;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

The Nightmare Just Begin

;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

Lari, larilah, semakin kau berlari, semakin aku ingin mendapatkanmu. Peluhmu yang menuruni pelipis hingga meloncat dari ujung wajahmu. kulitmu yang memucat karena darah bersusah payah merayap di setiap pembuluhmu. Nafasmu yang menderu hingga terhembus seluruhnya, menyisakan paru-paru yang menjerit putus asa. Dan ekspresi itu, ekspresi ketakutan yang sangat sempurna. Indah, sangat indah. Kau membuat seringaiku semakin lebar. Menakjubkan.

"Siapa… siapa kau?" kau bertanya padaku dengan air mata yang kau coba untuk kau tahan agar tidak bercucuran, tapi gagal. Mereka sudah terlanjur mengambil jalan masing-masing menuruni lekuk pipimu. Kau sudah lelah berlari, sendi-sendi kakimu pasti sekarang terasa linu, apalagi setelah kau jatuh barusan dan merayap hingga bersandar pada sebuah dinding. Suara gugup dan tarikan nafas yang tersenggal itu, oh, merdu sekali, bagai lagu pengiring degub jantungmu yang kehilangan irama. Kau tertuduk di lantai berpola catur, memandangiku dangan dua mata teal-emerald berkilat-kilat dalam remang. Mengamati sosok asing ini dengan gemetaran sambil mendekap kedua kepalan tangan di dadamu. Takut jika aku akan menarik mereka dengan kasar.

Ku langkahkan kembali kaki untuk menghampirimu, dan kunikmati setiap suara derap sepatu beradu dengan lantai metal menggema di lorong sepi. Perlahan tapi pasti, kupersempit jarak diantara kita, sampai uluran tanganku saja cukup untuk bisa meraihmu, untukku bisa melihat mu yang semakin sayu.

"Aku?" ucapku datar yang sekarang menjulang di depanmu seraya mengamatimu lebih jauh. Ku sadari, susunan tiga huruf yang terlontar dari bibirku untuk menjawab pertanyaanmu barusan, lebih dari cukup untuk menaikkan volume adrenalin yang terpompa di tubuhmu. Kau kembali bergetar hebat memandangiku.

"aku hanya menagih perjanjian." lanjutku kemudian sembari menyarungkan kepalan tangan kiri ke saku celana hitamku. Menikmati setiap mili detik momen ini.

Kau diam tak membalas. Tubuhmu terus bergetar, sampai menggigil lemas "Perjanjian apa?" rintihmu lirih, suaramu sedikit tercekat tapi kau berhasil mengeluarkannya dari kerongkonganmu. Hmm, pasti sakit, aku hargai usahamu. Perjanjian apa? baiklah, kau bukan gadis kecil dalam gendongan, seharusnya kau mengetahui ini. Memungkirinya kemudian itu tak akan mengubah semuanya, kau tidak memiliki daya apapun untuk membatalkan perjanjian yang di buat oleh kedua orang tua mu.

Kudekatkan wajahku hingga selaras bola matamu, eh? kau terbelalak, kau pasti memperhatikan sedikit kejanggalan bukan? Apa itu? bola mata hitam dengan iris merah menyala bercincin biru lautan? Kulitku yang sepucat mayat? Atau kah percikan darah yang terciprat di wajahku setelah kubersihkan beberapa penjaga yang ditugaskan untuk menjagamu? Ah jangan kau jawab, aku suka menebaknya "Menukar satu nyawa untuk sekoloni pasukan abadi" ucapku kemudian. Kupastikan nafasku menyapu wajahmu. Bisa ku perhatikan, kau merinding kemudian. Manis sekali.

"ingin sedikit kisah pengantar tidur?" ku coba sedikit menghiburmu, oh tidak, menghibur diriku sendiri tepatnya karena kau terlihat kurang mengerti dengan maksudku "kejadian ini, sekitar sepuluh tahun lalu saat portal dimensi parallel terbuka karena campur tangan orang tua mu" sambungku menatapmu tajam dan kau terdiam, mengangkat wajah pelan hingga aku bisa melihat jelas seluruh riak di kulit seputih awan. Polos atau terkejut kah itu yang kau berikan padaku saat aku melihatnya? aku memang tak pandai membaca hati lewat ekspresi. Tapi aku bisa mengakui, betapa berharganya ekspresi itu.

"M-Mustahil, kau bohong tidak mungkin orang tua… ku" kau mencoba membantah, tapi sepertinya sesuatu menghalangimu berbuat demikian. Jeda di antara kata "orang tua" dan "ku" yang cukup panjang dan bola matamu yang membulat sempurna telah mengisyaratkan sesuatu padaku.

"Bagaimana rasanya dibohongi oleh orang yang kau sayangi?" Kau kembali terdiam, bergumam tanpa suara dengan kosa kata bercampur aduk, lalu terisak.

Aku mencium gejolak konflik dalam dirimu. Kau pasti sudah tahu kelanjutan kisahku bukan? Kau tahu maksudku bukan? Kau mungkin baru menyadari apa yang sebenarnya kedua orang tua mu lakukan di balik seragam lab putih mereka selama ini. Apa yang mereka sembunyikan dari dunia. Apa yang membuat mereka menatapmu seolah kau orang yang harus disingkirkan saat kau menemukan sesuatu di ruang kerja mereka tanpa sengaja.

Kau mungkin juga sempat berpikir dengan kata-kataku barusan, dan mendapati jawaban bahwa orang tuamu-lah yang harus menanggung dosa atas pembantaian yang selalu datang di setiap malam. Pembantaian yang membuat enam tahun yang pernah kau lalui menjadi mimpi buruk abadimu.

"Mu… Mustahil… bo… bohong… Luka… Gumi… Len… Rin…"

Ya, aku bisa sedikit mengintip kedalam ingatanmu. Aku bisa melihat bagaimana kau, satu-satunya yang selamat dari mereka. Dari mimpi buruk yang merenggut teman-temanmu sedangkan kau hanya bisa membatu di atas kedua lututmu yang mengeras karena otot-ototnya menegang. Melalui matamu yang sebening berlian, aku bisa menggali lebih jauh ke dalam memorimu. Aku bisa melihat kepala yang bergelindingan, tangan dan kaki berserakan, isi perut berceceran dan darah yang menggenang layaknya aliran sungai styx dalam cerita. Semuanya.

"Yah, terserah, tapi merekalah yang melepas Dark Being dari penjaranya, merekalah yang membuat semua orang di sekitarmu harus menemui hal yang seharusnya tidak pernah mereka temui" ku sulut senyum setipis dan sebeku yang ku bisa dan ku harap kau akan memberiku pemandangan yang setimpal. Yah, bagus sekali, buka matamu selebar mungkin hingga aku bisa melihat otot-otot iris matamu yang berguncang tidak karuan. Pasti pandanganmu sedikit mengabur sekarang. Aku suka sekali.

Kau semakin erat memeluk kedua kepalan tanganmu, bahkan kedua lutut juga kau tarik untuk menemani mereka. Bibirmu bergetar, terbuka dan mengatup tanpa suara, kau ingin meronta saat ini, tapi sepertinya tubuhmu tidak bisa menuruti, semua syaraf motorikmu kacau. Oh, ku mohon, jangan sampai ini membuatmu menjadi kehilangan kewarasan, semua akan berakhir percuma malam ini jika sampai demikian. Tahan sedikit lagi, aku tahu kau tidak selemah itu, kau masih bisa menampung lebih banyak ketakutan, kesedihan, atau apapun itu yang bisa memuaskanku.

"Sudah cukup, aku tidak ingin kesenanganku terbuang percuma," kuangkat dagumu kemudian dengan jari telunjuk dan jari tengah yang kurumpun menjadi satu, lalu di ikuti ibu jari yang menyapu jejak bening di pipi kirimu. "jadi bagaimana? Apa kau akan ikut bersamaku? Sudah tidak ada lagi yang bisa kau harapkan di sini, teman-temanmu telah tiada. Dan mereka yang mengaku menyanyangimu selama ini hanyalah orang-orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri" rayuku sekali lagi.

Satu detik, dua detik, tiga detik. Tak satupun kalimat terucap dari bibirmu sekarang, yang kudapat hanya tatapan kosong di kedua bola matamu. "Baiklah, aku akan memberimu waktu untuk menerima tawaranku ini. ini akan menjadi lebih menyenangkan daripada harus menyeretmu. Selain itu, setahuku cara tersebut sangat tidak sopan"

"Kalian! Cepat kesana, sisanya ikut denganku!" oh, rupanya waktuku sudah menipis, sepertinya penjaga yang lain telah datang. Ya, itu memang sedikit kecerobohan karena salah seorang dari mereka sebelumnya masih sempat meraih alat komunikasinya sebelum menghembuskan napas terakhir. Tapi apa peduliku? Kalau aku mau juga mereka akan kubersihkan, namun tempat ini akan menjadi kacau balau. Dan karena aku sedang tidak berminat melakukannya, jadi…

"Sangat di sayangkan, pertemuan kita berakhir sampai di sini, Miku Hatsune" untuk kesekian kali, kuberbicara padamu yang saat ini… umm… sedikit terguncang.

"Hei! Siapa di sana!" whoa, aku ketahuan. Ha ha ha, oke, permainan petak umpet dengan mereka sudah berakhir. Tapi tidak permainanku denganmu. Kulepas jari-jari yang menyangga dagumu untuk tetap menatapku, sehingga kau kembali tertunduk seperti sedia kala. Kemudian kuraih tangan kirimu dan menggenggamnya erat.

"Sebagai tanda perpisahan, aku akan memberimu sebuah hadiah kecil" ya, hadiah kecil yang pasti akan sangat mengejutkan. Kurobek kain atau apapun itu yang menyarung di lenganmu. Ku sisingkan lengan bajuku dan perhatikanlah sedikit trik ini. Sesuatu tampak menggeliat di sana, sedang menggali keluar dari kulitku, kau pasti bisa melihatnya bukan? Karena ku bisa merasakan nadimu yang berdenyut lebih kencang di genggamanku, jika bukan karena takut lalu karena apa? Urgh, rasanya sedikit sakit setiap kali aku melakukan ini, seperti di tusuk jarum suntik, hanya saja jarum suntik masuk sedangkan "benda" ini keluar. Ukurannya sebesar ibu jari, panjang sekitar dua telunjuk, berbuku-buku, berwarna hitam, berahang kecil dan selalu menggeliat.

"Kh…kh…kh" eh? Suara apa barusan? Seperti suara gadis kecil yang ingin menjerit tapi tak bisa. Apa itu kau? Kalau begitu syukurlah, sepertinya kau sudah tidak terguncang. Sudah ku duga, cara ini selalu berhasil pada siapapun. Sekarang, bagian menariknya, benda itu sepertinya sudah keluar seluruhnya, dan lihat, ia menggeliat malas mencari-cari sesuatu di pergelanganmu. Menggerakkan kepala-nya kesana kemari, mendeteksi letak nadimu. Lalu…

"Kyaaa~aaa!" ia mulai melakukan tugasnya. Melubangi kulitmu, menyelinap masuk di antara daging dan bersemayam di sana hingga aku memintanya untuk keluar. Tapi, hei itu curang! ia keluar dariku dengan perlahan lalu masuk ke tubuhmu dengan sekejab mata, tanpa luka dan darah. Ingatkan aku untuk mencingcangnya saat ia kukeluarkan dari tubuhmu suatu saat nanti. Selebihnya...

"Selamat mimpi buruk"

;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

I = Nightmare

Story © Nekuro Yamikawa

Genre : Fantasy / (undefined yet)

Rate : T

;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

A/N :

- Author tidak memiliki hak kepemilikan apapun pada karakter Vocaloid dalam cerita ini.

- Terdapat beberapa OC dari Author.

- Rate bisa berubah tergantung dari para pembaca.

- "Don't Like Don't Read"

;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;- ;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-

Beelzebub : "ya! ane persembahkan salah satu fic sampah bikinan agan ane! fic multi chap yang bakal kesendat-sendat kedepannya, jadi, bagi siapapun yang secara tidak sengaja me-like fic ini, bersiap-siap buat kecewa! ok sekian dari ane, karena sekarang ane harus kabur karena agan uda bawa raket listrik saktinya! whoaaa!"

Uasem! balik lu!