Yugioh © Kazuki Takahashi-sensei.

Abnormal Family © Sora Tsubameki

Seto, Jou, Yami, dan Yugi berumur 26 tahun

Marik, Malik, Bakura, Ryou berumur 5 tahun

--- Chapter 1. The Devil's Child---

Siapa yang tak kenal Seto Kaiba? Namanya jelas tersohor di dunia bisnis. Belum lagi dengan parasnya yang diatas rata-rata. Semua orang pasti meleleh jika berada didekatnya. Meski sikapnya dingin dan angkuh, Ra seolah terhipnotis untuk terus menerus memberi karunia tak ternilai padanya. Selain memiliki harta yang melimpah ruah, Seto pun dikaruniai suami yang cukup manis.

Eit, tunggu..suami? ya benar, suami. Seorang suami berambut emas dan bermata coklat madu. Siapa lagi kalau bukan Jounouchi Katsuya. Perdebatan dan adu mulut sengit memang sudah menjadi ritual sakral pacaran mereka. Meski malu-malu akhirnya mereka toh mau juga. Oke, kita skip saja bagian perjuangan Kaiba untuk 'menyeret' Jounouchi ke gerbang pernikahan. Yang pasti pernikahan yang telah berjalan setahun terakhir ini membuat sang CEO sangat bahagia. Sekarang mereka sedang menjalani indah-indahnya pengantin baru. Ibarat buah yang ranum, saat-saat inilah Seto sedang merasakan manisnya hidup.

Namun, siapa yang bisa menebak jalan pikiran seorang Katsuya. Pemikiran dari otaknya yang pas-pasan itu memang kerap kali menuai badai dalam bahtera rumah tangganya.

"Seto, rumah ini serasa sepi kalau hanya kita tinggali berdua saja." Oke, sinyal buruk mulai beresonansi.

"Hh..hh..Arah pembicaraanmu kurang tepat sayang..ahh.." Seto menatap seductive ke arah suaminya. Kali ini mereka sedang bergumul di ranjang. Hawa panas mulai membakar suhu ruangan. Sedikit lagi Seto mencapai surga, jika saja Jou tidak menghentikan kuluman di areal bawah milik Seto Kaiba secara tiba-tiba.

"Arghh.." Seto mengerang frustasi. Jelas dia tak mau Jou berhenti.

"Seto, kita harus melakukannya!" Jou makin memperlebar jarak.

" Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" Kaiba mulai terengah-engah. Tidak nyaman jika menurunkan libido yang nyaris meledak. Rasanya seperti akan terjun ke dalam jurang terdalam tapi tidak jadi. Seketika raut muka Seto berubah tegang, menandakan ketidaksenangannya atas interupsi mendadak sang uke.

"Aku mau anak!"

"WHATTTT???" Oke, sekaranglah saatnya Seto terjun ke dalam jurang.

Keringat dingin mulai bercucuran. Bagaimana bisa Jounouchi berpikiran sampai kesitu? Benar kata pepatah, orang bodoh memang memiliki sejuta misteri *ngarang*. Tak masuk akal. Jelas itu tidak bisa dipenuhi. Jika Jou minta kapal pesiar, Seto pasti sanggup mengabulkan. Kalau jalan-jalan ke mars? Pasti akan diusahakan. Bukankah sekarang pemerintah Amerika Serikat sudah menyediakan paket liburan ke luar angkasa? Tapi untuk permintaan yang satu ini jelas Seto tidak bisa memenuhinya. Mau secinta apapun Ra pada dirinya, Ra tidak akan pernah sudi memberikan rahim pada kedua pasangan sejati ini bukan?

"Aku mau anak, Seto!" Jou mulai merengek. Tak dihiraukannya ekspresi Seto yang mulai berubah horror. Sinting! Seto kira mungkin Jou akhirnya sadar akan kekeliruannya yang telah menikahi sesama jenis kemudian berubah haluan untuk mencari wanita saja agar mampu menghasilkan generasi penerus. Kalau benar begitu hancurlah sudah masa depan Seto Kaiba. Tanpa cinta hidupnya pasti terasa hampa. *Halah, lebay*

"Seto?" Jou mengibas-ngibaskan tangannya ke depan muka Seto yang masih membeku.

"RAMBUT JAMURRR!!!" Jou berteriak dengan frekuensi diatas 20.000 Hz.

"Argh, apa-apaan kau anjing kampung!" Seto mulai menapak bumi. Kali ini kesadarannya telah kembali 65 persen.

"Aku mau anak. Anak. Anak. Anaaaaaaak…"

"Eh?" Seto kembali ke dunia autisnya. Kewarasannya sudah pasti minus, dibawah 0 persen.

XXX

"Mereka lucu-lucu, Seto.." Jou tersenyum lebar. Seto masih duduk manis di sofa tamu, enggan mengikuti sang uke untuk masuk ke kamar balita.

"Seto, aku pilih yang itu. Sepertinya lucu.."

"Pilih sesukamu!" Kaiba masih sibuk mengotak-atik laptop kesayangannya. Tidak ada hal yang membuatnya menarik disini. Harga saham dan bursa efek yang bergerak fluktuatif rupanya lebih menarik minatnya ketimbang suara ceria anak-anak panti yang berubah seperti seringai iblis di kupingnya.

Jelas Seto menolak untuk mengadopsi anak. Bukan tidak mau! Hanya belum siap saja. Malam sebelumnya terjadi perdebatan besar-besaran antar dua kubu yang berbeda pendapat.

"Oh please. Jou, kita baru satu tahun berumah tangga. Seharusnya saat ini hanya ada kau dan aku. Tidak ada tambahan anggota keluarga!"

"Apa salahnya jika ada tambahan beberapa penghuni baru di rumah kita. Toh rumah ini masih cukup luas untuk menampung mereka!" Jou masih ngotot dengan argumennya.

"Mereka? Tunggu. Aku kira kita belum menyepakati satu penghuni baru pun untuk menambah keributan di rumah ini. Jangan bilang kau mau mengadopsi lebih dari satu bocah!" Kaiba murka.

"Kalau satu kasihan kan. Dia tidak punya teman main." Jou mulai menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Jelas aura ukenya terpancar dengan sangat tajam. Jika saja saat ini mereka tidak sedang beradu mulut, Seto sudah pasti akan langsung menerkam Jou dan membawanya ke kamar untuk berpesta ranjang semalam suntuk tanpa break.

"Kalau tidak ada anak, tidak ada jatah lagi untukmu!" Jou makin mengancam.

"Tidak bisa seperti itu!" Seto membantah.

"Jelas bisa!" Jou makin mempersengit ancaman. Dia melangkah keluar kamar utama.

"Hei, mau kemana kau?"

"Mulai sekarang kita pisah ranjang. Sebelum kau menyetujui kesepakatan kita, aku akan tidur di sofa."

"Bagaimana bisa begitu?"

"Jelas bisa!"

"Argh!! Baiklah. Besok kita ke panti asuhan. Pilih sesukamu!"

"Hehe." Seketika raut muka Jou berubah total. Kini dia sudah kembali menjadi anjing penurut, mengelus-elus tuannya yang mulai kehabisan nafas. Jelas ini penindasan. Seme terjajah oleh agresi seorang uke. Argh..sinting!

Oke, kita kembali ke suasana panti asuhan. Kaiba masih sibuk menekan-nekan keyboard miliknya. Beban pikirannya terasa sedikit rileks melihat harga saham yang naik di perdagangan bursa efek. Namun, kenikmatannya tak berlangsung lama. Seketika konsentrasinya terganggu oleh sebuah tangan mungil yang menarik-narik halus celana panjangnya.

"Ayah.." Hampir saja Seto mengira bocah itu adalah hantu yang mengaku-ngaku menjadi anaknya. Jika saja Seto tidak melihat dengan lebih detil, seorang bocah berkulit gelap itu tidak akan terlihat nyata di atas lantai biru ruang tamu.

"Setidaknya pilih yang mirip kita sayang~" Seto tersenyum horror (?)

Seorang bocah berambut jabrik, berkulit gelap, mulai menyeringai iblis ke arahnya. Meski maksudnya tersenyum tetap saja matanya terlihat licik.

"Eh? dia lucu kan, Seto. Kau tak lihat senyuman manisnya itu hah?"

'Oh please, seringai iblisnya dibilang manis?' Sepertinya setelah ini Seto harus bergegas membawa Jou ke dokter mata. Mungkin saja Jou mengidap katarak akut.

"Mereka terlihat sangat menggemaskan. Sepertinya mereka akan tumbuh menjadi anak baik. Yang ini saja ya…" Jou mulai menggendong yang satunya lagi.

"Uhuk!" Seto tersedak ludahnya sendiri. Shock.

"Siapa namanya?" Seto menyempatkan diri menanyakan nama kedua iblis bersaudara yang akan menjadi anggota keluarga barunya nanti.

"Kata suster, mereka bernama Marik dan Malik." Jou tersenyum puas.

XXX

Selang beberapa saat setelah kepergian mereka, datanglah dua pasangan muda -- lagi-lagi ingin mengadopsi anak.

"Bagaimana sayang? Sudah kau putuskan?" Suara baritone menyapa lembut kekasihnya yang masuk ke dalam ruangan.

"Um!" Yang disapa mengangguk semangat.

"Dia terlihat seperti malaikat kecil, Yami. Lihatlah. Begitu putih, bersih, dan menggemaskan. Kelak mereka akan menjadi anak-anak yang baik." Yugi mulai berjongkok dan memeluk kedua 'calon anaknya'.

"Terserah kau saja."

"Siapa nama kedua malaikatku ini suster?" Yugi mulai menyapa wanita setengah baya yang sejak tadi tersenyum ramah ke arah mereka.

"Mereka Bakura dan Ryou."

to be continued

A/N: Korban WB. Korban WB. Korban WB. Korban WB. Korban WB. Korban WB….Argh…Sunshine…maaf ya. Aku belum bisa melanjutkannya. Ide sudah terbersit, tapi entah kenapa sulit sekali tertuang ke lcd. Permintaan maaf terutama ditujukan pada Messiah san. T-T

Karena WB, akhirnya lari ke humor. Hiks hiks hiks.

Marik: Huu..sok sih lo! Biasanya juga cuma bisa buat fic humor, nyoba buat fic romance lagi.

Malik: Sst..udah jangan di ledekin. Nanti pundung loh. Denger2 Sora san mau hiatus dulu ya?

Sora: Eh? tahu darimana lo??? *nabok Marik*

Marik: Kok aku yang ditabok?

Sora: Iya. Karena cuma kamu yang enak buat ditabok. Huh!

O iya, masalah hiatus..mm..duh maaf kayaknya isu itu benar adanya T-T entah kenapa urusan duniawi (?) makin menggila. Mungkin saya tidak bisa meneruskan fic saya yang telah berceceran(?) dalam waktu dekat. Maafkan saya. TTT__TTT ga bakal lama-lama kok. Arghh…*frustasi* Semoga fic ini masih bisa menghibur. Saya akan kembali. Tak akan lama kok. Sumpah! Doakan semoga urusan duniawinya bisa cepat kelar, kemudian pulang ke akhirat dengan selamat *digiles* Ok, bye…hiks.