Bakugan (c) Maekawa Atsushi
Warning: Modified Canon. Boy x boy. Pemaksaan headcanon pribadi.
A.C.I.D
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
Kakinya melangkah dengan mantap menuju ruangan tidak jauh sejurus pandang. Semakin cepat pemuda itu berjalan, semakin cepat pula degup jantungnya berdetak. Kegusarannya semakin intens ketika mendengar suara benda yang pecah dari area dalam. Pemuda bersurai emas dengan topeng di wajah tampannya itu hanya bisa mendesah pelan, untuk kemudian mengetuk pintu lalu memasuki ruangan.
Seperti biasa, memecahkan gelas lagi?! Tanyanya pada sosok yang kini berdiri jauh di hadapannya—tentu saja dalam hati. Dia masih belum ingin mendapatkan hukuman berat karena kesalahan konyol, seperti meledek pangeran Vestal yang memang terkenal kekanak-kanakan ditambah lagi mudah sekali naik darah.
"Aku tidak menyuruhmu kemari!" bentak figur yang berdiri di depannya galak sambil memuntir rambutnya dengan jari, sebagaimana kebiasannya.
Dan Spectra—nama pemuda misterius bertopeng tersebut, sangat mengenal kebiasaan itu sehingga hanya menganggapi dengan senyum tipis. Atau Dia harus menyebut dirinya sendiri sebagai Keith Clay? Ah... sayangnya nama itu sudah dibuang jauh-jauh semenjak dirinya bergabung dengan Vexos.
"Ini Inisiatif saya sendiri, Pangeran Hydron." jawab Spectra sopan.
"Cih! Ya sudah... masuk!"
Setelah meyakini diri bahwa atasannya tidak menolak keberadaannya, kakinya mulai melangkah mendekat. Melewati patung-patung perunggu raksasa di dalam ruangan yang terlihat mengerikan bagi siapapun yang melihatnya. Tapi untuk Battle Brawlers seperti Spectra, melihat enam Bakugan legenda terabadikan dalam wujud bergeming merupakan pemandangan paling indah—Ralat! Hanya lima Bakugan legenda, karena buruan yang tersisa masih dalam sasaran targetnya.
"Aku ingin melengkapi koleksiku!" yang statusnya lebih tinggi melipat kedua tangan sembari menatap tajam melalui sepasang manik Amethyst miliknya.
"Maafkan saya... saya akan berusaha."
KRAKKK
Dengan wajah kesal, Hydron menginjak pecahan gelas yang masih terserak di lantai ruangan. Beberapa menit berlalu dan tidak ada dari mereka berdua yang memulai percakapan sampai sang pangeran menyibak jubahnya kasar, masih menyiratkan tatapan marah.
"Aku ingin melengkapi koleksiku secepatnya, Spectra Phantom!"
Pengulangan kalimat ditambah penegasan pada frasa terakhir yang diucap oleh junjungannya sebelum memanggil namanya, terasa bagai ancaman serius bagi Spectra. Namun pemuda bertopeng itu tahu bahwa yang membuat dirinya terancam hanyalah karena perbedaan kedudukan yang ada di antara mereka. Di luar itu, sosok yang tengah di hadapinya hanyalah seorang anak kecil yang angkuh, manja dan mudah ditebak.
"Saya akan berusaha..." ulang Spectra sambil memberikan sedikit intonasi intimidatif. Membuat sang pangeran memasang wajah paling menyebalkan. Kakinya masih menggosok lantai dengan kuat. Melumatkan pecahan gelas di bawah sepatunya menjadi serpihan kecil. Pesan yang diutarakannya sangat jelas; jika Spectra tidak bisa memberikannya hasil memuaskan maka nasibnya tidak akan berbeda dari pecahan gelas tersebut.
"...atau kaulah yang akan menjadi pajanganku selanjutnya!" pangeran berambut hijau pucat itu membalikkan keadaan hanya dengan satu kalimat.
Spectra mendesah panjang seperti yang sudah dia lakukan sebelum, sebelum, dan sebelumnya. Benar-benar anak kecil menyusahkan, batinnya lelah. Jika saja Vestal tidak memiliki rencana bagus seperti menguasai New Vestroia dan menguasai dunia tersebut, dia akan berpikir sepuluh kali untuk melayani makhluk egois di hadapannya.
Mengacuhkan aura menekan yang dipancarkan untuknya, Spectra melangkah mendekat. Mengeliminasi jarak.
Berbeda dengan mulut tajamnya. Melihat pergerakan Spectra yang tidak diduganya, Hydron tanpa sadar melangkah mundur. Tidak terlalu jauh, karena masih menyimpan harga diri yang begitu tinggi. Takut pada anak buat tidak ada dalam kamusnya. Walau bersifat menyebalkan, Hydron memang terkenal tidak takut terhadap apapun. Tidak heran jika pemuda itu dinobatkan menjadi seorang pangeran.
Tapi jangan sebut namanya Spectra Phantom jika tidak mampu mengatasi situasi ini.
"Ma-mau apa...?" kali ini sang pangeranlah yang gagal menyembunyikan rasa gugupnya terutama ketika tiba-tiba tengkuknya yang kecil diraih dengan cepat. Kesempatan itu digunakan Spectra untuk sedikit menunduk seraya menempelkan ujung mulutnya pada bibir junjungannya tersebut. Sekelebat sensasi merasuk ke dalam pembuluh darah Spectra.
Dia pernah merasakan segarnya sorbet buah dengan saus mustard, manisnya segala jenis coklat leleh, maupun gurihnya sajian sup pot-au-feu Perancis yang terkenal lembut dan memanjakan lidah. Namun saat ini tidak ada yang bisa menandingi kelezatan bibir pangeran Vestral yang terjebak dalam dekapannya.
Sia-sia putra tunggal raja Vestal itu melawan. Karena apapun yang dia lakukan sekarang tidak membuahkan hasil apapun—terutama karena Spectra mendekapnya erat. Lagi-lagi pangeran Hydron tidak bisa mengelak ketika benda asing nan basah memasuki mulutnya yang sensitif. Dengan berani, lidah Pimpinan Vexos itu mengobservasi setiap rongga yang dilalui tanpa terlewat. Mengabsen barisan gigi yang dirasakannya satu per satu. Menambah sensasi panas yang bisa membuat jantungnya meledak kapan saja karena nikmat yang luar biasa.
Setelah puas 'mencicipi' hidangan, Spectra bersedia kembali pada kenyataan dan menjauhkan wajahnya. Melepaskan kedua pelukan kencang dari tubuh Hydron perlahan. Dalam hati dia mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi setelah kuncian tangannya terbebas. Tapi setelah menunggu beberapa saat, berbagai spekulasi negatif yang sempat menghantui otaknya seperti tamparan atau tendangan tidak ada yang terwujud.
"Aa—err... ahh..."
Sebaliknya Spectra tersenyum puas melihat reaksi yang diberikan pangerannya. Apalagi salah satu responnya adalah wajah yang bersemu serta ucapan yang terbata seperti yang didengarnya kini. Sungguh bertolak belakang dari perintah tegas yang didengar sebelumnya. Semua aura mengancam mendadak sirna tatkala Hydron hanya bisa terdiam kaku di tempatnya berdiri, tak ubahnya semua patung perunggu yang tersebar di ruangan.
"Saya berjanji, tidak akan memakan waktu lama sampai anda melihat koleksi terakhir yang anda inginkan..."
Tanpa merasa bersalah, Spectra beranjak menyusuri ruangan menuju pintu keluar. Gestur singkat tubuhnya cukup untuk menandakan bahwa keberadaannya di sana akan segera berakhir. Sementara Hydron yang masih dengan wajah terbakar hanya bisa tertegun dan membiarkan anak buah kesayangannya berlalu.
Di balik pintu, Spectra berhenti sejenak untuk menyentuh bibirnya kembali dengan ujung-ujung jarinya. Tanpa sadar menaikkan kedua ujung bibirnya hingga membentuk lengkung senyum sempurna. Tapi dia tidak tenggelam dalam aksi kemenangannya terlalu lama, karena kakinya kembali melangkah mantap menuju kandil ruang Vexos tempat pengikut-pengikut setianya berkumpul mengitari. Bersiap untuk memberikan patung perunggu terakhir yang sudah dia sepakati.
END
.
.
.
A/N:
Efek akibat nonton ulang Bakugan season II: New Vestroia dan Spectra X Hydron paling FTW! #kibar bendera Vexos
Terus semua tulisan di atas hiperbola abis deh. Spectra sendiri ngga setia2 amat kok, apalagi anak2 buahnya #hmm
A.C.I.D: singkatan dari Acknowledge, Counter & Compare, Intercept, Declaration of Value. Biasanya dipake buat fokusin pikiran yang memungkinkan someone merespon dengan cara yang tepat untuk konfrontasi. Cara yang bagus kan buat ngadepin orang kaya Hydron? ƪ(`▿▿▿▿´ƪ) Ohohohohohohohohoho...
R&R maybe? C:
