PLEASURE PRISON

.

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

.

.

.

CAST KAI X SEHUN ( As Always )

RATED T ( T dulu yaaa )

GAK SUKA AMA PAIRINGNYA GAK USAH DIBACA. HIDUP GAK USAH DIBIKIN REPOT.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

HAPPY READING

Chapter 1

" Jangan bergerak, Sehun. Kau hanya akan memperburuk keadaan. " Kai, seorang Dewa kekuatan Titan, sedang menunduk menatap sumber kebencian selama eksistensinya, Sehun, Dewa kekuatan Yunani. Dan kemenangan, dalam hati Kai mengejek.

Sehun suka mengingatkan Kai bahwa banyak yang menyebutnya Kekuatan dan Kemenangan. Seakan akan Sehun jauh lebih baik dari Kai. Dalam kenyataannya, Sehun setaraf dengan Kai.

Dua orang terbaik Kai memegangi tangan Sehun dan dua lagi menahan kakinya. Seharusnya mereka bisa menangkapnya tanpa insiden. Lagipula, leher Sehun dikalungi dan kalung itu mencegahnya memakai kekuatannya. Tapi belum pernah ada yang lebih keras kepala – atau lebih bertekad untuk menjatuhkan Kai seperti Sehun. Tidak henti hentinya Sehun meronta dari cengkraman mereka, menendang dan menggigit seperti binatang yang terpojok.

" Aku akan membunuhmu karena ini, " Sehun menggeram ke arah Kai.

" Kenapa? Aku tidak melakukan apapun terhadapmu yang belum pernah kau perbuat terhadapku. " Kata Kai.

Gerakan Sehun terhenti, Kai melepas kemejanya melewati kepala lalu melemparkannya ke samping, menampakkan dadanya, otot otot perutnya. Di sana, tepat di tengah, huruf huruf hitam besar terpampang di dada Kai., bertuliskan nama Sehun, ditorehkan untuk dilihat seluruh dunia. S – E – H – U – N.

Sehun sudah menandai Kai, merendahkan Kai sebagai properti miliknya.

Apakah Kai layak menerima itu? Mungkin. Dulu Kai seorang tahanan. Kai seorang Dewa Titan yang ditumbangkan dan terpenjara, terlupakan. Kai ingin keluar dan rela melakukan apa saja. Apa saja. Jadi Kai merayu Sehun, salah satu penjaganya, memanfaatkan rasa cinta Sang Dewa untuk membebaskannya.

Meskipun sekarang Sehun membantah itu, dulu ia benar benar sedikit jatuh cinta pada Kai. Buktinya Sehun mengatur pelarian Kai, sebuah kejahatan yang di ancam hukuman mati. Tapi Sehun bersedia mengambil resiko, demi Kai. Hanya saja, tepat sebelum Sehun membuka kalung Kai, agar Kai bisa berteleportasi, Sehun mendapati bahwa Kai juga merayu beberapa penjaga lainnya.

Kenapa mengandalkan satu orang untuk menyelesaikan satu pekerjaan bila empat orang bisa melayani dengan lebih baik? Begitu pikir Kai.

Kai mengandalkan fakta bahwa tidak satupun Dewa dan Dewi yunani ingin hubungan mereka dengan seorang budak Titan diketahui umum. Ia menduga mereka akan tutup mulut.

Seharusnya Kai mempertimbangkan kecemburuan mereka.

Begitu Sehun menyadari ia dimanfaatkan, bahwa Kai sebenarnya tidak menaruh hati kepadanya. Bukannya mengembalikan Kai ke selnya dan berpura pura ia tidak pernah ada, bukannya menyuruh Kai untuk disiksa, Sehun menyuruh pengawalnya untuk memegangi dan menandai Kai untuk selamanya.

Selama bertahun tahun Kai bermimpi untuk membalas tindakan itu. Terkadang ia berpikir keinginan itulah satu satunya yang membuatnya tetap waras selama menghabiskan waktu berabad abad di lubang neraka ini. Sendirian, hanya kegelapan yang jadi temannya.

Bayangkan kegembiraannya ketika dinding penjara mulai retak. Ketika pertahanan mulai runtuh. Ketika kalung mereka terlepas. Butuh waktu beberapa lama, tapi ia dan saudara saudaranya akhirnya berhasil membebaskan diri. Mereka menyerang para Dewa Yunani, dengan brutal dan tanpa ampun.

Dalam hitungan hari, mereka pun menang.

Para Dewa Yunani dikalahkan dan kini dipenjara di lokasi yang sama dengan tempat mereka memenjarakan para Titan. Dengan sukarela Kai menawarkan diri untuk menjaga tempat ini dan permintaannya dikabulkan. Akhirnya, hari pembalasan tiba. Selamanya Sehun akan mengenakan tanda milik Kai.

" Seharusnya kau bersyukur karena masih hidup, " Ucap Kai pada Sehun.

" Sialan kau. " umpat Sehun.

Kai tersenyum perlahan. " Kau pernah melakukan ini, ingat? " Tanya Kai.

Perlawanan Sehun meningkat.

" Kau bajingan ! Akan kukuliti kau hidup hidup. Akan kubakar kau hingga jadi abu. Bajingan ! " Sehun terengah engah dan berkeringat di sisi anak buah Kai.

" Balikkan tubuhnya, " Perintah Kai. Kai tidak punya kesabaran menunggu Sehun kelelahan.

" Dan satu peringatan untukmu, Sehun. Sebaiknya kau diam. Aku akan menatomu hingga namaku cukup jelas untuk memuaskanku. " Kata Kai.

Dengan jeritan murka dan frustasi, akhirnya Sehun diam. Ia tahu Kai pasti akan melakukan apa yang dikatakannya.

" Bajingan, " Umpat Sehun lagi. Kai sudah pernah dimaki lebih buruk dari itu. Oleh Sehun, tentu saja.

" Budak baik. " Kata Kai.

Kai melangkah maju dan merobek pakaian dari punggung Sehun. Kulit Sehun putih, halus dan tidak bernoda. Dulu ia pernah membelai dan mencicipi punggung ini. Dan ya, bersama Sehun lebih memuaskan daripada bersama yang lain, karena Sehun menatap Kai dengan penuh pemujaan, penuh harapan dan kekaguman. Kai merasa... tersanjung.

Kai menggelengkan kepalanya menghapus bayangan kebersamaan mereka dulu. Ia tidak mau diatur oleh gairahnya dan melepaskan Sehun sebelum menandainya, seraya berharap ia bisa membawa Sehun ke tempat tidurnya lagi.

Oh, akan kupastikan Sehun berada di atas tempat tidurku lagi. Batin Kai.

" Siap? " Tanya Kai pada Sehun.

" Bukan itu yang kulakukan padamu, aku tidak menandai punggungmu. " Geram Sehun.

" Kau lebih suka aku menandai kejantananmu? " Mendengar itu, Sehun terdiam.

" Setidaknya kau tidak perlu melihat namaku setiap hari di sepanjang hidupmu – yang – terlalu- panjang. Tapi semua orang akan menatapnya. Mereka akan melihatnya. Dan mereka akan tahu siapa pemilik kau sebenarnya. " Gumam Kai. Ia mengulurkan tangan dan seseorang meletakkan perlengkapan di tangannya.

" Semua kekasih pilihanku, maksudmu. " Ucap Sehun.

" Tidak satu katapun darimu lagi, Sehun. Sudah waktunya. " Kai mengatupkan rahang.

" Jangan lakukan ini, Please, jangan. " Mendadak Sehun menangis.

Kai memutar bola mata. " Keringkan air mata palsumu, Sehun. Tidak ada pengaruhnya bagiku dan memohon dengan menangis bukanlah sikapmu. " Kai tahu itu air mata palsu. Sehun tidak suka memperlihatkan emosinya.

Segera saja mata Sehun menyipit, air matanya lenyap dalam sekejab. " Baik. Tapi aku akan membuatmu menyesali ini. Aku bersumpah. "

" Aku menantikan upaya pembalasanmu. " Bertarung dengan Sehun selalu membuat Kai bersemangat.

Tanpa ragu sedikitpun, Kai menempelkan jarum tinta tepat di bawah tulang belikat Sehun. Cengkraman Kai mantap saat ia mengukir bagian luar dari huruf pertama. K . Tidak sekalipun Sehun berjengit. Tidak sekalipun Sehun bersikap seolah ia merasakan kesakitan. Tapi Kai tahu ini meyakitkan. Untuk menandai makhluk abadi secara permanen, ambrosia harus dicampur dengan cairan pewarna dan ambrosia membakar seperti zat asam.

Sehun tetap bergeming setelah Kai menyelesaikan setiap garis luar huruf hurufnya. Tidak bersuara, tidak bergerak. Setelah selesai, Kai berjongkok dan mengamati hasil kerjanya. K – A – I.

Kai berharap kepuasaan menguasainya, sudah sangat lama ia menunggu momen ini. Ternyata tidak, Kai tidak merasakan apapun. Kai berharap kelegaan melandanya, akhirnya pembalasan dendamnya terwujud. Ternyata tidak. Apa yang diharapkannya adalah sapuan gelombang posesif yang panas, tapi itulah yang Kai alami.

Kini Sehun milikku. Selamanya. Dan, seluruh dunia akan mengetahuinya. Pikir Kai.

.

.

.

.

.

Sehun mondar mandir di selnya. Ia menempatinya bersama beberapa tahanan yang lain. Tahanan lain menjaga jarak dengan Sehun karena mengetahui temperamen Sehun yang buruk. Walaupun tahanan lain menjaga jaraj tapi tetap saja, mempunyai teman satu sel itu menyebalkan. Sehun bisa merasakan mata mereka tertuju pada punggung jubah tuanya, seolah mereka bisa melihat nama yang di tulis di sana.

K – A – I.

Kalau mereka berani mengucapkan satu kata tentang itu... Akan kubunuh mereka. Pikir Sehun.

Nyaris tidak cukup sel untuk mengurung semua Dewa Yunani, jadi mereka dijejalkan dalam sel secara berkelompok. Laki laki, perempuan, tidak ada bedanya. Mungkin para Titan tidak perduli soal percampuran jenis kelamin dalam satu ruang atau jangan jangan mereka melakukannya untuk menambah siksaan bagi setiap tahanan. Kemungkinan terakhir sepertinya benar. Para suami tidak dipasangkan dengan istri istri mereka dan sahabat tidak dikurungkan bersama teman mereka. Tidak, para Titan mengatur musuh ditempatkan bersama musuh dalam satu sel.

Untuk Sehun, musuh itu adalah Donghae, Dewa Kegelapan kelas bawah. Dulu Donghae memperlakukannya bak seorang Raja. Dulu, Sehun benar benar menyukainya. Bahkan pernah berpikir untuk menikah dengannya. Tapi kemudian Sehun jatuh cinta pada Kai – Kai bajingan pembohong – jadi ia memutuskan Donghae. Kemudian Sehun mendapati bahwa Kai tidak benar benar menginginkannya, ternyata Kai hanya memanfaatkannya. Perasaan cinta Sehun terhadap Kai dengan cepat berubah menjadi kemurkaan.

Kini, dengan nama lelaki itu menghiasi punggungnya, Sehun membenci Kai di setiap sel tubuhnya.

Sehun merasa dulu ia memang bereaksi berlebihan saat melakukan hal yang sama pada Kai. Menandai Kai selamanya. Selama bertahun tahun Sehun menyesali perbuatannya itu. Tapi sekarang, Sehun akan membalas perbuatan Kai. Ia tidak berbohong saat mengeluarkan ucapan akan membunuh pria itu.

Pertama, Sehun harus menemukan jalan untuk melepas kalung di lehernya. Selama ia masih memakainya, ia tidak berdaya. Kedua, ia harus menemukan jalan untuk melarikan diri dari alam ini.

Yang pertama, secara teori seharusnya mudah. Tetapi Sehun sudah menyentak, menghantami bahkan mencoba melumerkannya dari leher. Hasilnya hanya membuat kulitnya terluka. Yang kedua, secara teori dan kenyataan, sepertinya mustahil.

Mata Sehun mengitari sekelilingnya. Setelah para Titan melarikan diri, mereka telah memperkuat segalanya. Penjara ini seharusnya terikat pada Tartarus, Dewa penghukuman Yunani yang dulu menjaga para Titan dan ketika ia melemah tanpa alasan jelas, alam ini pun ikut melemah. Semuanya menjadi tidak stabil. Tapi kini, Tartarus menghilang. Para Titan tidak menahannya dan tidak seorangpun tahu dimana Sang Dewa berada. Tidak ada alasan tempat ini bisa tetap kuat saat ia tidak ada. Tapi herannya, bahkan tanpa kehadiran Tartarus, tidak ada satu retakanpun yang terlihat di dinding penjara.

" Tidak bisakah kau tenang sedikit? " Gerutu Donghae dari atas salah satu ranjang.

Sehun menatap Donghae, dari wajah tampannya hingga ke tubuh tegapnya. Donghae adalah gambaran laki laki yang tidak bahagia dan semua ketidakbahagiaan itu di arahkan pada Sehun.

" Tidak, " Balas Sehun. " Aku tidak bisa. "

" Kami sedang merencanakan pelarian dari sini. " Mereka selalu merencanakan pelarian. Pikir Sehun.

" Selain itu, wajah jelekmu membuatku sakit kepala. " Ejek Donghae.

" Sana ciumi saja dirimu sendiri, " Sergah Sehun.

Meskipun Sehun yang menyakiti Donghae berabad abad lalu – tanpa sengaja – tetapi Donghae membalasnya beribu ribu kali lipat lebih jahat. Dengan sengaja. Bukan dengan emosi tapi secara ada yang lebih di sukai Dongahe daripada ' tanpa sengaja ' menyandung Sehun. Menabraknya juga menghabiskan jatah makan Sehun.

Seandainya Sehun tidak mengenakan kalung ini, Donghae tidak akan bisa melakukan semua itu. Karena Sehun lebih kuat daripada Donghae. Satu lagi alasan Sehun membenci penangkapannya.

" Menciumi diriku sendiri mungkin akan lebih memuaskan daripada jika kau yang melakukannya. " Balas Donghae. Beberapa Dewa dan Dewi di dekatnya menyeringai.

" Terserahlah, " Ucap Sehun, seolah ejekan itu tidak mengganggunya.

Dari sudut matanya, Sehun melihat laki laki berjubah hitam berjalan dari pos penjaga. Sehun tidak perlu melihat wajah laki laki itu untuk mengetahui siapa itu. Kai. Sehun bisa merasakannya. Sehun selalu bisa merasakan kehangatan Kai.

Ketika mata Sehun menatap Kai, Sehun mendapati bahwa Dewa itu sedang merangkul perempuan pirang berkaki jenjang. Perempuan pirang yang meringkuk di sisi Kai seolah tempatnya memang disana – dan sudah disana berkali kali.

Pikiran itu membuat Sehun marah. Seharusnya Sehun membenci Kai dan tidak peduli Kai tidur dengan siapapun. Tidak peduli siapa yang Kai puaskan. Dan ya, Kai pasti akan memuaskan perempuan pirang itu dengan tangan ahlinya dan bibir penjelajahnya. Kai kekasih yang luar biasa yang sentuhannya masih menghantui mimpi Sehun. Tapi saat melihat Kai bersama orang lain membuat Sehun sangat marah.

Sehun tidak berniat melakukannya tapi mendapati dirinya berjalan ke jeruji dan mencengkeramnya agar bisa menatap Kai lebih dekat, lebih jelas. Tiga penjaga lain ada di dekat Kai, semua mengobrol dan tertawa tawa. Jika tahanan berjubah putih maka para penjaga memakai warna hitam dan Kai sangat cocok dengan warna hitam. Kai laki laki sempurna sedangkan Sehun laki laki yang banyak memiliki kekurangan.

" Berengsek, " Gumam Sehun, mengutuk Kai.

Seolah mendengarnya, Kai mengangkat kepala. Begitu mata mereka saling menatap. Sehun ingin melepaskan jeruji yang di cengkeramnya. Sehun ingin menjauh, lenyap dari pandangan Kai. Tapi ego Sehun tidak membiarkan itu. Ia bukan lelaki pengecut.

Hanya untuk mengejek Kai dan berharap membuat Kai kehilangan kendali seperti yang sering dilakukan Kai pada Sehun. Sehun membiarkan tatapan matanya jatuh ke dada Kai, tepat dimana namanya terukir. Sehun tersenyum angkuh sebelum kembali mengangkat pandangannya.

Berhasil. Otot rahang Kai mengeras.

Apa pendapat kekasihmu mengenai tanda di dadamu? Apa pendapat si pirang itu melihat namaku di tubuhmu. Sehun ingin berseru.

Kai menarik perempuan pirang itu agar lebih dekat dengannya dan tanpa memutuskan kontak mata dengan Sehun, memberikan ciuman dalam dan basah di bibir perempuan itu. Tentu saja si jalang itu bereaksi. Ia melingkarkan lengan di tubuh Kai dan memeluknya dengan erat.

Kemurkaan Sehun meningkat. Seandainya bisa, ia akan berderap mendekat dan memisahkan mereka. Lalu ia akan membunuh mereka berdua. Bukan karena menginginkan Kai untuk dirinya – Sehun tidak mau – tetapi karena jelas sekali Kai memanfaatkan orang lain lagi. Tidak terlihat hasrat di mata Kai. Hanya Tekad.

" Donghae, kemarilah. Aku ingin menciummu. " Panggil Sehun.

" Apa? " Donghae tersentak, kekagetannya begitu nyata.

" Kau mau dicium atau tidak? Kemarilah. Cepat. " Perintah Sehun.

Terdengar gemeresak pakaian di belakang Sehun dan kemudian mantan kekasihnya sudah ada di sisinya. Donghae seorang tahanan dan seks adalah hal yang langka. Ia akan mengambil apa yang bisa di peroleh, meskipun dari seseorang yang ia benci. Sehun paham soal itu.

Sehun berpaling menatap Donghae. Sehun melingkarkan lengan di leher laki laki itu dan merangkulnya erat. Hanya saja Sehun tidak menikmati ciuman mereka meski terasa familier.

Rasa Donghae terlalu... apa? Berbeda dari Kai, Sehun menyadarinya dan itu membuat kemarahannya meningkat satu level lagi.

Tapi walaupun tidak menikmatinya. Sehun membiarkan Donghae melanjutkan aksinya. Kai harus menyadari bahwa Sehun tidak lagi menginginkannya. Kai harus menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa mempermainkan perasaan Sehun lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC / END?

Nahhhhh gimana chapter 1 nya? Moga pada suka ne... Maafin kalo ngecewain, kalo misalkan banyak yang suka bakalan aku lanjut FF nya.

Mohon Reviewnya.