Pagi yang dingin di Iwatodai. Tapi itu tidak menghalangi niat Junpei, seorang pemuda berumur 16 tahun yang sedang berangkat menuju rumah sakit. Kini telah menjadi kebiasaannya ke rumah sakit setiap hari. Bukan karena sakit. Tapi karena ada seseorang disana. Ya. Tak lain adalah Chidori. Gadis yang ia cintai.
'Grek'
Junpei membuka pintu kamar tempat Chidori dirawat.
Terlihat gadis itu sedang duduk di tempat tidur. Memandang ke jendela. Entah apa yang ia pikirkan
"Hey" sapa Junpei canggung.
"Kau?" kata Chidori.
"Y..yea.. Kau tau..em.. Aku datang lagi"
"Untuk apa kau kemari lagi?" tanya Chidori dingin.
"Well.. Aku.." perkataan Junpei terputus. Ia menelan ludah. Tak disangka Chidori menjadi sedingin ini. Apakah ini sifat aslinya? Junpei pun tak tau.
Pemuda itu duduk di kursi dekat kasur Chidori. Chidori sendiri tak begitu peduli. Ia memalingkan mukanya menghadap jendela.
"Chidori.. Apa kau mengingatku? Ini aku, Chidori. Junpei!" suara Junpei semakin keras ketika menyebut nama dirinya.
Chidori menoleh.
"Sudah kubilang aku tidak mengenalmu! Harus berapa kali aku bilang?!"
"Coba ingatlah, Chidori.." ujar Junpei dengan muka pasrah.
Chidori yang melihat Junpei seperti itu pun iba. Tapi seberapa keras ia berusaha mengingat, Chidori tidak mengingat siapa itu Iori Junpei.
Flashback
Hari itu dimana merupakan keajaiban terbesar bagi Iori Junpei. Dimana orang yang dicintainya, Chidori, dikabarkan hidup lagi setelah ia memberikan nyawanya pada Junpei di depan Tartarus.
"Iori tung--!" Mitsuru yang mencoba menghentikan Junpei memasuki ruangan Chidori itu gagal. Mitsuru mencegah karena..ia tak mau melihat Junpei menghadapi kenyataan bahwa..
"Kau siapa?"
"I.. Ini aku, Chidori! Ini aku! Junpei!"
Sudah terlambat. Junpei yang tadi masuk ruangan Chidori dengan muka ceria, kini berganti dengan kebingungan.
Ya. Chidori telah kehilangan ingatannya karena transmografi.
End of Flashback
"A.. Aku.. Aku tidak tau..." ujar Chidori lemas.
Sigh.
Junpei hanya menghela nafas. Di sisi lain ia senang karena Chidori hidup lagi. Tapi ia sedih Chidori tak mengingatnya.
Tes..
Tes..
Air mata pun menetes. Iori Junpei meneteskan air matanya. Ia menangis.
Chidori terhenyak. "K.. Kau..?"
"U..uhh.. A.. Aku tidak apa-apa..." Junpei pura-pura tegar sambil mengelap air matanya dengan lengan bajunya.
"Em.. Maaf.. Aku benar-benar tidak mengingatmu.."
"Ti..tidak apa-apa.. Uum.. Aku.. pulang dulu ya.." ujar Junpei masih sok kuat. "...a..aku datang lagi besok" lanjutnya seraya berjalan ke arah pintu.
"Terimakasih.. Junpei"
Deg!
Junpei terkejut ketika mendengar namanya diucapkan oleh Chidori. Ia lalu berbalik dan menatap Chidori dengan mulut menganga.
"Kenapa? Itu namamu kan?"
De Javu.
Itulah yang Junpei rasakan. Ditambah kesenangan dihatinya.
"Ya! Aku akan datang setiap hari!" seru Junpei yang kini bersemangat.
"Kau tau... Walaupun aku tak mengingatmu.. Aku akan berusaha menjadi aku yang dulu." kata Chidori.
"U...uuh.. Terimakasih Chidori!" Junpei menangis lagi. Tapi ini adalah tangis bahagia.
"Well, aku pulang dulu!" Junpei menutup pintu kamar.
Yah.. Rasanya seperti mengulang dari awal. Mengingatkan Junpei ketika pertamakali ia bertemu Chidori di Port Island. Ya.. Musim panas lalu. Ketika Chidori sedang menggambar.
"Heh. Ini tidak akan sulit!" ujarnya bersemangat
