Title : Unexpected Daily Life

Rate : M

Genre : Humor/Parody

Warning : Insert OC self (satu aja. Dan numpang lewat), OOC kepantat-pantat, AU, no EYD, no Diction, bahasa elo-gue, gore konyol (?), hancur untuk sebuah fanfic berkelas, tidak cocok untuk fanatik fanfic bersih.

Note : Itachi 16 tahun, Sasuke 15 tahun.

Summary : Itachi dikirim masuk ke sekolah berasrama yang mencurigakan. Siksaan batin dan fisik telah merayap di hari pertama!

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Chapter 1 [Dexter in Rules]

.

.

.

Dexter High School,

Sekolah asing yang belum pernah terlihat sejak tiga hari yang lalu. Entah bagaimana, tiba-tiba saja taman indah Konoha menghilang dan berganti dengan sebuah bangunan ala barat yang membentang dan menyebut dirinya sebagai 'sekolahan'.

Dan anehnya lagi, Itachi, tokoh utama kita, bisa-bisanya masuk ke dalam sekolah yang mencurigakan itu setelah orangtuanya menandatangani surat berbahan kolor yang berjumlah tiga lembar.

"Mah! Itachi ga beneran dipindahin kan? Mah! MAMAH! KATAKAN SESUATU!"

Itachi yang notabene-nya ratu drama, langsung masang wajah tragis ala Cinderella kejepit gerbang buat narik perhatian mama-nya yang agak korslet.

"Hoho!"

Mama-nya, nyai Mikoto, cuman bales dengan ketawa bencong.

Bau-baunya sih, ada yang ga beres.

"MAMAH!"

"Panggil, nyonya Mikoto, Ita-kun." Pandangan mata Mikoto mendadak gelap. Tapi senyumnya indah bak bidadari—bibi Danzou dadanya nyeri (?).

Yandere.

"Mah! Jangan bercanda ah—AAARRGGHHH!"

Akibat tak mengindahkan peringatan Mikoto, walhasil Itachi kena sabetan pedang—parah banget woy—platina jebolan pasar gelap.

Darah mengucur melalui dua lubang idung Itachi yang gede.

Oh, rupanya bukan ditebas. Itachi cuman disodok idungnya.

"Cepat bereskan kopermu, dan angkat kaki dari rumah!"

Yang di bentak masih sibuk guling-gulingan dilantai sambil teriak-teriak sawan.

"IDUNGKU AAAAAH! IDUNG-IDUNGKUUU!"

Di sisi lain, otousan tercinta, Fugaku, sedang asik berendam di bathtube dengan air susu, ditemani oleh beberapa cetakan foto bening anaknya—yang diambilnya secara sembunyi-sembunyi—dan bertebaran disekitar kamar mandi.

"Oh~ lovely Sasuke-ku~ maafkan papa yang harus melakukan ini padamu…"

Rupanya ada yang bersikap mencurigakan juga dirumah ini, selain Mikoto.

.

.

.

.

.

.

Jadi, disinilah Itachi, menyeret koper abu-abu dengan stiker tempel Ultra lord dan Mermaid man—nama pahlawan favoritnya—dengan wajah kepo penuh pesona. Ia pandangi daerah disekitar lobi—ini sekolah apa hotel?—Syukurlah, bukan sekolah asrama khusus perjaka. Karena ia lihat beberapa perempuan yang berlalu lalang di lorong sekolah Dexter. Seenggaknya, ada pemandangan dikitlah, buat menghibur hati kecilnya yang dijebloskan ke sekolah keparat ini.

"Ini, semacam pendisplinan untukmu, yang sering pindah-pindah sekolah, Ita-kun. Mama harap, kamu cepet tobat ya, setelah masuk ke Dexter."

Itachi ingat dengan wejangan terakhir mamanya diatas.

"Kurang ajar … gue disangka bandar togel apa ama mamak sendiri?"

Setelah bertestimoni ria, Itachi bertekad untuk membuktikan pada mama-nya kalau ia, suatu hari nanti, bukan lagi anak yang hobinya pipis sembarangan. Alias bukan anak nakal.

"OKEH!"

Okesip.

Itachi mengepalkan tangannya keatas kepala dan memutar-mutar kepalannya disekeliling hingga tak sadar meninju wajah seorang siswa berkacamata yang tampangnya kek waria.

"Gomen!"

Abis minta maaf secara kilat, Itachi kabur dari tempat sebelum waria gila di depannya—yang sedang menarik napas berat-berat dengan wajah mupeng—ga menggrepe-nya seenak pantat.

"AAAAAA!"

Tuh kan, bener aja.

Sekolah ini isinya engga beres. Bagian mananya yang bisa bikin Itachi tobat?

.

.

.

.

.

.

Itachi berjalan mencari tempat pembagian kunci kamar yang tertera di selebaran kertas yang mamanya berikan sebelum ia masuk ke sekolah ini. butuh waktu baginya, kira-kira dua puluh menit buat muterin sekolah yang luasnya ngalahin lapangan parkir mall taman anggr*ek ini.

Dahi Itachi berkerut, saat menatap counter meja tempat dimana pertama kali ia menginjak-injak harga dirinya—ralat—ruangan lobi. Dilihatnya rak-rak tua yang menjulang di belakang meja counter. Rak-rakan yang dipenuhi oleh ratusan kerincing logam kunci …

"Silahkan, bagi para siswa yang sudah terdaftar masuk ke sekolah ini, agar segera menghadap ke meja lobi untuk meminta kunci kamar."

.

.

.

.

"KEPARAT! TEMPATNYA DISINI!"

Setelah puas membanting kopernya sebagai alat pelampiasan, Itachi segera masuk ke dalam gelombang manusia yang sibuk berjibaku untuk mendapat sesuap kunci.

"Bang! Bang! Saya minta kuncinya bang!"

"Gue! Gue! Gue udah pesen kuncinya dari seratus abad yang lalu!"

"Aku duluan! Ih! BANG!"

"Yuk, ya yuk, mari… kuncinya, kuncinya. Kunci nomor 201, 202, 203!"

Tiba-tiba author nostalgia pas jamannya ngantri beli batagor dikantin sekolah.

Sementara Itachi? Doi kesodok-sodok tak tentu arah. Keluar dari kerumunan, mukanya bengep. Nasipnya pun naas, karena Itachi belum juga dapet kunci. Akhirnya, ia pun bertapa dilantai lobi selama lima menit—sampe ada yang lemparin dia koin receh karena disangka lagi ngemis—kemudian kembali masuk kedalam lautan manusia untuk berkompetisi memperebutkan kunci.

Hanya demi kunci, saudarah-saudarah.

"MINNGGGIIIIRRRRR LOOEEE SEMUAAAAA!"

Itachi sodok kanan, sodok kiri.

Ga peduli siapa lawannya. Cewek-cowok, yang penting dorong aja.

Hasilnya? Lagi-lagi dia dilempar keluar zona.

Itachi ngamuk di tempat dengan membanting koper orang sebagai pelampiasan.

Sedang dalam kondisi yang frustasi, tiba-tiba saja siswa ber-komuk waria yang sempat dia tonjok dengan penuh cinta, muncul secara ajaib disampingnya.

"EH3m!" batuknya alay, "Itachi Uchiha, kah?"

Tanyanya dengan wajah om-om siap nerkam mangsa. Itachi menjauh 3 meter, sekedar memastikan bahwa napas si waria engga mematikan atau membiusnya hingga mabuk.

"Iya. Gue Itachi. Kenapa? Ada yang salah? Elo ga terima? Terus, itu salah kolor gue? Salah ketampanan gue?"

Si waria bisu lima detik.

Puas mangap dengan wajah heran—karena Itachi ga pernah sealay itu sebelumnya—si waria semirk-semirk sambil mamerin barangnya.

Jangann ngeres.

Bukan barang pribadinya kok.

CRIIING.

"Lihat? Aku punya segala hal yang kamu butuhkan, Ita-kun."

Muka Itachi mendadak syok, dengan telunjuk yang mengacung di depan idung siswa berkode 'waria' itu.

"K-Kunci! ADA BANYAK! ELO NGERAMPOK—Errmghh!"

Si waria langsung nendang kepala Itachi sampe pingsan tiga jam.

Bangun-bangun, Itachi udah ada di dalam kamar asrama yang sebenarnya lebih mirip kamar hotel. Itachi masih geleng-geleng kepala karena nyeri abis di hajar si waria. Demi kolor Thor, dia pengen banget nyubit keteknya si waria pake tang.

Lagi sibuk menghayalkan si waria yang disiksa, tiba-tiba saja sosok khayalannya muncul dengan wajah sumringah, tak tau dosa.

"Osh! Udah bangun, Ita-kun?"

Si waria duduk di samping Itachi dengan gaya manja sambil kayang—How?

"Goblok! Lu mau bunuh gua ya! TENDANGAN LU SAKIT PE'A!"

Itachi mencak-mencak sambil jambak rambut si waria tanpa ngasih kesempatan sedikitpun bagi lelaki didepannya untuk membalas.

"ELKKK! K-kalem bro! Kalem!"

Itachi menurunkan kadar kekuatan jambaknya, saat itu.

"A-Ane janji, gak godain ente lagi. l-lagian itu cuman becanda!"

Tiba-tiba aja si waria ganti logat jadi orang Arab.

"A-Ane ada disini karena t-tuntutan peran. Ane diutus oleh yang mulia Author-sama untuk—"

"BACOT BANGET LU! TUDE POINT WOYY!"

Liat muka Itachi yang ganas, si waria cepet-cepet ngeluarin kunci-kunci yang sempet dia pamerin sebelum Itachi pingsan.

"Nih! Nih! Ente pilih dah, mana kamar yang kira-kira ente mau! Cepetan! Soalnya ane harus balikin kunci yang lain secepatnya sebelum chaos di lobi bawah semakin menggila!"

Itachi ngelepas jambakannya, dan bengong.

"K-kunci buat gue?"

Si waria ngangguk. Itachi diem bentar, sambil liatin nomor-nomor kuncinya.

444 404 432 400

"444 nomor cantik tuh," Itachi komentar ga penting, "Betewey, ini lokasi kamarnya dimana aja?"

"444 dilantai 3, ngadep halaman belakang. 404 dilantai 3 juga, deket tempat jajan. 432 di lantai empat, ada dilorong paling tengah, 400 dilantai 5 alias lantai paling atas."

Itachi mikir lagi, kayak orang pinter.

"Temen kamarnya? Berapa orang? siapa aja?"

"Mana ane tauu! Periksa aja ndiri—OHOK!"

Dan si waria pingsan saat Itachi nyodok tenggorokkannya pake stik billiard.

"Balas dendam."

Gumam Itachi, pelan. Puas membuat si waria tepar, Itachi langsung ngambil semua kuncinya dan menjajal satu-persatu pintu kamar. Dia nyari lift terdekat dan mulai dengan kamar 444. Lorong yang Itachi lewati masih agak sepi. Mungkin belum banyak orang yang nempatin kamar disekelilingnya. Ia lihat di depan pintu nomor 444, ada orang yang lagi main tamagochi.

Rambutnya klimis, bajunya rapi, tapi dua kancing paling atas terbuka penuh goda.

Sadar dengan kedatangan Itachi, tamagochi-man—untuk sementara, panggilannya ini—menoleh dan berhenti dengan mainannya.

"Elo … yang pegang kunci nomor 444?" tanyanya, spontan.

Itachi menelusur sosok ajaib didepannya dengan pandangan penuh interogasi.

"Woy! Elo bukan yang pegang kunci? Gue mau masuk! Temen gue udah nungguin juga. Tapi sekarang dia lagi beli snick***ers di kantin gegara laper."

"Emang temen lu siapa—"

Belum sempat Itachi nerusin kalimatnya, tiba-tiba sosok berkulit gelap dengan wajah penuh jaitan dan mata hijau neon menghampiri si Tamagochi-man.

Itachi keki.

"ITU, T-temen lu?"

Itachi nunjuk temen si tamagochi-man pake jempol kaki. Si tamagochi-man ngangguk, meskipun agak bête dengan sikap kurang ajar Itachi.

"Siapa dia, Hidan?"

Oh, rupanya, Tamagochi-man kita punya nama Hidan.

"Kakuzu! Pas banget. Ini, orang yang yang punya kunci 444," pandangan Hidan beralih pada Itachi, "Mana kuncinya, gue mau masuk—"

TING TONG.

Tiba-tiba suara mikrofon di setiap sudut lorong berdentang, memotong ucapan Hidan.

Kepada seluruh murid Dexter HS, ada beberapa poin dan peraturan yang ingin kami sampaikan sebelum kalian semua menempati kamar asrama. Yang pertama dan yang paling utama, satu kamar akan ditempati oleh tiga orang. tiga orang disini, boleh campur laki-laki dan perempuan, atau laki-laki semua, atau perempuan semua. Yang jelas, satu kamar diwajibkan untuk pacaran antar sesama murid, dan harus saling berlomba-lomba untuk mendapatkan pasangan. Dua orang yang resmi jadian dalam satu kamar, akan mendapatkan hadiah spesial. Sementara satu yang tertinggal, akan mendapat les tambahan dari para guru. Yang tidak jadian sama sekali dalam satu kamar, akan disiksa baik mental maupun fisik. sekian. Pengumuman lebih lanjut akan diumumkan empat jam kedepan.

"AAAARGHHH!"

Itachi langsung melempar kunci 444 ke muka Hidan, dan lari terbirit-birit sambil jejeritan.

"GILA! SEKOLAH INI GILA!"

Itachi menggigil setelah denger pengumuman tak rasional itu. demi lulur mandi Fugaku, sekolah ini pasti didirikan oleh seonggok kampret yang merangkap sebagai ketua maho dan pedopil.

TESS.

Keringat dingin membanjiri tengkuk Itachi. Doi nelen ludah.

Sialan sialan sialan.

Itachi mulai merapal mantra. Masih ada tiga kunci yang ia genggam. Kunci kamar yang entah penghuninya seperti apa. Kalo aja ada opsi keluar dari sekolah. Sayangnya, pilihan itu sangat mustahil. Semustahil Fugaku yang lepas dari botol-botol lulur kesayangannya.

Itachi geram, sekarang. Ya, dia marah.

Dan dia tahu, siapa korban yang bisa ia maki-maki saat ini.

"WAAARIIIAAAA!"

Itachi balik ke kamar tempat dimana si waria pingsan a.k.a kamar nomor 400. Siswa berkacamata itu rupanya udah siuman dan lagi sibuk nyisir rambut sambil facial wajah dikamar mandi.

"Osh! Udah balik, Ita-kun? Gimana? Udah nentuin mau dikamar ap—"

"JANGAN BERCANDAAAA!"

Itachi nampol si waria yang jongkok berguling-guling di bawah westafel.

"Sepertinya ente udah denger pengumumannya ya?" si waria merangkak dibawah kaki Itachi, dan berusaha untuk keluar dari zona gawat Itachi. ia nyengir kuda, siap dengan koper-kopernya yang rapi.

"Tung—Lu mau kemana?"

"Ane ga butuh kuncinya. Karena—" si waria mengeluarkan sebuah ponsel dan menekan nomor seseorang. Itachi kepo bentar, disitu. Sepuluh detik abis insiden nelpon singkat si waria, mendadak helikopter muncul dari balik jendela kamar nomor 400. Si waria nyengir dengan bahagianya, "Ane harus pergi dari sekolahan ini~ semua kunci kamar untukmu saja Ita-kun~! Selamat bersenang-senangggg!"

Si waria loncat ke dalam badan heli dan meninggalkan Itachi yang menjerit dengan gaya dramatis.

"THEDAAAAKKK! AJAK GUE KABURRRR!"

Sepertinya helikopter tetap terbang meninggalkannya.

Malangnya nasipmu, bro.

.

.

.

.

.

.

Itachi tewas di kamar 400—majas.

Dia semaput, sibuk berbaring di kasur dengan ingus dan airmata yang meler kemana-mana. Ia hancurkan harga dirinya didepan pembaca saat itu juga.

Bahkan,

Itachi sampai tidak sadar kalau ada dua sosok pemuda yang menatapnya dengan wajah curiga dari depan pintu kamar.

"Ani-ue.."

Itachi bangun dari tidurnya, saat ia denger suara yang memanggilnya dengan panggilan sesopan itu.

"O-ot—" Itachi kaget saat menemukan sosok yang dianggapnya penyelamat didepan pintu kamar, "OTOUTOOOO!" Itachi lari menuju adiknya dengan wajah seperti ini \(*3*)/

"OTOUTOOOO~" masih seperti ini \(*3*)/

Dan—

Sasuke menghindar ala matriks, membuat sang kakak yang lompat kearahnya mencipok tembok beton dengan gigi depan yang patah.

"Bodohnya elo punya kakak, Sas."

Denger suara yang memacu adrenalin Itachi, doi langsung bangkit dan menatap tajam sosok gondrong yang bertestimoni ria disamping Sasuke.

"Kak," tapi, suara Sasuke yang menggema ditelinganya membuat Itachi sanggup memadamkan api amarahnya sementara—halah, "Ini … kamar lu?"

Itachi ngangguk, dengan keraguan.

"Bisa dibilang begitu. soalnya … gua punya tiga kunci sih," Itachi mamerin kunci-kuncinya yang didapat dari si waria.

"KOK?" muka Sasuke mendadak abstrak, kek lukisannya Picaso, "GIMANA BISA ELO DAPET SEBANYAK ITU? LU BUNUH BERAPA ORANG?"

"LEBAY WOYYY!"

"Gua ama si Neji berjibaku tapi ga berhasil-berhasil dapet kunci sesuap pun! KENAPA ELO BISA? KENAPAAA?"

"DIAAAMMM!"

Sasuke sawan ditembak Itachi ditempat. Doi ngedisko sambil ngeluarin busa dari mulut—keracunankah?

"Ga penting, gua dapet gimana caranya—" Sasuke masih sawan ditempat sambil gelintingan karena tembakan biji karet Itachi bener-bener bikin jidatnya memar, "Eh, ngomong-ngomong … Elo mau sekamar ama siapa? Gua dikamar lu ya? ya?"

Sasuke berhenti disko. Dia kecapean kayaknya.

"Elo kenapa jadi incest begini? Elo denger sendiri kan, peraturannya kek apa," Sasuke protes, "Lagian gua udah sepakat ama temen gue buat sekamar. Yang satu masih berjibaku usaha nyari kunci. Tapi, kayaknya dia ga perlu repot-repot lagi deh, karena gue bakal ngerampok satu kunci punya lu." Sasuke semirk kuda.

"GUE SEKAMAR AMA ELO KARENA GUE GA MAU MAHOAN! DODOL!"

"Yauda, lu cari aja temen sekamar cewek. Beres."

"Ga segampang itu, zangzut!" Itachi mencak-mencak, "Kenapa elo lebih milih temen-temen maho lu ketimbang guaaa!"

"Simpel. Karena kalo sama elo, gue harus nyari satu temen lagi. gue ga mau sekamar ama orang asing. Lagipula gue udah ngatur strategi ama temen-temen gue buat nanganin peraturan tolol itu."

Itachi pucat pasi.

Alih-alih belum sempat sadar karena nge-blank abis ditolak oleh adiknya sendiri, mendadak Neji membekap mulutnya dari belakang dengan saputangan berwangi sari ketek Hiashi dan membuat Itachi pingsan ditempat. Dapat kesempatan, Sasuke ngambil kunci kamar nomor 444 yang ada di saku celana Itachi, dan melempar Itachi beserta dua kunci lainnya keluar kamar.

Selesai beresin Itachi, Sasuke langsung ngambil ponselnya dan menelpon seseorang yang sedang berjihad di jalan sesat.

Pip

"Oi, Naruto. Berhenti bertarung di lobi. Gua udah dapet kuncinya."

"A-APA ELO BILAAAAAANG—!"

Dan telepon diputus sebelum temannya yang bernama Naruto itu protes lebih.

.

.

.

.

.

.

Dua jam kemudian, Itachi baru sadar dari pingsannya yang nista. Itu juga karena seseorang nyodorin kakinya yang wangi terasi didepan idung Itachi. Masih dalam keadaan yang setengah merem, Itachi mendongak keluar jendela lorong sekolah—ingat, ia dilempar Sasuke keluar kamar saat sedang pingsan. Dilihatnya, matahari yang nyaris tenggelam. Bayang-bayangnya membuat suasana disekeliling Itachi makin dramatis.

Ia turun ke lantai dasar, dimana lobi berada, dan menemukan cipratan darah juga ingus yang menghiasi lantai-lantai dan dinding lobi. Ruangan masih penuh disesaki oleh lautan monster yang haus kunci. Dengan wajah datar, Itachi melewati deretan manusia tersebut dan melempar salah satu kunci yang ada ditangannya secara asal kedalam zona 'sodok-sodokan manusia'.

Salah satu siswa ada yang menyadari kunci terbang tersebut dan mencoba untuk menangkapnya dengan gigi. Sebagian ada yang memanjangi kukunya dan berteriak-teriak histeris.

"KUNCI GUAAAAA!"

"BUKAN! KUNCI GUAAAA!"

Dan aksi bacok-bacokan pun terjadi—majas lagi. Itachi menghela napas, jantungnya deg-degan. Ia mengintip kunci terakhir yang ada ditangannya. Dan nomornya adalah … 404.

"Oke, siapapun yang berdiri di depan pintu itu, gua bakal terima dengan lapang dada." Itachi jalan menuju lantai tiga dengan air mata yang berlinang-linang. Dia pengen banget benturin palanya ke tembok berpaku kalo sampe temen sekamarnya sehoror Kakuzu atau semaho waria.

Tapi—

Saat tiba didepan kamar bernomor 404, terlihat sepasang mahluk yang nyaris kembar, berdiri dengan wajah pongo pangkat sejuta.

"ITACHI!" yang ber-pierching menunjuk Itachi dengan jarinya dan berseru girang.

"PEIN!" balas Itachi engga kalah heboh.

"BRO!" yang ada disebelah Pein ikutan menjerit, pengen eksis di fanfic.

"KISAME!" balas Itachi, dengan mata berkaca-kaca.

.

.

.

Tunggu—Si Kisame ama Pein bagian mananya yang kembar?

"Uwaaaa! Gua ga nyangka malah ketemu temen SMP kek begini!" Itachi langsung hinggap di dada Kisame—ralat—Itachi langsung nonjok bahu temennya satu persatu sambil teriak penuh kelegaan, "Dan, dan … elo berdua di kamar 404!"

Kisame dan Pein cuman ngangguk-ngangguk, sambil ngelus dagu.

"Gua ga ngerti kenapa tiba-tiba ada disekolah ini. yang jelas, pas liat komuknya Pein, langsung aja gua samperin."

"Gua yang kasih ide ke Kisame buat nyegat salah satu pintu daripada rebutan kunci sampe mati. Dan ehh, ga nyangka malah ketemunya ama elo, Chi!"

Mereka bertiga berpelukan ala teletubies, kemudian.

Abis itu curhat-curhatan bentar.

Lalu, kembali ke topik awal.

"T-tapi … elo denger sendiri kan, peraturan sekolah ini? Ancur abis!" Itachi masang muka horror saat itu juga. doi ga rela harus pacaran ama sahabatnya sendiri. Apalagi mereka bukan wanita, dan mereka ga seksi.

"Yah … gue ama Pein juga bingung mau gimana. Tapi, gue sempet kepikiran satu hal—"

"Apa?" Itachi penasaran.

"Yang ga pacaran kan bakal dihukum buat dapet les tambahan sama guru. Gimana kalo kita roling, jadwal 'jadian' pura-puranya supaya adil yang dihukum ga itu-itu juga?"

Pein masih mematung dan niru pose the Thinker. Itachi juga mikir, tapi posenya jongkok. Murid-murid yang lewat langsung manjangin tangannya dan moto Pein versus Itachi seenak dengkul.

"Oy."

Kisame sweatdrop.

Tumben-tumbenan dia yang paling waras di fanfic humor.

"Woy … jangan kelamaan mikir. Ato .. elo berdua lebih suka jadian beneran?"

"MASAOLOH! ENGGAAA!" Pein dan Itachi jerit, kompak.

TING TONG.

Lagi-lagi bel itu.

Itachi pasang telinga setajam mungkin.

Bagi para murid yang telah mendapat kamar, silahkan membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk kumpul di aula. Sekali lagi, bagi para murid yang telah mendapat kamar, silahkan membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk kumpul di aula. Lalu, soal pengumuman yang kuucapkan sebelumnya—

.

.

.

Itu bercanda.

.

.

.

Itachi Bengong bentar.

.

.

.

Lalu—

ia benturin kepalanya ke lantai kemudian.

DUKDUKDUKDUK!

.

.

.

"ITACHI! SADARLAAAAHH!"

Pein dan Kisame panik saat ngeliat sahabatnya sinting ditempat.

Hidan yang satu lantai dengan kamar Itachi langsung dadah-dadah dari kejauhan.

Sasuke lagi sibuk mandi. Neji lagi sibuk beresin koper. Naruto baru aja ngedobrak pintu kamar 400.

Itachi yang masih benturin kepala pun bingung, apa dia masih ada dibumi ato udah ditransfer ke neraka sekarang.

.

.

.

TBC

A/N : Wakakakak! Udah lama ga nulis fic humor multichapter. Ga tau deh, bisa betah ato engga. Mana ini mau bulan puasa. (LOL). Rate ditaro di M karena takut bakal ada kata-kata yang lebih kasar dan keras ketimbang sekarang. Main aman ajalah. Oke bro? XD

P.S : Ani-ue adalah panggilan untuk kakak laki-laki yang paling formal dan sopan dibanding Aniki atau Niisan.

P.P.S : ane masih tetep Hiatus. (hiatus buat nerusin fanfic yg belom kelar #PLOP)

Betewey, itu si waria OC ye. Entah apa bakal muncul iseng lagi, ato engga (LOL).