4U
Disclaimer: Masashi Kishimoto-san
Oke minna, kembali lagi dengan saya si author penuh miss typo.
Sebenarnya saya ini ga bermaksud untuk menjadi seorang penulis fanfic, hanya saja saya bisa gila kalau sesuatu yang ada dalam otak saya ini tidak di keluarkan. Jadi mohon maklum kalau saya payah dalam hal menulis, karena saya cuman bertujuan untuk men-share pada kalian semua tentang apa yang saya pikirkan.
Saya ini hobi berimajinasi, tapi imajinasi saya pasti yang ga akan mungkin.
Ya contoh, saya kawin ama Sasuke gituh.. ga mungkin kan?
Berhubung kenapa saya selalu membuat fic yang bertemakan pernikahan.
Itu karena.. SAYA KEBELET KAWIN!
Lol, engga denk..saya cuma suka aja ama fic pernikahan..soalnya saya ini suka bikin fic yang genrenya romance, pasti ada kissu-kissunya jadi ga enak kalo ga di bikin pasutri..
Hmm.. tapi saya juga sempat berpikir, apa saya bikin fic humor aja gitu ya?
Contoh Sasuke jadi Ustad or jadi tukang bakso, ato juragan kambing ?
Sempet kepikiran bikin fic kayak gitu…
Ya sutralah daripada banyak cincong, mangga di baca neng-neng geulis dan mungkin kalau ada ya akang-akang kasep.
Ya kitu weh lah pokona mah, lieur urang.. (ya gitulah pokoknya, pusing saya)
Hinata's POV
Namaku, Hyuuga Hinata.
Saat ini umurku 20 tahun, dan aku ini seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi, jurusan Bisnis Manajemen.
Aku tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana, tidak murah dan tidak mahal juga.
Aku ini 3 bersaudara. Kakak laki-lakiku bernama Hyuuga Neji yang usianya terpaut 8 tahun lebih tua dariku dan adik perempuan Hyuuga Hanabi yang saat ini masih duduk di bangku kelas XII SMA.
Kenapa aku hidup sendiri disini? Itu karena kampusku jauh dari rumahku. Rumahku di Sendai dan kampusku berada di kota Osaka.
Oh ya, Orang tuaku sudah meninggal. Mereka meninggal karena kecelakaan pesawat 3 tahun yang lalu. Jadi saat ini yang menanggung beban keluarga adalah Kak Neji.
Saat ini dia bekerja menggantikan posisi ayah di perusahaannya, padahal Kak neji itu lulusan kedokteran, tapi karena dia pintar, dia bisa melakukannya.
Sudah cukup deh basa-basinya ya? Aku sedang terburu-buru. Aku telat! Apalagi aku telat dalam mata kuliah yang aku benci dan dosen yang aku benci juga. Bisa mampus aku nanti! Huh! Kenapa aku bisa kesiangan!
End POV
Hinata, menggoes sepeda ungunya dengan sangat kencang. Anginnya yang berhembus kencang akibat laju sepedanya sukses membuat rambut hitam kebiruan panjangnya berantakan.
Tapi Hinata tidak perduli dengan penampilannya saat ini. Yang ia pikirkan adalah apa alasan keterlambatannya dalam kuliahnya hari ini. Apalagi dosen mata kuliahnya kali ini adalah dosen yang mampu membuat Hinata bergidik ngeri walau hanya dengan tatapannya.
Sesampainya di kampus, Hinata segera memarkirkan sepedanya dan segera berlari menuju kelasnya. Banyak mahasiswa yang melihat keadaanya yang saat ini berantakan.
Rambut yang kusut, baju yang kusut pula karena ia tak sempat memilih baju yang rapih sehingga ia memakai baju yang kemarin ia pakai. Sepatu yang dipasang terbalik pun tidak lupa ia pasang di kedua kakinya.
Secepat mungkin Hinata berlari sambil melihat jam di tangan kirinya. Jam 09.05, artinya Hinata sudah telat 5 menit. Walau hanya 5 menit ia terlambat, dosen yang sekaligus menjadi dosen walinya itu tidak akan mentolerir segala keterlambatan walau hanya 5 menit.
Kedisiplinan adalah motto utamanya.
"Gawat, gawat!"
Hinata terus berlari hingga ia sampai di sebuah pintu paling ujung yang berwarna abu-abu. Tanpa ragu ia segera membuka pintu tersebut dengan kasar.
Napasnya tersengal-sengal sambil menatap wajah teman-teman kuliahnya yang kini menganga melihat penampilannya saat ini. Namun dengan cepat Hinata menghiraukannya dan segera menghadap sang dosen yang kini sedang menulis di papan tulisnya.
"M..maafkan saya pak!"
Sang dosenpun membalik kearah Hinata yang kini sedang menundukan wajahnya. Ia lihat gadis itu sangat berantakan. Rambut kusutnya dan sepasang sepatunya yang terbalik membuat dosen tersebut semakin kesal dengan ulah mahasiswinya.
"Kenapa baru datang jam segini?" tanya sang dosen sambil meletakan buku di atas meja dengan dibanting dan dengan suara yang dingin, namun mampu membuat para hati gadis-gadis yang mendengarnya berdebar-debar.
"S..saya.."
"Saya apa?" si dosen itu menaikan satu oktaf suaranya sambil mendekati Hinata dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.
Hinata yang menunduk pun dapat melihat sepatu fantofel hitam yang kini berada di depannya, yang berarti dosen itu saat ini sedang menatapnya dan berada di depannya.
"M..maafkan s..saya Pak. S..saya t..tela bangun." Jawab Hinata tanpa mengangkat wajahnya yang ikut-ikutan kusut seperti rambutnya.
"Telat bangun? Kamu ini sudah umur berapa? Masak masih bisa kesiangan?" bentak sang dosen sambil berkacak pinggang.
"M..maafkan saya Pak. Saya tidak bermaksud.."
"Dan lihat penampilanmu sekarang. Rambut seperti hantu, sudah begitu terbalik memasang sepatu pula! Gadis macam apa kamu?"
Hinata terbelalak ketika ia melihat kakinya kini memakai sepatu yang terbalik. Dengan sigap ia segera melepas sepatunya untuk ia pasang kembali dengan benar.
"Cukup, kamu tidak usah pakai sepatunya."
"A..apa pak?" tanya Hinata sambil menegadahkan kepalanya untuk menatap wajah dosennya yang saat ini masih menatapnya penuh amarah.
"Jangan pakai sepatunya."
"T..tapi lantainya dingin pak. Gara-gara AC"
"Itu hukuman buat kamu karena telat dalam mata kuliah saya. Sekarang cepat taruh sepatu itu dan segera duduk kalau kamu mau ikut mata kuliah saya."
"B..baik P..pak."
Tiga orang gadis kini sedang duduk di sambil menyantap makan siangnya. Dua yang lain tertawa terbahak-bahak sedangkan yang satu memasang wajah kesal sambil menggigit rotinya yang menggantung di mulutnya.
"Hahaha! Hinata, kasihan sekali kamu!" Ino tertawa sambil memukul-mukul meja di depannya. Ia masih teringat kejadian tadi pagi dimana Hinata sahabatnya di hukum oleh dosen killer idola para gadis.
"A..apanya yang lucu?"
"Penampilanmu itu lucu Hinata. Kok bisa-bisanya rambut mirip setan begitu?" Jawab Sakura.
"Aku juga tidak tahu akan begini, lagipula… dia kok galak banget! Padahal aku hanya telat 5 menit!" jawab Hinata sambil menyeruput cappuccino kesukaannya.
"Kau itu, sudah tahu Pak Uchiha itu galak masih berani telat." Ucap Ino pada Hinata.
Hinata mengerucutkan bibirnya, ia bingung kenapa dosen walinya tersebut bisa segalak itu pada mahasiswa-mahasiswinya. Hanya telat 5 menit saja ia di hukum, padahal peraturan kampus memperbolehkan mahasiswanya untuk telat paling lama 15 menit. Seharusnya dosen itu tidak memarahinya atau menghukumnya.
"K..kayaknya dia orang yang temperamental." Gumam Hinata sambil mengunyah roti goreng di mulutnya.
"Iya-yah, jangan-jangan kalau dia punya istri, istrinya akan dipukul!"
"KDRT maksunya ino?" tanya Sakura.
"Iya! eh tapi Pak Uchiha itu belum menikah kan? Jangan-jangan wanita-wanita takut padanya!" teriak Ino.
"T..tapi Pak Uchiha kan tidak pernah pukul orang. Ya sejauh ini aku belum pernah melihatnya memukul orang, apalagi perempuan. Aku sih takut dengan tatapan dinginnya, dan bentakan-bentakan dari mulutnya." Jawab Hinata sambil menyentuh dagunya seperti orang yang sedang berpikir.
"Eh, tapi kalo boleh jujur aku ini naksir sama dia loh." Ucap Sakura sambil menynggingkan senyumannya.
"Apa? Sakura kamu juga?" tanya Ino yang tidak percaya. Sepertinya Ino sama dengan Sakura.
"Iya. walau galak, dia itu tampan, tinggi, imut, dan badannya itu bagus banget!" puji Sakura sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dadanya.
"S..sakura..k..kau.." Hinata Sweat dropp
"Aku setuju denganmu Sakura! Walau galak dia itu perfect! Tidak heran kalau banyak gadis yang tergila-gila padanya."
"Ya ampun Ino, ternyata kau juga sama." Gumam Hinata.
"Nah, kalau kau bagaimana Hinata?" tanya Sakura penasaran.
"A..aku? ah biasa saja."
"Selera Hinata memang jelek, Sakura." Ucap Ino kecewa.
"M..mana mungkin aku menyukai dosen galak yang sering menghukumku. Bukannya suka tapi malah benci tahu!"
Hinata membanting gelas cappucinonya hingga isinya loncat keluar dan mengotori meja makan di depannya.
"Tuh kan, selera Hinata jelek."
"Biar saja, sudah ya aku mau pulang. Stress lama-lama bersama kalian. Dah!"
Hinata kemudian menarik tas birunya yang berada di sampingnya dan dengan wajah kesal ia meninggalkan kedua temannya yang masih memuja-muja dosen walinya.
Malam telah tiba. Gadis Hyuuga yang baru saja menyelesaikan tugasnya langsung meregangkan otot-ototnya yang kaku. Suara perutnya berbunyi menandakan kini ia tengah kelaparan.
Hinata dengan lunglai memeriksa isi lemari esnya. Berharap ia menemukan sesuatu yang bisa ia makan malam ini. Namun ia tidak menemukan barang sebijipun disana. Dirinya baru ingat, ia lupa untuk berbelanja minggu ini.
Dengan terpaksa, Hinata mengganti pakaiannya dengan celana jeans dan mantel ungu kesukaannya. Ia akan pergi ke sebuah supermarket terdekat untuk berbelanja.
Sambil menguap ia segera mengunci pintu apartemennya dan menaruh kunci itu di saku celananya.
Sesampainya di sebuah supermarket. Dengan wajah lesu ia memilih-milih bahan makanan yang akan ia beli. Namun saat ini Hinata malas memasak sehingga akhirnya ia mengambil beberapa bungkus mie instant untuk ia konsumsi seminggu kedepan.
Hinata yang terus mengambil mie instant tersebut tidak sengaja menyentuh tangan seorang pria yang sepertinya juga ingin mengambil mie instant tersebut.
Hinata kaget dan langsung membungkukkan badannya dan segera meminta maaf.
"M..maafkan saya."
"Tidak apa-apa."
Hinata merasa familiar dengan suara yang ia dengar. Ia yakin suara tersebut berasal dari pria yang memaafkannya saat ini.
Dengan pelan Hinata mengangkat wajahnya dan betapa terkejutnya ia saat ia melihat wajah dari pria tersebut.
"P…Pak Uchiha."
"Hyuuga, sedang apa kamu disini?"
Hinata merasa hari ini adalah hari sialnya. Wajah canggungnya ia pasang jelas di depan dosen walinya tersebut. Apalagi saat Hinata melihat dosennya kini menggendong bayi mungil berumur sekitar 5 bulan di tangan kanannya.
"S..saya b..belanja P..pak."
"Kamu belanja sendirian?"
"I..iya pak..he..he..he. buat makan malam." jawab Hinata dengan tawa yang dipaksakan.
"Makan malam sendiri?"
"I..iya pak."
"Kamu tinggal sendiri memangnya?"
"I..iya pak." Sungguh Hinata heran. Kenapa dosen killernya ini terus menanyainya.
Dosen itu lalu melihat isi troli yang di bawa Hinata yang hanya berisikan beberapa puluh mie instant di dalamnya. Dosen itu lalu menatap wajah Hinata yang keheranan dan menghela napas.
"Kamu makan mie saja?"
"I..iya pak, me..mangnya kenapa?" tanya Hinata khawatir.
"Banyak makan mie tidak baik untuk lambung."
"Mau bagaimana lagi, saya malas masak sekarang pak."
"Ck, dasar. Kamu ini anak gadis tapi kok gak bisa masak?"
Hinata kembali dongkol karena baru saja ia dengar dosennya ini kembali merendahkannya. Ia hendak melawan tapi ia tidak ingin membuat imagenya yang sopan menjadi hancur hanya gara-gara hal ini.
"B..bukannya saya tidak bisa pak, tapi saya sedang malas."
"Ya sudah kamu makan malam denganku saja."
"Iya pak. E..eh apa?"
"Biar aku yang bayar semuanya." Jawab dosen itu sambil memindahkan isi troli hinata kedalam trolinya.
"Eh, maaf tapi bisa kamu gendong dia sebentar?" Dosen Uchiha itu lalu menyerahkan bayinya kepada Hinata dan dengan cepat Hinata segera menerimanya.
Hinata menatap bayi yang ia gendong. Ia lihat mata bayi laki-laki tersebut.
"Pak Uchiha kan belum menikah, kok bisa dia punya anak? Apalagi anak ini tidak mirip dengannya. Jangan-jangan dia mirip ibunya. Hah! Jangan-jangan dia melakukan sex diluar nikah! Ya ampun bapak! Anda ini dosen tapi berbuat hal seperti itu! Ya ampun!"
Uchiha itu lalu mendorong trolinya yang berisikan barang miliknya dan barang milik Hinata. Sedangkan Hinata yang menggendong bayi tersebut mengikutinya dari belakang sambil menatap tajam sosok di depannya.
Setelah sampai di kasir, Uchiha segera mengeluarkan barang-barang dari isi trolinya. Hinata bisa melihat, dosennya itu membeli beberapa popok bayi dan beberapa box susu bubuk untuk bayi. Hinata berpikir, bayi ini tidak memiliki ibu, karena sepertinya bayi ini di berikan susu bubuk, bukan Asi.
Saat Uchiha itu hendak membayar belanjaannya dan belanjaan Hinata. Bayi mungil yang kini digendong Hinata melambai-lambaikan tangannya kearah Uchiha itu. Hinata berpikir sepertinya bayi ini ingin digendong oleh dosennya.
"Ada apa Ryuu-chan? Mau digendong sama papah ya?" tanya Uchiha itu sambil tersenyum lembut dan mengulurkan kedua tangannya kepada sang bayi.
Hinata yang kaget melihat dosennya tersenyum untuk pertama kalinya, langsung memberikan bayi yang bernama Ryuu itu kepelukan dosen walinya.
"Benar, berarti dugaanku benar! Dia belum menikah tapi sudah punya anak!"
Sesudah membayar belanjaannya , pria Uchiha itu pun menyuruh Hinata untuk membawakan barang belanjaaannya, karena saat ini ia tengah menggendong bayinya.
Hinata yang kebingungan hanya bisa menuruti dosennya tersebut dan mengikutinya hingga kesebuah tempat parkir.
"Hyuuga, tolong kau masukan di bagasi."
"I..iya."
Setelah Hinata menaruh barang-barang tersebut di dalam bagasi mobil. Pria Uchiha tersebut menyerahkan Ryuu untuk ia gendong kembali. Hinata yang kembali heran menerima bayi itu dan menggendongnya.
Dosen itu tersenyum lembut di depan Hinata, membuat jantung gadis 20 tahun itu berdegup kencang, dan ia bisa merasakan ada sesuatu yang panas di wajahnya.
Kini Hinata akui, dosen mudanya tersebut memang tampan.
"Tolong gendong dia ya? Aku kan menyetir."
"B..baik Pak."
….
….
….
Saat ini mata Hinata tertuju pada sebuah makanan yang sudah siap tersaji di depan matanya. Dia tidak menyangka, dosen galak yang selama ini ia kesali bisa membuat makanan yang terlihat luar biasa enaknya.
Hinata menahan air liurnya yang hampir menetes keluar dari mulutnya. Maklum saja, sudah lama ia tidak pernah makan-makanan seperti itu.
"Bapak hebat sekali! Saya jadi merasa tidak enak."
"Jangan panggil bapak."
"T..tapi bapak kan dosen saya."
"Tapi sekarang kan kita tidak sedang di kampus. Panggil saja aku Sasuke."
"B..baiklah S..sa..sasuke-kun"
Sasuke tersenyum menatap wajah Hinata yang dengan polosnya memanggil wajahnya. Entah kenapa ia merasa senang gadis itu memanggil nama kecilnya.
"Silahkan dimakan." Ucap Sasuke.
"A..anu, sebelum saya makan ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan."
"Iya?"
"Kenapa bapak..eh maaf S..sasuke-kun tidak memarahi saya?"
"Memarahi? Memangnya kamu salah apa?"
"Ya…biasanya Sasuke-kun selalu menghukum saya selama ini. Jadi saya pikir, S..sasuke-kun pasti akan marah melihat saya pergi berbelanja."
Sasuke mengerutkan dahinya kemudian tersenyum kecil. Ia lalu mengambil sumpit dan mengambil beberapa makanan dan ia taruh di atas piring Hinata.
"Aku memarahimu karena kau selalu telat dalam kelasku,dan itu jelas salah. Tapi apa kamu pergi berbelanja juga salah?" jawab Sasuke sambil tersenyum kecil.
"Tidak sih. Ah ada lagi."
"Hn?"
"Sasuke-kun, kalau saya boleh tahu, umurnya berapa?"
"tahun ini 28."
"Ooh..seumur kakak saya."
"Begitu?"
"I..iya. anu terus…."
"Apa lagi?"
Hinata kemudian menatap wajah seorang bayi yang kini tertidur lelap di sebuah sofa coklat di dekatnya. Ryuu tertidur di pelukan Hinata saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Ryuu. Ryuu itu anak Sasuke-kun?"
Sasuke terdiam dan mengalihkan tatapannya kepada bayi kecil yang kini tertidur pulas. Ia tersenyum dan kembali menatap mata lavender milik Hinata.
"Iya, Ryuu anakku."
"T..tapi setahu saya, Sasuke-kun belum menikah kan?"
"Belum."
"Kok bisa? Apa Sasuke-kun…"
"Ryuu-chan bukan anak kandungku, dia anak sahabatku dan istrinya yang sudah meninggal."
"Ah begitu, maaf." Hinata menundukkan kepalanya.
"Maaf untuk apa?"
"Saya tidak tahu kalau dia anak dari sahabat Sasuke-kun yang sudah meninggal. Saya turut berduka cita."
"Tidak apa-apa. Sekarang makanlah nanti kau sakit dan tidak bisa masuk ke kelasku besok."
"I..iya, selamat makan."
"Kring-Kring"
Suara jam beker berbunyi dan membangunkan Hinata dari mimpinya. Dengan perlahan ia buka matanya dan melihat jam beker pink miliknya.
"Jam 8…"
Hinata segera bangun dari tempat tidurnya, dan langsung pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah ia memakai baju ia segera pergi menuju dapur untuk sarapan pagi. Ia melihat meja yang kini telah penuh oleh beberapa belanjaan seperti roti, susu dan lain sebagainya. Hinata diam sejenak dan sadar bahwa kemarin ia di belikan beberapa makanan oleh dosennya.
Hinata lalu menyiapkan sarapan untuknya sendiri dan memakanya. Tiba-tiba saja ia teringat senyuman Sasuke yang baru saja ia lihat pertama kalinya dan entah kenapa hal tersebut membuat jantungnya berdegup kencang.
Hinata lalu menelan sarapannya dan melihat jam yang terpasang di tembok dapurnya.
Hinata segera menyelesaikan dan membereskan sarapannya dan mengambil tasnya.
Ia takut hari ini ia akan dihukum Sasuke apabila telat.
Hinata kembali menggoes sepedanya dengan kencang, tinggal 15 menit lagi kelas akan dimulai. Ia tidak ingin di hukum oleh dosennya. Kemarin saja telapak kakinya kaku karena kedinginan karena ia tidak di ijinkan memakai sepatu.
Hinata berlari menuju kelasnya dan segera membuka pintu. Dengan napas yang tersengal-sengal Hinata mencari sosok dosennya itu. Beruntung si dosen tidak ada, berarti ia tidak terlambat. Namun kejanggalan dirasakan Hinata ketika ia sadar tidak ada satupun orang di dalam kelasnya.
"Loh, pada kemana sih?"
Tiba-tiba Hinata merasakan ada tangan yang menepuk pundaknya dengan pelan. Hinata segera berbalik untuk mengetahui siapa yang sedang berdiri di belakangnya.
" Sasu..eh Pak Uchiha."
"Kamu sedang apa disini Hyuuga?" tanya Sasuke.
"B..bukannya sekarang kelas bapak ya?"
"Hah? Teman-temanmu tidak memberitahu?"
Hinata menggeleng tidak mengerti.
"Aku saat ini tidak bisa mengajar, dan kebetulan tidak ada dosen pengganti."
"Ada apa memangnya?"
"Hari ini ada kerabatku yang meninggal, aku harus pulang."
"Oh begitu. Turut berduka cita pak."
"Anu, boleh aku minta tolong?"
"Apa pak?"
"Aku titip Ryuu sehari ini padamu ya? Kau tidak ada kelas lagi kan."
Hinata menggeleng.
"Tapi kenapa anda tidak membawa Ryuu ke rumah keluarga anda?"
Sasuke menghela napas dan membalikkan tubuh tegapnya membelakangi Hinata yang kini menatapnya.
"Orang tuaku tidak tahu soal Ryuu. Aku merahasiakannya."
"Kalau begitu selama anda bekerja, Ryuu di titipkan kepada siapa?"
"Aku menitipkannya pada temanku. Tapi kebetulan hari ini dia ada perlu."
"Sekarang Ryuu ada dimana?"
"Dia bersama temanku itu, tapi sebentar lagi ia akan pergi jadi aku harus cepat-cepat menjemputnya."
"Hmm, baiklah."
Sasuke menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah bercat krem. Sasuke kemudian turun di susul dengan Hinata. Sasuke lalu memencet tombol lonceng di depan pagar rumah tersebut.
Keluarlah sesosok pria berambut pirang dan berkulit tan sambil menggendong bayi dari rumah itu. Pria itu berlari dan segera membuka pagar rumahnya. Dan tersenyum melihat Sasuke. Setelah itu ia lalu segera menyerahkan Ryuu kepada Sasuke.
"Maaf ya, aku tidak bisa menjaganya hari ini, apalagi kau harus pulang kerumah orang tuamu hari ini juga."
"Tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena selalu membuatmu repot Naruto."
Pria bernama Naruto itu mengangguk dan melihat Hinata yang kini berdiri disamping Sasuke. Naruto kemudian tersenyum kepada Hinata dan Hinata pun membalasnya.
"Siapa dia Sasuke?"
"Oh dia mahasiswi di tempat aku mengajar."
"Selamat pagi." Ucap Hinata pada Naruto.
"Pagi. Nah Sasuke, maaf aku tidak bisa berbincang-bincang dahulu. Aku harus segera pergi."
"Hn. Hati-hati."
Naruto mengangguk dan segera mengendarai motornya dan meninggalkan Sasuke dan Hinata yang kini menatap kepergiannya.
"Hyuuga, maaf bisa gendong dia?"
"Iya."
BERSAMBUNG
Hadeuh hadeuh
Sasu-nya disini aku buat beda 8 taun ama Hina-nyan.
Soalnya aku baca Manga yang judulnya Dengeki Daisy or Electric daisy. Di sonoh ceritanya juga si cowo beda 8 taun lebih tua ama si cewe. Dan setelah saya pikir bagus juga. Ya sudah.
Sebenarnya saya emang suka bikin umur Sasuke agak sedikit jauh lebih tua dari Hinata.
Well, memiliki pasangan yang dewasa itu lebih bagus daripada yang seumur loh..
Beneran! Dan sepertinya tipe2 saya juga begitu. Ya gpp lah beda 7 sampe 12 taun asal jangan ama om-om pedofil 40 taun..hiiiy! amit-amit! Eh pengecualian denk buat Om Vincent di Game Final Fantasy VII yang umurnya lebih tua dari ayah saya. Eugh..si Om teh kasep pisan euy..jadi bogoh kieu urang teh. Dan kalo boleh, Om Hyde dari Laruku juga mau kok #plakk
Oh ya untuk Fic saya yang berjudul "RAINBOWS" saya bingung.. itu dilanjutin apa kagak? Soal umurnya Sasu ma Hina di situ juga terinspirasi ama manga with my brother dimana kisah percintaan si adik cewe dan kakak tiri cowoknya yang beda 11 taun..hoho.
Ya begitulah. Sebisa saya. Saya akan mengupdate fic2 saya yang lain.
Mohon pengertiannya yah. Yang lama itu mikirin idenya.
Apalagi fic Cintaku dengan si anak tukang tahu..hiks-hiks..
Saya selalu muncul ide kalau saya lagi makan tahu. Tapi saya akhir-akhir ini tidak sedang ingin makan tahu, jadinya gak muncul-muncul deh.
Ya sudahlah tolong reviewnya ya Bos!
Doain juga supaya saya di beliin Gitar baru.. hiks *padahal gak bisa main*
Hatur nuhun kasadayana
(Makasih buat smuanya)
Salam Hangat
Nao-shi
