Naruto © Masashi Kishimoto
Perjodohan © zhyagaem06
©2014
.
.
.
Uchiha Sasuke & Haruno Sakura
.
.
.
Summary : Perjodohan. Satu kata itulah yang menjadi penghalang diantara hubungan Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura. Awal yang begitu manis dan akhir yang tak pernah diduga-duga/"Kau sudah dijodohkan Sasuke, dengan putri dari keluarga yang sederajat dengan Uchiha"
.
.
.
"Jidat"
"..."
"Oi, pinkie"
"..."
"Landasan pesawat terbang"
Bugh!
Uchiha Sasuke sukses jatuh dengan bokong mencium tanah air dan luka lebam dipipi kirinya. Setengah meringis, ia bangkit dari posisi memalukan itu sambil mengelus pipi mulusnya yang kini berwarna kemerahan. Sementara didepannya berdiri sosok berambut merah muda sebahu yang tengah bersedekap sembari menatapnya tajam. Mengabaikan fakta jika itu adalah atasannya sendiri.
Si rambut ayam menyeringai.
"Kau makin sexy jika sedang marah seperti itu, sayang"
Pipi si pinky memerah. Antara marah dan juga malu. Jantungnya aja ikut-ikutan dad dig dug jederr. Dengan cepat, ia mengangkat kepalan tangannya, mengarahkannya pada ayam mesum didepannya itu. Namun, kali ini si pemuda tampan itu lebih sigap, ia tak mau merasakan pukulan maut dari gadis bermarga Haruno itu. Kalau dicium sih, mau-mau aja. Ckckck
Dengan telapak tangan kirinya, Sasuke berhasil menghalau serangan Sakura yang entah mengapa terasa mudah baginya. Menyeringai, ia langsung menarik tangan gadis itu sehingga membuat tubuh indah sang gadis—yang dibalut kemeja hijau ketat dan rok pinsil ketat berwarna hitam—bertabrakan dengan tubuh tegap si Uchiha.
Tubuh keduanya saling menempel, menimbulkan getaran-getaran aneh diantara keduanya. Sakura gelagapan, ia berusaha keras melepaskan diri dari dekapan maut Sasuke. Namun, pemuda tampan itu nampak enggan melepaskannya, ia malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping sang Haruno. Ia memojokkan tubuh Sakura di dinding ruang kerjanya, dan menjilat pelan daun telinga gadis itu.
"Ugh~Sas-sasu~" desahan yang tak diinginkan lolos begitu saja dari bibir mungil Haruno Sakura. Semakin membuat Sasuke menyeringai, perlahan ia menurunkan jajahan bibirnya di leher jenjang nan mulus kekasihnya. Sakura mencengkram kuat jas bagian bahu Sasuke, ia menggigit bibir bawahnya, mencoba meredam desahannya sendiri. Biar bagaimanapun, ini masih dilingkungan kerja. Ia khawatir ada yang memergokinya tengah 'bermesraan' dengan Sasuke. Apalagi, jika itu adalah seorang wanita, ia yakin gosip akan langsung tersebar dan dirinya akan dianggap sebagai wanita penggoda lelaki kaya.
"Akkhh...Sasuke!" Sakura memekik begitu dirasanya pemuda berambut raven itu menggigit lehernya. Wajah gadis itu semakin memerah. Sasuke menyeringai, ia menjauhkan kepalanya dari leher Sakura dan kini ia beralih menatap manik emerald yang telah menjeratnya sejak pertama kali bertemu dengan sorot kasih sayang. Sakura pun membalas tatapan Sasuke dengan emeraldnya yang terlihat agak sayu, cukup mengundang 'sesuatu' dalam diri Sasuke.
"Kau cantik, sayang" bisik Sasuke tepat ditelinga gadis itu dan mengulum sebentar daun telinganya. Sakura memejamkan mata, kedua telapak tangannya semakin kuat mencengkram jas formal Sasuke.
"Sasu, aku harus kembali bekerja. Masih banyak laporan yang belum kuselesaikan" ucap Sakura setengah memelas, ia benar-benar tidak tahan dengan situasi seperti ini. Benar-benar membuat jantungnya tak henti-hentinya berdebar.
"Hn. Tidak usah terburu-buru. Laporan itu bisa kau serahkan kapanpun kau mau" balas Sasuke enteng. Sakura melotot, dicubitnya lengan Sasuke asal.
"Mana bisa begitu? Aku tidak mau makan gaji buta!"
Sasuke terkekeh, dengan gemas diacak-acaknya rambut merah muda sebahu milik sekretaris sekaligus kekasihnya itu. "Hn. Bukan begitu, sayang. Aku hanya ingin kau menemaniku disini. Sebentar saja" nada bicaranya santai namun terdengar tegas, pertanda jika ia tak ingin dibantah.
"Tapi Sasu~"
"Hn" Sasuke dengan santainya menggendong tubuh Sakura ala bridal style dan mengarahkan langkahnya kearah satu set sofa yang terletak ditengah-tengah ruangannya. Sakura memekik kaget dan meronta-ronta minta dilepaskan.
"Sasu, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!"
Sasuke pun langsung merebahkan tubuh Sakura di salah satu sofa yang ukurannya lebih besar dari sofa lainnya. Dan dengan cepat ditindihnya tubuh elok itu, sebelum siempunya melarikan diri.
"Sasu, k-kau mau apa?" Sakura gugup, ini memang bukanlah kali pertama ia diperlakukan seperti ini oleh Sasuke, tapi tetap saja ia selalu berdebar karenanya.
"Hn" jawab Sasuke ambigu. Ia mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik dibawahnya itu.
"Sasu! Ini dikantor, jangan melakukan hal yang tidak-tidak" ucap Sakura panik. Namun, tak ayal pipinya semakin merona saat merasakan hembusan nafas hangat dari pria diatasnya ini.
"Hn. Aku tidak peduli" jawabnya cuek dan tanpa basa-basi langsung dilumatnya bibir mungil nan merah muda yang sedari tadi menggodanya itu. Ciuman panas pun tercipta diantara mereka, bahkan Sakura yang awalnya memberontak kini mulai terhanyut akan ciuman Sasuke yang selalu memabukkan. Lidah keduanya saling bertaut, saling menghisap satu sama lain. Kesepuluh jemari lentik Sakura meremas pelan rambut ala bokong ayam Sasuke, seolah mengartikan jika ia sangat menikmati kegiatan intim itu. Sasuke semakin memperdalam cumbuannya saat mendapat respon dari sang kekasih. Lidahnya mengamuk didalam rongga mulut gadis itu, dengan rakus dihisapnya bibir Sakura tanpa henti. Beberapa kali mereka menjauhkan bibir keduanya untuk meraup pasokan oksigen yang menipis karena ciuman panas itu, namun kembali bersatu setelah beberapa detik.
Mereka terus berciuman, saling memuaskan satu sama lain. Menyalurkan setiap rasa yang ada dengan ciuman panas nan menggairahkan itu. Tangan Sasuke baru saja akan melepas kancing kemeja Sakura, namun sebuah suara berat yang terdengar menyentak menghentikan niatnya. Menyadarkan kedua insan itu.
"Sasuke!"
Sasuke bisa merasakan tubuh gadis dibawahnya menegang, saat melihat sosok yang berdiri didepan pintu ruang kerja Sasuke. Sakura bahkan meremas ujung jas Sasuke sembari menggigit bibir bawahnya gugup. Sementara Sasuke hanya menatap datar pada sosok itu, jika ditanya apakah ia kaget? Jawabannya pastinya iya, namun Sasuke tak ingin menampakkannya terlalu jelas.
"Tou-san" gumam Sasuke pelan.
Berdiri dengan tegapnya Uchiha Fugaku yang menatap tajam pemandangan didepannya.
.
.
.
Sakura menundukkan kepala berhiaskan surai merah mudanya tatkala pria paruh baya didepannya itu memandangnya tajam dan tak bersahabat. Kesepuluh jemarinya saling meremas, suatu bentuk dari kegugupannya. Sementara Uchiha Sasuke yang duduk tepat disebelah gadis pink itu hanya bersedekap dan balas menatap onyx Fugaku yang sesekali menatap kearahnya. Kemudian pandangannya bergulir kearah Sakura, lelaki itu tahu jika Sakura tengah ketakutan sekarang. Jelas sekali, karena sejak tadi ia terus dihujani tatapan tajam dari sang ayah. Perlahan telapak tangan besar milik Sasuke bergerak, meraih salah satu telapak tangan mungil itu dan menggenggamnya hangat. Sakura sontak mengangkat wajahnya dan menatap kearah Sasuke. Lelaki tampan itu tengah tersenyum tipis kearahnya. Seolah mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Sakura balas tersenyum kearah kekasihnya tersebut, ketakutannya akan sosok Fugaku didepannya sedikit demi sedikit menguap.
"Ekhem" dehem Fugaku yang sengaja membesarkan volume suaranya. Cukup membuat dua insan didepannya terkejut, namun tak sampai melepas genggaman tangan mereka. Fugaku mendecih dalam hati.
"Apa yang kalian lakukan tadi benar-benar memalukan! Bagaimana jika orang lain yang memergoki kalian?!" Fugaku memulai pidatonya didepan anaknya dan sekretaris anaknya itu.
"Maafkan kami, Tou-san" ucap Sasuke datar. Tanpa emosi dan beban, genggaman tangannya pada tangan Sakura semakin erat.
"Apa katamu tadi, Sasuke? Maaf? Dan setelah aku memberikan maaf, kalian akan mengulanginya lagi?"
"..." Sasuke diam, tak tahu harus membalas apa atas ucapan ayahnya itu.
"Dan kau, Haruno"
Sakura memantapkan hatinya untuk bertatapan langsung dengan Fugaku. Takut-takut ia mengalihkan pandangannya dari lantai marmer dibawahnya kearah pria paruh baya yang duduk didepannya itu.
"Ya, Uchiha-sama?"
"Apa kau bekerja disini hanya untuk menggoda anakku?"
Sederet kata yang dilontarkan Fugaku langsung menohok hati Sakura. Gadis itu terdiam, dan tak tahu harus berucap apa. Sasuke sendiri merasakan telinganya memanas mendengar perkataan Fugaku.
"Tou-san" ucap Sasuke agak membentak kepada ayahnya. Ia menatap Fugaku tak mengerti.
"Diam, Sasuke! Tou-san tidak sedang berbicara denganmu!" Ucap Fugaku tanpa memandang putra bungsunya itu, ia lebih memfokuskan pandangan pada satu-satunya wanita diruangan itu.
"Kau seharusnya sadar akan posisimu, Haruno! Berani sekali kau menggoda putraku, bahkan sampai melakukan hal memalukan itu dikantor" ucap Fugaku begitu menusuk hati Sakura. Gadis itu semakin tertunduk dengan mata berkaca-kaca.
"Memangnya berapa bayaran yang diberikan Sasuke untukmu? Katakan saja, aku akan memberikan lima kali lipat dari yang diberikan Sasuke, asal kau berhenti meng—"
"Cukup, Tou-san! Berhenti memojokkan Sakura, dia tidak bersalah! Ini semua kesalahanku!" Sasuke tak bisa membendung kemarahannya kala Fugaku terus melontarkan kata-kata menyakitkan untuk Sakura.
"Tak kusangka kau berhasil mempengaruhi putraku hingga seperti ini. Dia bahkan berani membentakku, kau benar-benar hebat Haruno" Fugaku mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa hambar.
Air mata yang mengenang dipelupuk mata Sakura semakin tak tertahankan lagi. Satu persatu cairan bening itu keluar dan langsung berjatuhan dilantai—karena Sakura menundukkan kepalanya. Demi apapun, kata-kata Fugaku benar-benar menusuk nuraninya. Ia dianggap seperti seorang pelacur oleh orang tua dari kekasihnya sendiri. Padahal pada kenyataannya tidak seperti itu. Ia mencintai Sasuke bukan semata-mata untuk mencari keuntungan. Ia mencintai lelaki berambut raven itu tulus dari lubuk hatinya, tidak dibayar seperti anggapan Fugaku.
"Aku bilang berhenti memojokkan Sakura, Tou-san! Dia tidak seperti yang Tou-san pikirkan. Asal Tou-san tahu, Sakura sudah menjadi kekasihku sejak setahun lalu. Aku mencintainya dan akan menikahinya" Sasuke berdiri dan mengucapkan kalimat itu tanpa keraguan sedikitpun. Onyxnya memandang Fugaku penuh kesungguhan. Sakura maupun Fugaku tentu saja kaget atas penuturan Sasuke. Sakura tak menyangka jika bungsu Uchiha itu akan membeberkan hubungan mereka didepan ayahnya sendiri. Fugaku lebih terkejut lagi, ia tak pernah tahu jika ternyata anak bungsunya itu sudah menjalin hubungan dengan sekretarisnya sendiri dengan kurun waktu yang bisa dibilang lama.
"Kekasih? Cinta? Menikah? Jangan bercanda, Sasuke"
"Aku tidak bercanda, Tou-san. Aku serius akan perkataanku. Uchiha tidak pernah main-main"
"Cih" Fugaku berdecih kemudian melanjutkan, "Aku tidak akan pernah menyetujuinya Sasuke, kau tentu masih ingat dengan pembicaraan kita minggu lalu, bukan?"
Sasuke terdiam menerima pertanyaan dari sang ayah. Tentu saja ia mengingatnya, sangat mengingatnya. Sesuatu yang tak ingin ia bahas didepan Sakura. Dan ia berharap Tou-sannya tak mengatakannya didepan gadis yang dcintainya ini.
"Kau sudah dijodohkan Sasuke, dengan putri dari keluarga yang sederajat dengan Uchiha"
DEG
Emerald itu membola. Tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sakura diam tanpa suara. Jantungnya berdetak cepat dan ia merasakan sesuatu yang begitu menyakitkan menyerang hatinya. Jadi...selama ini Sasuke telah membohonginya? Kenapa? Kenapa seperti ini?
Sasuke melirik Sakura dengan ekor matanya. Gadis itu hanya diam, namun Sasuke tahu jika Sakura pastilah shock atas pernyataan Fugaku ini.
"Dan Tou-san juga tentu ingat, aku tidak pernah setuju dengan perjodohan itu" balas Sasuke mencoba untuk tenang.
"Tou-san tidak peduli kau mau setuju atau tidak, perjodohan ini akan tetap dilaksanakan" ucap Fugaku tegas.
Sakura semakin meringis mendengar perdebatan sepasang ayah dan anak itu. Rasanya sangat menyakitkan mengetahui lelaki yang dicintainya akan dijodohkan dengan wanita lain, lebih menyakitkan daripada saat ia mendapat lontaran kata kasar dan hinaan dari Fugaku. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari kelopak mata gadis itu. Ia belum siap kehilangan Sasuke secepat ini.
"M-maaf, a-aku permisi" Sakura berdiri dari duduknya. Telapak tangannya mengepal kuat disisi tubuhnya. Ia sudah tak sanggup lagi mendengar pembicaraan kedua Uchiha itu. Ia cukup tahu diri jika ia hanya orang luar yang tak seharusnya berada disini, meski ia adalah kekasih dari putra bungsu Uchiha Fugaku itu. Kekasih? Sampai kapan?. Sasuke yang menyadari itu segera menoleh kearah Sakura dan menatap gadis itu dalam.
Sakura sedikit membungkukkan tubuhnya kepada Fugaku, dan segera berjalan menuju pintu ruangan Sasuke.
"Apa ini berarti kau bersedia melepaskan Sasuke, Haruno?" Ucap Fugaku sebelum gadis itu benar-benar keluar dari ruangan yang didominasi oleh ketegangan itu. Sakura hanya diam, telapak tangannya yang akan meraih knop pintu terhenti diatas udara hampa. Pertanyaan Fugaku terlalu menyakitkan untuk ia jawab.
Dari tempatnya berdiri sekarang, Sasuke bisa melihat getaran kecil pada bahu mungil kekasihnya itu. Ia tahu jika Sakura tengah berusaha mati-matian untuk menahan tangisannya. Fakta yang dilontarkan Fugaku beberapa saat lalu, tentulah sangat mengejutkan untuk gadis musim semi itu. Sasuke sendiri tak pernah menyangka akan seperti ini, hatinya berdenyut nyeri melihat kerapuhan gadis itu. Tanpa mempedulikan Fugaku, pemuda berambut raven itu langsung menghampiri kekasihnya yang masih berdiri diambang pintu.
"Sasuke!" Panggil Fugaku keras, yang justru tak dipedulikan oleh putranya itu.
Sasuke dengan cepat meraih pergelangan tangan Sakura, membuat siempunya tersentak kaget,
"Saki" panggil Sasuke pelan. Sakura masih enggan membalikkan tubuhnya. Ia tak kuat untuk menatap pemuda itu, apalagi dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata ini.
"Jangan dengarkan perkataan, Tou-sanku Sakura, sampai kapanpun aku tetap tidak akan menerima perjodohan ini" ucap Sasuke berusaha meyakinkan gadis yang masih memunggunginya itu.
Gadis itu tak membalas perkataan Sasuke. Ia tetap diam, hanya air mata yang terus mengaliri pipi mulus itu.
"Maafkan aku Sakura. Aku tidak bermaksud menyembunyikan semua ini darimu, aku hanya tidak ingin membebanimu" Sasuke berpikir, mungkin Sakura tak ingin membalas ucapannya karena Sasuke tak memberitahukan tentang masalah perjodohan ini padanya. Maka dari itu Sasuke menjelaskannya secara perlahan, berharap gadis itu mengerti. Meski ia tahu, ini sudah sangat terlambat.
"..." Diam. Tak ada respon berarti yang ditunjukkan Sakura. Sampai akhirnya gadis itu melepas genggaman Sasuke pada pergelangan tangannya, dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis itu segera membuka pintu dihadapannya dan keluar begitu saja.
Sasuke yang lengah hanya bisa terpaku menatap pintu yang telah tertutup itu. Kedua telapak tangannya mengepal, mencoba meredam emosi yang membuncah didadanya.
"Ck. Apa bagusnya gadis Haruno itu sehingga kau sampai seperti ini?" Suara berat Fugaku terdengar mengusik indra pendengaran Sasuke.
"..."
"Pikirkan baik-baik Sasuke, putri keluarga Uzumaki jauh lebih baik dari gadis itu" selesai berucap demikian Fugaku langsung mengambil langkah menuju kearah Sasuke—lebih tepatnya kearah pintu ruangan Sasuke.
Pria paruh baya itu melirik sekilas wajah putranya yang nampak sekali sedang menahan emosi. Namun, kepala keluarga Uchiha itu seperti tak mau ambil pusing. Dibukanya pintu berbahan dasar kayu tersebut, sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan, ia berhenti sejenak dan mengatakan sesuatu yang cukup membuat Sasuke kaget "Bersiaplah, Sasuke. Dua hari lagi keluarga Uzumaki akan berkunjung ke Tokyo untuk urusan bisnis, sekaligus membicarakan pertunanganmu dan putri mereka" dan setelah itu pintu coklat itu ditutup dengan sosok Fugaku yang berlalu begitu saja, meninggalkan sang anak bungsu sendiri di tempat itu.
.
.
.
To Be Continued!
.
.
.
.
Author Bacot Area :
Ini ff baru saiia, maaf ya kalau gaje abal trus maksain lagi -_-, entah kenapa lagi pengen buat ff model/? begini. Tapi ini gak bakalan panjang kok, three-shoot doang, otak suka stuck kalau bikin ff yang episode/?nya panjang.
Review pliss#puppy eyes mode
