Ini susah, kan? Kencan dengan seorang sepertiku

Karena aku tidak bisa melakukan hal yang baik untukmu

aku tidak punya kepercayaan diri untuk terus bersamamu lagi

Tapi kenapa kamu memegang tanganku dengan erat?

Orang jahat yang tidak pernah tahu hatimu

itu aku

tak ada baiknya dari seorang yang tak berguna

yang tidak pernah berkata dia mencintaimu – itu aku

sebelum aku berubah pikiran, sebelum aku menahanmu

kumohon pergilah tanpa melihat kebelakang lagi

orang sepertiku

jangan pernah lagi berpikir untuk berkencan dengan orang sepertiku

orang sepertiku-tidak

orang sepertiku

seorang yang tidak layak untuk mencintaimu

orang sepertiku

Sampai kapan kamu akan seperti ini

ketika aku meminta kamu pergi, kumohon pergilah

Sebelum aku marah, berhentilah menangis

Kenapa kamu berlagak seperti anak kecil?

Orang jahat yang tidak pernah tahu hatimu

itu aku

tak ada baiknya dari seorang yang tak berguna

yang tidak pernah berkata dia mencintaimu – itu aku

sebelum aku berubah pikiran, sebelum aku menahanmu

kumohon pergilah tanpa melihat kebelakang lagi

orang sepertiku

jangan pernah lagi berpikir untuk berkencan dengan orang sepertiku

orang sepertiku-tidak

orang sepertiku

seorang yang tidak layak untuk mencintaimu

orang sepertiku

aku tidak menyukaimu, aku tidak butuh kamu

aku benci kamu, aku menyesali ini sekarang

kumhon beritahu aku kata-kata itu

injak-injak (benci)aku dan tinggalkan aku

seperti apa yang ingin aku lihat

kamu hanya perlu pergi tanpa berkata apapun

ini mudah untuk melupakan orang sepertiku

aku egois dan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu sama sekali

jadi lupakan aku dan berbaliklah dan pergilah

bagaimana aku bisa berkata kasar terhadapamu? Bagaimana aku bisa menyalahkanmu

bagaimana aku bisa melupakanmu

bagaimana? Sungguh, bagaiamana bisa?

orang sepertiku

jangan pernah lagi berpikir untuk berkencang dengan orang sepertiku

orang sepertiku-tidak

orang sepertiku

seorang yang tidak layak untuk mencintaimu

orang sepertiku

-Guy Like Me - 100%-

"Kumohon tinggalkan aku."

"Shireo."

"Kau, apa yang kau inginkan dariku? Aku tidak menginginkankanmu sama sekali. Kau tidak.."

"Tidak penting bagaimana perasaanmu padaku, yang terpenting adalah perasaanku kepadamu. Aku hanya ingin memilikimu."

"Michiseo."

"Nde, nan micheseo. Karena itu jebal jangan pernah berkata seperti itu. Tidak penting apakah pada akhirnya aku akan terluka seperti katamu, yang penting sekarang aku hanya ingin kamu menjadi milikku."

$$%%%$$

Sunyi.

Hanya bunyi alat medis yang terdengar. Hanya bunyi napas lemah yang disokong oleh sebuah alat yang disebut 'simple mask' untuk menambah saturasi oksigen dalam tubuhnya.

Seorang dengan napas lemah itu, hanya terbaring lemah dengan baju lengkap pasien rumah sakit. Dengan selang infus yang menancap indah di tangan kirinya yang sedikit terdapat luka iritasi akibat plester infus. Dengan perban dikepalanya yang baru saja di ganti oleh perawat –satujam yang lalu-.

Pasien dengan status medis 'koma' ini sudah terbaring lebih dari 3 bulan yang lalu. 120930. Itu tertera dalam status medis yang tertempel pada bagian bawah bed pasien. Itu adalah tanggal dimana pasien itu masuk rumah sakit pertama kalinya.

"Anyeonghaseyo, perkenalkan saya perawat Minah. Hari ini saya akan mengecek tanda-tanda vital Anda, apakah Anda bersedia?" seorang dengan name tag 'Choi Minah' yang sepertinya seorang perawat disana berkata pada pasien koma itu. Hey, bukankah seperti orang aneh yang berbicara pada orang koma yang bahkan tidak akan bisa menjawab pertanyaanmu?

Tapi, ingatlah. Biarpun dia pasien koma dan tidak bisa menjawab pertanyaanmu, dia bisa mendengar dan merekam dengan baik setiap kata yang kau ucapkan. Karena semua organ dalam tubuhnya bekerja dengan baik. Hanya kesadarannya saja yang tidak.

"Baiklah, pertama saya akan mengecek nadi Anda." Ucap perawat itu lagi dengan senyum yang manis, meskipun si pasien tidak akan tahu bagaimana manisnya senyuman itu.

Kriieett

"Ah maaf mengganggu. Tapi apa yang sedang Anda lakukan disini?" ucap seorang pria yang memakai kemeja biru muda yang dipadukan dengan celana hitam yang baru saja masuk.

"Saya sedang memeriksa Tanda-tanda vital pasien. Sebentar lagi saya selesai." Ucap Minah dengan senyumnya, dimana tangannya masih memegang alat untuk menghitung nadi.

"Tapi kenapa..."

"Nadi pasien meningkat beberapa jam yang lalu, aku tidak tahu penyebab pastinya apa karena dokter sendiri belum menjelaskan secara detail tentang hal itu. Apapun itu, kuharap ini akan menjadi hal yang bagus. Karena pasien ini entah kenapa tiba-tiba mempunyai aura yang sangat cerah, biasanya pasien dengan aura yang cerah akan cepat sembuh." Ucap Minah sembari membereskan alat-alat medisnya dan bergegas keluar.

"Terima kasih. Terima kasih telat merawatnya dengan baik." Ucap pria itu dengan menundukkan kepalanya.

"Sudah seharusnya itu yang kulakukan, kan? Aku ini selain adiknya aku juga seorang perawat di Rumah Sakit ini." Ucap Minah sembari melangkah keluar.

"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Terima kasih, sudah menjaga kakakku, meskipun aku tahu kau bukan satu-satunya orang yang dengan baik menjaganya. Terima kasih." Tambahnya.

Pria itu, mengangguk. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju bed pasien itu. Dia tersenyum. Bukan, bukan senyum senang atau bahagia tapi senyum perih. Dia duduk didekat pasien itu dengan tangan yang reflek memegang tangan pasien itu.

"Hey, kenapa kamu gak bangun? Tidak lelah? Aku saja lelah melihatmu terbaring seperti ini. Ayo bangunlah. Ah, apakah punggungmu tidak infeksi? Aku dengar orang yang tidur terlalu lama akan terkena luka dekubitus? Aih aku lupa, disini kan ada adikmu. Dia pasti menjaga dan merawatmu dengan baik, kan? Kau tahu tidak?" dia menghela napasnya sebentar.

"Setelah kejadian itu, dia menjadi seperti orang gila. Dia terus saja meneriakkan namamu. Sepertinya dia benar-benar merindukanmu. Dia benar-benar mencintaimu kan? Dan kau tahu jelas akan hal itu kan? Tapi kenapa kau selalu bersikap seperti itu kepadanya? Kau tidak kasian padanya, hmm? Kau mencoba mempermainkannya?"

Pria itu menundukkan wajahnya. Dia tahu seberapa banyak kata yang dia ucapkan atau seberapa banyak pertanyaan yang dia lancarkan, tak akan ada satupun dari pertanyaannya yang akan dijawab atau di tanggapi oleh pasien itu. Dia koma, ingat? Tapi dia tidak akan menyerah untuk mengajak passien ini berbicara, walau terkesan bermonolog. Karena Minah pernah mengatakan, pasien ini akan tetap mendengar apa yang diucapkan orang disekitarnya.

"Apakah...kau akan terus seperti ini? Tidak boleh! Ingat ya, kalau masih saja seperti ini, aku akan terus datang kesini dan memberondongmu dengan banyak pertanyaan sampai kau bosan dan membuka matamu untuk menutup mulutku yang terlalu banyak bicara ini." Pria itu tertawa, bukan terbahak, hanya tertawa ringan.

"kau ingat tidak? Lagu yang kita berdua akan nyanyikan? 'Guy Like Me'? kau bilang lagu ini mirip dengan mu. Dulu aku tidak tertalu paham dengan maksudmu tapi sekarang aku tahu. Kau, ingin menyanyikan lagu itu untuk dia, kan? Orang yang benar-benar menyukaimu itu? Orang yang dengan segenap hatinya hanya diperuntukkan padamu, tapi kamu dengan santainya ingin mengakhiri hubunganmu dengannya. Karena kau berfikir dia terlalu indah dan tak terjangkau untukmu. Dia terlalu baik untuk mendapatkan orang sepertimu. Kamu lalu bertingkah seolah kamu adalah orang yang jahat dimatanya, untuk membuat dia muak dan akhirnya memutuskanmu, begitu? Tapi apa? Dia begitu teguh dalam mempertahankanmu, sampai akhirnya kau sendiri yang memintanya. Kau berkata ini itu kepadanya, mengatakan kau bukan orang baik dihadapannya. Dihadapan orang yang begitu paham tentangmu? Kau benar-benar bodoh."

Pria itu mendesah, lalu ia mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Dia melihat kotak itu, dengan satu tangan yang masih memegaang tangan si pasien. "Kau ingat ini apa? Ini hadiah darinya kepadamu, ini hadiah dimana aku ikut andil dalam pencariannya. Kau pasti tidak tahu betapa susah mencari barang yang hanya seperti ini, hmm? Dia bahkan sampai rela tidak ikut seleksi kedua dari perlombaan yang dia ikuti hanya untuk mendapatkan benda ini, padahal kau tau seberapa penting perlombaan itu baginya. Dan kau dengan santainya..hmm kau pasti sudah ingat apa yang kau lakukan padanya, kan?"

"Aku tidak marah kepadamu, juga tidak bermaksud menyalahkanmu atau menghakimimu. Karena aku bukan orang yang seperti itu, right. Aku ini bukan orang penting yang berhak marah, meyalahkanmu bahkan menghakimimu. Aku hanya tetangga yang secara tidak langsung pernah kau kenal hingga sekarang. Hanya tetangga yang sangat dekat denganmu, hanya tetangga yang bisa melihatmu dari jauh. Hanya tetangga yang hanya mencintaimu lewat mimpi, karena jika di dunia nyata aku tidak bisa mencintaimu sesuka yang aku mau."

Mata pria itu kembali menjadi sayu, padahal beberapa saat yang lalu saat ia berbicara panjang lebar matanya dihiasi cahaya. Ketika ia mengenang masalalunya ia tersenyum. Senyum yang bahkan sudah mulai hilang sejak hampir tuga bulan yang lalu. Semenjak si pasien masuk dalam rumah sakit, pria ini jarang tertawa.

Ditambahlagi, seorang teman yang tidak lain adalah 'kekasih' pasien telah menjadi sedikit 'gila' karena pernyataan si pasien dan karena suatu kecelakaan yang merenggut kesadaran pasien ini. Pria ini, harus mengurus keduanya. Si 'kekasih' dan si 'pasien' itu sendiri. Meskipun untuk si pasien ia bisa sedikit longgar, karena benar apa kata Minah, dia bukan orang satu-satunya yang menyayangi 'pasien' ini dan si 'kekasih'.

$$%%%$$

Malam semakin larut, tapi pria tadi masih enggan untuk beranjak dari kamar pasien. Dia masih saja memandangi wajah sang pasien yang semakin hari semakin terlihat kurus. Kadang kala dia tersenyum, saat ia mengingat kembali apa yang dulu pernah ia kerjakan bersama pasien ini. Ia tidak perlu takut dengan adanya 'akhir jam besuk', karena Minah sudah memberinya hak penuh untuk berada didekat pasien ini. Jadi ia bisa dengan leluasa berada didekat pasien.

"Hey, kau tahu aku masih disini." Pria itu mulai berbicara lagi, setelah sekian lama ia terdiam sejak Minah mengantarkannya makan malam.

"Aku masih disini seperti malam kemarin dan kemarinnya lagi. Kau tahu kenapa? Karena aku ingin menjadi orang pertama yang kau lihat saat kau membuka matamu, jadi ayo buka matamu. Aku merindukan mata indahmu, Min."

"Min? Kau bangun?" tanya pria itu, kaget. Tiba-tiba saja kedua mata pasien yang ia panggil 'Min" tadi terbuka dengan perlahan, dengan sebelumnya ada gerakan kecil dari tangan kirinya.

"Sebentar, akan ku panggilkan Minah." Ucap pria itu dengan tergesa. Lalu ia keluar dengan cepat menghampiri Minah yang sedang duduk diam di tempat yang disebut "nurse station".

"Minnahh.. Min.. sungmin.. Lee Sungmin sudah bangun." Ucap pria itu terengah-engah.

Minah hanya berdiri, ia terkejut, tentu saja. Dan tentunya ia sangat bahagia. Tanpa ia sadari setitik air mata menetes dari kedua matanya. Ia menutup mulutnya untuk menahan isakan bahagia yang mungkin akan keluar dari mulutnya. Ia benar-benar ingin melompat saking bahagianya mendengar berita dari pria dihadapnnya ini.

-TBC-

Huwaa apa ini? Mianhae semua jika ini Hancur berantakan, maklumlah saya orang baru disini. Mohon Kritik dan Sarannya. Bash ato pun Flame juga gpp.. Biar saya tahu dimana letak kesalahan saya. Sebagai orang baru, saya mohon bantuan yang sebesar-besarnya..

Klo seandainya gak ada yg bagus dan FF ini pantesnya di deleted, saya pasti deleted #pasrah.

Dan saya akan mencoba membuat lagi yang lebih baik. Karena setiap manusia belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya, bukan. Jadi Tolong jika ada kesalahan tolong beritahu saya.

Akhur kata, terimah kasih yang sebanyak2nya.

Sincerly,

Kim-87