Main cast : Eiji Hino, Ankh (Kamen Rider OOO), Shotaro Hidari, Philip (Kamen Rider W)
Support cast : Hina Izumi, Chiyoko (Kamen Rider OOO), Akiko Narumi , Ryu Terui (Kamen Rider W), Emiko Hiromi, Rei Hiromi, Sora Mitsuhiko, Haruo (OC) dan seiring bertambahnya chap mungkin nanti akan muncul tokoh-tokoh maupun OC yang lain.
Kamen Rider OOO dan Kamen Rider W bukan milik saya, tapi cerita ff ini milik saya. Warning : gaje, typho, cerita aneh, alur mungkin terlalu cepat, dll Fanfic ini akan hanya lebih menampilkan friendship antar main cast (Ankh-Eiji, Shotaro-Philip), romance mungkin ada walaupun sangat sedikit, tapi tidak akan nampak secara eksplisit ^^
TRIGGER THE MEDAL
"Eiji … " teriak seorang pemuda berambut pirang dengan tangan berbentuk monster yang duduk sedikit gelisah di atas satu dahan pohon rimbun, mengamati pertarungan di bawah sana. Ekor matanya yang tajam senantiasa mengikuti pergerakan sosok berarmor yang tengah bertarung dengan sesosok monster – yummy – tepatnya.
Ankh, nama pemuda pirang itu, mengeluarkan tiga medal berwarna merah dari tangan monsternya yang juga berwarna senada dengan medal itu. Mengabaikan kenyataan bahwa mungkin akan ada orang yang menyadari bahwa dirinya bukanlah seorang – manusia – normal. Benar, memang nyatanya dia adalah sosok Greed yang menumpang pada tubuh seorang polisi sekarat bernama Shingo Izumi hingga batas waktu yang ia sendiri tidak tahu. Mungkin hingga ia bisa mengumpulkan kembali seluruh medal miliknya dan bisa mengembalikan ke sosok aslinya sebagai Greed burung.
Lupakan sejenak sejarah hidup Ankh. Entah bagaimana caranya, dengan akurasi dan presisi yang bisa dikatakan sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen selalu tepat, Ankh melemparkan tiga medal itu kepada sosok berarmor yang tengah mengambil jeda dari duel panjangnya. Pemuda dalam sosok armor yang dipanggil dengan nama Eiji itu menangkap tiga medal warna merah yang terbang ke arahnya. Dan hap, medal itu tepat mendarat di genggamannya, membuat pemuda yang berada di dalam armor itu tersenyum, meskipun tidak akan pernah nampak oleh siapapun, pastinya.
Dengan sigap, sosok berarmor itu mengeluarkan medal warna hijau dan kuning yang sebelumnya sudah berada head sabuk OS nya, kemudian memasukkan ketiga medal berwarna merah itu ke dalamnya, menscannya cepat hingga terdengar bunyi gemerincing dan diikuti suara dari dalam sabuknya
TA JI DOR
Dan seketika, armor combonya berubah warna menjadi merah, seperti warna medal yang barusan ia masukkan. Dengan semakin percaya diri, ia menyerang yummy itu, mengabaikan smirk milik pemuda lain yang melihatnya dengan pandangan penuh kebencian.
"Kau tidak akan semudah itu mengalahkannya, Os!" sosok berbaju serba orange itu kemudian menjetikkan jarinya, membuat yummy yang tengah bertarung itu cepat-cepat menoleh ke arahnya dan meninggalkan medan pertarungannya. Sosok berarmor itupun nampak kaget setengah mati, berteriak memanggil yummy yang sudah dengan cepat menghilang entah ke mana. Sepertinya ia merasa begitu kesal. Dan jangan lupakan pemuda di atas pohon yang tadi memberikannya medali. Ankh yang lebih ekspresif berkali-kali berteriak meluapkan semua amarahnya.
"Sial, yummy itu kabur! Hah!" Ankh melompat dari dahan pohon yang di dudukinya, tepat saat pemuda berarmor itu – Eiji – menormalkan kembali dirinya, menghilangkan armor itu dan kembali ke sosoknya sebagai seorang pemuda berambut hitam legam.
"Apa kau tadi sempat melihatnya Ankh?" tanya Eiji dengan wajah tegang.
"Sosok berbaju orange itu kan?" tanya Ankh memastikan. Sementara Eiji hanya mengangguk untuk menanggapi.
"Dia tadi, sepertinya orang yang hasratnya dimanfaatkan untuk membuat yummy yang barusan kulawan!" ucap Eiji, menyerahkan ketiga medalnya kepada Ankh.
"Itu bukan hasrat biasa. Aku mencium sesuatu yang lebih jahat saat melihat kilat licik di matanya yang bahkan lebih menyebalkan daripada Cazali!" keduanya terdiam sesaat, memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi akibat ulah yummy itu.
"Dan juga, aku melihat benda, seperti milik teman ridermu itu." Ankh memandang Eiji dengan alis tertekuk.
"Teman riderku yang mana?" tanya Eiji bingung.
"Yang berwarna hijau dan hitam itu."
"Maksudmu, Shotaro kun dan Philip kun, Kamen Rider Double?" tanya Eiji memastikan.
"Ah, tidak penting siapa nama mereka, yang jelas aku lihat pria berbaju orange itu membawa benda yang mirip dengan yang kedua temanmu itu gunakan untuk berubah. Yang bentuknya seperti flasdisk itu."
"Memori gaia?" tanya Eiji yang hanya ditanggapi anggukan oleh Ankh.
Lagi-lagi keduanya terdiam sesaat, hanyut dalam pemikiran dan imajinasi mereka.
"Kita harus menemui Shotaro kun dan Philip kun! Kita sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai benda itu. Mungkin mereka berdua bisa membantu. Ankh, yummy tadi juga sangat kuat, nampaknya ia mempunyai sejenis power bank otomatis dalam tubuhnya, hingga ia tidak pernah sedikitpun merasa lelah walaupun bertarung selama itu denganku." ucap Eiji tiba-tiba. Ankh nampak tengah berpikir.
"Itu tadi adalah yummy milik Uva." gumam Ankh sambil balas menatap Eiji.
"Atau pilihan kedua, kita menemui Uva dan menanyakan perihal itu kepadanya." Eiji tersenyum lebar sambil memandangi Ankh dengan wajah innocentnya.
"Baka!"umpat Ankh sambil meninggalkan Eiji yang buru-buru menutup senyum lebarnya dan berganti dengan tatapan bingungnya melihat wajah kesal Ankh atas ide yang ia rasa begitu cemerlang itu.
"Ankh, tunggu dulu!" Eiji berhasil mengejar langkah cepat Ankh sambil menahan lengan pemuda bertubuh kurus itu.
"Nani?" tanya Ankh memandang Eiji tajam dengan wajah tak bersahabat khas nya.
"Berarti kita harus ke Fuuto. Itu satu-satunya opsi yang tersisa bukan?" Eiji malah balas memandang Ankh dengan wajah berbinar.
"Huh! Aku malas!" ucap Ankh, membuang pandangannya dari pemuda polos di hadapannya.
"Kenapa? Kurasa Fuuto kota yang cukup menyenangkan bukan? Kau tahu, di sana banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi!" tawar Eiji.
"Aku tidak suka berwisata." Ankh kembali berjalan menjauhi pemuda Os itu.
"Bagaimana dengan kedai es loli 'Sugarice' yang selalu kau sebut-sebut sebagai surga bagi penggemar es loli dan es krim?" benar-benar kalimat manjur yang bisa meruntuhkan dinding keangkuhan sesosok Ankh yang kemudian menghentikan langkah cepatnya, berbalik menghadap Eiji yang menarik satu sudut bibirnya ke atas.
"Memangnya 'Sugarice' ada di Fuuto?" tanya Ankh dengan wajah gusar, menatap Eiji yang tersenyum penuh kemenangan.
"Cari saja di internet. Kupikir kau yang tergila-gila es loli sudah mencari di mana alamatnya."
'Untung Chiyoko san dan aku kemarin tak sengaja menggosip tentang ini.' bathin Eiji.
"Ini bukan akal-akalanmu agar aku mau kau ajak menemui teman ridermu itu kan? Lagipula, aku tidak suka dengan pria bertopi sok keren itu!" Ankh berusaha memastikan, memandang tepat di manik mata Eiji dengan sorot mengintimidasi.
"Jadi,alasanmu sebenarnya adalah kau tidak menyukai Shotaro kun?" Eiji mengerutkan keningnya.
"Huh! Baiklah, kita ke sana, dengan syarat, kau akan mentraktirku makan es loli sepuasnya di 'Sugarice'!"
"Tunggu dulu..." Eiji mengaduk saku celananya, menemukan boxer cadangannya untuk besok dengan beberapa keping uang koinnya, kemudian memandang ke arah Ankh.
"Entahlah Ankh, aku tidak yakin dengan kata 'sepuasnya'." Eiji memandangi Ankh dengan wajah memelas.
"Ah, arigatou chiyoko san!" Eiji memasukkan beberapa lembar uang yang jumlahnya ia rasa cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya bersama Ankh selama mereka berada di Fuuto nanti.
"Iya, sama-sama. Oiya Eiji kun, ini...aku titip kostum ini, tolong serahkan kepada Emiko Hiromi, dia adalah pemilik 'Sugarice', kenalanku saat sama-sama berburu kostum di Italia." senyum Chiyoko sambil menyerahkan sebuah paper bag warna ungu dengan ukuran yang cukup besar kepada Eiji.
"Tentu, akan kami sampaikan Chiyoko san." ucap Eiji sambil menerima paper bag itu.
"Entah firasat apa ini, tapi tolong Eiji kun, jaga Ankh dan tubuh oneechan ku ya..." pinta Hina, menatap Eiji dan Ankh bergantian.
"Huh! Kau pikir aku anak kecil yang tidak bisa menjaga diriku sendiri ha?" ucap Ankh kesal. Sementara seperti biasa, Hina hanya menanggapi ucapan Ankh itu dengan deathglarenya.
"Nah, kami pergi dulu!" Eiji membungkuk hormat untuk berpamitan kepada bos dan teman kerjanya itu, kemudian berjalan meninggalkan Couss Coussier diikuti oleh Ankh dibelakangnya.
"Akhir-akhir ini, kenapa banyak kasus rumit yang berdatangan?" gerutu Shotaro sambil menghempaskan tubuh lelahnya di sofa nyaman dalam ruang rahasia Philip. Sementara tangannya yang lain melepas fedora hitam yang sedari tadi bertengger di atas kepalanya, menaruhnya hati-hati di tempat kosong di sampingnya.
"Bagaimana Shotaro, apakah kasus penyerangan terhadap dokter-dokter itu sudah menemukan titik terang?" tanya Philip yang terlihat tengah asyik dengan buku tebal berhalaman kosong miliknya.
"Belum Phillip kun. Kasus ini benar-benar sangat aneh. Tersangka menyerang dokter-dokter itu, melukai tangan dan kaki mereka hingga para dokter itu tidak dapat bertugas sebagaimana mestinya, kemudian tersangka juga menghancurkan rumah sakit. Menghancurkan semua peralatan dan instalasi, serta membakar apotek dan semua persediaan obat-obatan. Arghhh...aku benar-benar bingung dengan motif orang ini, apakah ia memang sedang balas dendam, atau sekedar melampiaskan kekesalannya. Entahlah." Shotaro mengacak rambutnya frsutasi.
"Apakah kau berhasil menemukan petunjuk, sidik jari, rekaman cctv atau kesaksian dari para saksi saat kejadian?" tanya Phillip penasaran.
"Para tenaga medis itu rata-rata mengatakan bahwa tersangka mengenakan baju serba orange dengan wajah tertutup dengan kain hitam yang tidak memungkinkan mereka melihat wajahnya. Ah, Phillip, bisakah kau mencarikan informasinya di Gaia Library?" tanya Shotaro.
Philip tersenyum dan mengangguk, kemudian ia mulai membentangkan tangan dan memejamkan matanya hingga cahaya itu keluar dari tubuhnya, menandakan remaja yang tengah beranjak dewasa itu telah siap mencari informasi apapun untuk sang partner.
"Key word.." tanya Phillip.
"Orenji." ucap Shotaro sambil terlihat kembali berpikir. Sementara di dunianya, Philip tengah menyortir jutaan rak dan buku itu, mencari yang mempunyai keyword Orenji. Menyisakan beberapa rak yang kini sudah menghampiri Philip.
"Selanjutnya." tanya Philip.
"Medical." jawab Shotaro. Dan kembali terlihat beberapa rak tadi kembali bergerak, hanya yang memuat dua keyword itu yang tersisa, sementara yang lain menghilang.
"Lalu?" tanya Philip.
Shotaro terdiam dan terlihat berpikir keras, menunggu dirinya menemukan apa yang seharusnya ia katakan.
"Mask." ucap Shotaro tidak yakin.
Rak-rak buku itupun menghilang, sebagai gantinya, sebuah buku tebal bersampul coklatpun kini berada di hadapan Philip, remaja Cyclone itu pun meraih buku tersebut. Philip tersenyum, kemudian perlahan membuka halaman buku itu satu per satu.
"Orenji Demon, itu nama organisasi mereka. Mereka mulai dikenal dengan aksi-aksi kejahatan mereka sejak sekitar lima bulan yang lalu, saat mereka menyerang mobil-mobil pengangkut bahan bakar dan kemudian merampok isinya, namun tidak ada seorangpun yang meninggal dalam aksi mereka. Sebulan kemudian mereka juga sempat menyerang sekolah-sekolah dan melukai guru dan siswa di sana. Lalu aksi yang terbaru adalah penyerangan terhadap tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Hanya itu informasi yang berhasil keperoleh." Philip membuka matanya, berdiri di hadapan partnernya sambil memandangnya lekat-lekat.
"Aku mengerti, Philip. Sekarang yang menjadi pertanyaanku adalah, apakah mungkin organisasi itu ada kaitannya dengan permintaan clien kita?" tanya Shotaro, lebih kepada dirinya sendiri. Philip terlihat turut berpikir. Dahinya berkerut, sejenak kemudian ia mengambil spidol hitam dan mulai menuliskan sesuatu di white board besarnya.
Shotaro sendiri masih berkutat dengan pemikirannya sendiri.
"Aku belum bisa menyimpulkan apapun Shotaro. Semuanya masih terasa begitu rancu." Philip berdiri terpaku menatap tulisan-tulisan di white board hasil karyanya.
"Ini nampaknya akan menjadi perkara yang rumit dan diperlukan penyelidikan mendalam. Yosh, kita harus bekerja ekstra keras, aibou. Aku yakin, cepat atau lambat, kita pasti akan berhasil memecahkan kasus ini." Shotaro berdiri sambil kembali mengenakan fedora hitamnya.
"Ehm." angguk Philip mengiyakan pendapat partnernya.
" Oiya, sejak aku pulang tadi, aku tidak melihat Akiko?" tanya Shotaro kepada Philip.
"Akiko sedang pergi untuk bertemu dengan Watcherman dan Santa Chan, mungkin mereka punya informasi yang baru." ucap Philip, Shotaro hanya mengangguk tanda mengerti.
"Baiklah aibou, aku pergi dulu." Shotaro kemudian meninggalkan markas mereka dan berniat kembali melakukan penyelidikan. Sementara Philip, tentu saja, remaja itu kembali asyik melakukan pencarian di dunia bukunya hingga dia menemukan petunjuk-petunjuk baru. Begitulah dua detektif muda itu bekerja
TBC
Tolong beri review untuk ff saya ini ya ...
Sangkyu ...
