saya terima reviwwnya dalam bentuk apapun, bahkan jika di flame nggak apa-apa, itu demi kemajuan menulis saya.
SEE YOU AGAIN di chapter selanjutnya.
