jadilah diri sendiri. Jika orang lain tidak menyukainya, maka jangan lakukan. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan hidup. Dan hidup ini bukan tentang menyenangkan semua orang.
Sakura tersenyum ramah dan menunduk sopan saat beberapa orang menyapanya dalam pesta itu. Bahkan beberapa mengajaknya untuk berbincang dan ditanggapi sakura dengan senang hati. Ini adalah pesta 57 tahun berdirinya Akasuna Group yang diadakan di kediaman besar keluarga Akasuna. Dan dalam pesta ini, Sakura adalah bintang utamanya.
Sebagai perwaris dalam keluarga besar Akasuna, membuat sakura harus terjun dalam mengelola bisnis ini. Terlebih sejak meninggalnya kakak perempuannya, Akasuna Tayuya lima tahun lalu dan penyakit yang diderita Akasuna Sasori, kakak laki-lakinya, serta sikap tak perduli Akasuna Kisamura, ayah mereka. Walaupun sakura belum sepenuhnya terjun ke dalam dunia bisnis ini dan masih dibantu oleh kaki tangannya Hatake Kakashi, bisnis yang berjalan di bidang ekspor impor ini berjalan dengan stabil diantara krisis ekonomi yang melanda dunia.
Hatake Kakashi datang menghampirinya yang sedang berbincang dengan salah satu relasi dari Shimura group.
"tuan sasori mengamuk di dalam kamarnya. Dan para pelayan tidak dapat membuatnya tenang." Bisik kakashi.
Sakura member isyarat agar kakashi mengurus kakaknya terlebih dahulu. Kakashi pun mengangguk dan pergi.
"Maafkan saya, Shimura-san. Sepertinya perbincangan ini tidak dapat kita lanjutkan. Bagaimana jika dilanjutkan lain kali dengan undangan makan malam dariku?" Tanya Sakura. Bibirnya yang tipis mengulum senyum.
"tentu saja dengan senang hati saya menerimanya, Akasuna-san."
Setelah pamit undur diri. Sakura bergegas pergi menuju lantai tiga kediamannya.
**oo**
Barang-barang berserakan di lantai ketika sakura masuk ke dalam kamar yang di dominasi oleh warna merah itu. Dua orang pelayang dan seorang perawat berdiri tak jauh dari pintu kamar, sedangkan kakashi berdiri di samping pembaringan kakaknya. Sakura mendekat ke arah kakashi dan dilihatnya sang kakak terduduk dengan tangan menggengam erat sebuah foto di bawah permbaringan sambil menggumankan kata-kata yang hampir sama setiap harinya.
"kenapa kau pergi? Aku ingin ikut bersamamu sayang. Aku mencintaimu."
Sakura mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh. Menyaksikan sang kakak depresi hebat akibat kematian orang yang dicintainya, membuat sakura sangat terpukul. Dan hal itu diperparah dengan fakta bahwa wanita yang dicintai kakak laki-lakinya adalah Tayuya. Kakak perempuannya yang tak lain adalah adik kandung Akasuna Sasori. Cinta yang memilukan.
Sakura menatap kakashi dan memintanya untuk keluar. Kakashi menunduk hormat dan pergi di ikuti yang lain.
Sakura mensejajarkan dirinya dengan sasori. "nii-san." Mendengar suara yang tak asing baginya, sasori mendongak. "sakura. Adikku sayang." Senyum mengembang di bibirnya.
"apa yang nii-san lakukan? Kenapa duduk di bawah?" sakura mengusap wajah tampan kakaknya, menyibak rambut sasori yang mulai panjang. Dulu wajah ini begitu di puja oleh wanita-wanita di luar sana. mungkin sekarang pun masih.
Sasori tak menjawab, dia hanya menunjukan foto tayuya yang tersenyum sambil memegang sebuah bola pantai. Itu foto yang di ambil ketika liburan terakhir mereka lima tahun lalu.
"nee-chan cantik sekali." Ucap sakura.
Sasori tersenyum lembut. "dia memang sangat cantik. Terlalu cantik."
Sakura mengangguk dan menatap lembut sasori. "nii-san, jangan seperti ini lagi. Nee-chan sudah pergi dan kita harus mengikhlaskannya."
"Tapi tayuya pergi sakura begitu saja. Dia pergi dariku. Padahal aku mencintainya dengan tulus. Kenapa dia harus melakukan itu?" ucapnya lirih.
"karena nee-chan menyayangi nii-san. Dia sangat menyayangi nii-san. Menyayangi kita."
"aku ingin bersamanya. Aku ingin bersamanya. Sakura, bantu nii-san. Pertemukan kami, adikku." sasori menangis sambil memeluk foto tayuya dengan erat. Air mata yang sudah di tahan sejak tadi akhirnya jebol tak terbendung lagi. Mereka menangis.
**oo**
Musim semi bagi sebagian orang Jepang adalah saat untuk menikmati indahnya kuncup-kuncup bunga yang akan mekar serta saatnya untuk membawa saputangan jika mereka alergi serbuk bunga. Dan banyak warga kota yang memanfaatkan minggu pertama musim semi ini untuk berolahraga di taman-taman sekitar komplek rumah mereka.
"Bagaimana? Olahraga pagi menyenangkan bukan?" Itachi memberikan sebotol air mineral yang baru dibelinya.
Sasuke segera membuka minumannya. Dia hanya menggumam kesal. Pagi-pagi buta kakaknya sudah menerobos masuk ke dalam kamarnya dan dengan seenak hati menariknya yang baru bangun tidur keluar kamar untuk ikut olahraga bersamanya.
"jangan bertampang seperti itu. Aku hanya ingin mengajakmu olahraga adik kecil." Tangannya mengacak-acak rambut Sasuke.
Sasuke menepis tangan itachi. "berhenti memperlakukanku seperti anak kecil, nii-san." Itachi tersenyum senang. Adiknya yang selama enam tahun ini tinggal di London, akhirnya kembali ke Jepang.
"kau sudah punya kekasih di sana?"
"untuk apa kau bertanya seperti itu?" sasuke melirik curiga pada kakaknya itu. "Aku tak ingin lagi dikenalkan dengan perempua-perempuanmu. Mereka semua tidak beres." Sasuke bergidik ngeri membayangkannya. Dan dia tak ingin memiliki pengalaman seperti itu lagi.
Itachi tertawa keras. Dia ingat sekali bagaimana tampang Sasuke yang kusut setelah kembali dari pertemuannya dengan teman perempuan-perempuannya itu. Menyedihkan.
Itachi menepuk bahu Sasuke. "aku hanya tak ingin kau di anggap memiliki kelainan seksual, adikku sayang."
"urusai."sasuke menepis tangan itachi di bahunya. "lebih baik kau urus saja dirimu. Bukankan sudah saatnya kau mencari pendamping sejak kejadian itu.
Mata onyx itachi menatap ke langit biru di atasnya. "kau tau Sasuke. Cinta itu membuat gila. Jangan pernah kau terjerat olehnya." Itachi menghela napas. "sekali terjerat, kau akan jatuh semakin dalam. Dan akan sangat menyakitkan saat kau tak dapat meraihnya. Bahkan kematian jauh lebih baik."
**oo**
Shimura Sai sedang serius dengan dokumen-dokumen saat sekertarisnya, Matsuri mengetuk pintu. Di sangat kaget dan hampir saja membentak Matsuri karena mengganggunya kalau saja seseorang bersurai merah muda tidak mucul di balik pintu.
"maafkan saya kalau mengganggu anda, Shimura-san." sakura mendudukan dirinya di sofa persis di depan sai.
Shimura sai tersenyum tipis. "seharusnya aku yang meminta maaf karena tidak menyambutmu dengan baik Akasuna-san." Dia mengamati perempuan di depannya. Rok hitam mini selutut, serta sebuah blus berwana hijau pupus, membuatnya terlihat cantik. Terlebih rambutnya yang diikat rendah dan memperlihatkan lehernya yang putih, membuatnya terlihat semakin menarik.
"aku kemari untuk mengundangmu makan malam di kediamanku," Sai menghentikan kegiatannya mengamati lekuk-lekuk indah itu. "Ini untuk melunasi hutang janjiku dengan anda tempo hari, sai-san. Tidak apa-apa jika aku memanggilmu begitu?" Tanya sakura sambil tersenyum.
Sai tersenyum senang. "tentu saja, sakura?" sakura tersenyum manis. "kalau begitu, kapan kita bisa makan malam bersama?"
Sakura tersenyum tipis.
Kena kau,
Shimura sai.
**oo**
