Author's Note :

Heyhooooo~! Genki genki? :3

Nah, aku balik dengan fic romancenya ShinRan (oke, gue gatau kenapa begitu nyantol sama pasangan ini)

Fic twoshoot (sepertinya) yang bakal cepet completenya~ AMINNNNN! ^w^

Disini Ran's pov, kemungkinan ada dari Kaito atau Shinichi, kita liat aja nanti. Tergantung mood :3 /plak

Udah deh, baca aja, tolong direview ya :'3 Biar semangat lanjutinnya.

Now Play : Egoist - The Everlasting

Enjoy ya!

.

.

.

.

Toge Hattori proudly presents

.

.

/

.

.

.

You Made Me Love You

Genre: Romance

Disclaimer : Detective Conan © Aoyama Gosho

You Made Me Love You © Toge Hattori

Character : Shinichi, Kaito, Aoko, Ran, Sonoko

Warning : Abal, OOC, Typo


Ran's Pov

Disetiap sekolah, mustahil jika tak ada orang populer! Begitu pula denganku, selama 2 tahun ini, kepopuleran itu selalu—menghindar dariku. Well, itu sama sekali tidak penting. Sebenarnya yang ku maksud adalah 2 cowok tampan di kelasku. Parasnya mirip walaupun bukan saudara, dan juga meskipun ku katakan mereka mirip, sifat mereka sangat berbeda.

Kudo Shinichi, berponi spike, tetapi rambut belakangnya tertata rapi ini, sosok yang cuek, dingin, tertutup, susah bergaul dengan cewek—sepertinya, dan—entahlah aku tidak begitu memperhatikannya. Kenapa? Karena seluruh perhatianku tertuju pada Kaito, Kuroba Kaito. Wajahnya, seperti yang ku katakan tadi, mirip Kudo-san, hanya saja gaya rambut mereka yang berbeda, dan tentu saja, sifat mereka juga. Kaito itu supel, ceria, dan ramah.

"Mouri-san, makasih ya catatan matematikanya" Kaito menyodorkan buku ice blue yang 3 hari lalu ku pinjamkan padanya, tentu saja ia kembalikan buku itu bersama cengiran lebarnya, huh ia begitu manis.

"I-iya, sama – sama. Kuroba-san ja-jangan terus bolos di pelajaran matematika dong" ujarku sambil tergagap. Percayalah, aku sangat gugup saat ini.

"Heeeh? Semuanya memperingatiku seperti itu," ucapnya dengan muka cemberut yang dibuat – buat.

"aku hanya tak suka pelajarannya, huh. Jaa Mouri-san!" lanjutnya, kemudian ia pergi ketika senior kami memanggil.

See? Penghubungku dengan Kaito hanya sebuah catatan! Itulah mengapa aku giat belajar setiap harinya, setidaknya dengan itu aku dapat bicara sekaligus membantu Kaito, minimal 2 kali dalam seminggu. Kau tahu, sekarang aku sangat senang karena wangi Kaito masih melekat dengan baik dibuku ini, percayalah.

"Ran!" spontan aku berbalik mendengar nama pertamaku dipanggil, seingatku yang memanggilku dengan nama pertamaku hanya Aoko dan Sonoko, tapi suara ini suara yang berat, tidak mungkin manusia cerewet itu.

"Aku benci kau" kau tahu siapa itu? Kudo! Iya, dia Kudo! Dia berkata begitu dengan datarnya dan pergi begitu saja. Entah, aku tak tahu mengapa ia benci padaku.

Sekilas, aura disekitarku berubah, seakan puluhan pasang mata menatapku heran sambil berbisik,

"Mouri-san kasian yah, pernyataan cintanya ditolak mentah – mentah"

Wait—! Aku tak pernah melakukan itu!


Yang namanya dibenci, siapa pun takkan tahan. Sudah cukup aku tidak populer, tak perlu lagi ditambahkan bahwa aku dibenci cowok populer di kehidupan SMA-ku. Oke, aku tak ingin kehidupanku semakin suram, aku bergegas mendatangi Kudo ketika pelajaran geografiku selesai.

"Kudo-san, maafkan aku!" ucapku dengan lantang, disertai bungkuk 90 derajat.

"Kau meminta maaf, eh? Kau tahu salahmu?" jawabnya dingin, tanpa melepas perhatiannya dari makan siangnya itu.

"Etto—tidak sama sekali, Kudo-san" aku kembali menegakkan tubuhku dan menggeleng perlahan, karena aku benar – benar tak tahu mengapa Kudo benci padaku.

"Kalau begitu aku takkan—"

"AKU AKAN MELAKUKAN APA SAJA! YANG PENTING KAU MEMAAFKANKU! AKU JANJI!" ya ampun, apa yang aku katakan? Bagaimana jika Kudo menyuruhku aneh – aneh?

"Lakukan apa saja?" akhirnya, dia menoleh ke arahku.

"Iya, apa aja" ya, walaupun ragu, tapi aku sudah terlanjur berjanji kan?

"Kalau begitu, mulai hari ini kau menjadi anak buahku sampai kau ingat apa salahmu" sial, dia memutuskan dengan senyum mengerikan.

"HAAH/?" aku kaget—wajar saja.

"Ran, jus ini kecut sekali, leherku seperti tercekik" damn, dia membuang kaleng jus-nya tepat di depan wajahku.

"H-HEY! APA MAKSUDMU?" aku bahkan tak menyetujui ide gilanya itu.

"Kau bilang lakukan apa saja kan?" Kudo menatapku tajam. Percayalah, ia sangat mengerikan, dan itu membuatku hanya mengangguk pelan.

"Kau tak bisa lari dariku, camkan." Ia kemudian pergi dan menghilang dalam sekejap.

Astaga, kenapa nasibku begini?


Sekarang istirahat kedua, dan sebentar lagi pelajaran Biologi. Pelajaran yang disukai Kaito. Seingatku, ia tak pernah absen dari pelajaran yang mempelajari anatomi manusia ini.

From :

To : mouri_ran

Subject : (none)

Woi Ran, belikan aku sesuatu untuk dimakan dan minum. Terserah apa saja. Aku lapar. Dan, kau seharusnya tau aku dimana kan?

Wait—!

Sekarang adalah 10 menit sebelum pelajaran biologi! Apa yang 'pemaksa' itu pikirkan, huh? Aku harus ke kantin dulu dan mencarinya yang sekarang entah-dimana. Itu akan memakan waktu lebih dari 10 menit! Dan aku akan terlambat masuk kelasnya Araide-sensei! Tentu saja, aku akan telat untuk memandangi wajah Kaito!

From : mouri_ran

To :

Subject : (none)

GAK! Aku akan telat masuk kelas!

From :

To : mouri_ran

Subject : (none)

Anak buah tak pernah membantah.

Oh oke, aku anak buah dan dia –majikan-ku sekarang. Itu posisi terburuk yang ada di hidupku. Tapi setidaknya, dia tak perlu memakai kesempatan ini untuk mengerjaiku kan?

Bodoh, harusnya aku tau pasti, dia pasti takkan seperti ini jika aku tak pernah mengatakan "Aku akan melakukan apa saja asal kau memaafkanku"

Aku bergegas ke kantin yang masih saja dipenuhi siswa-siswi yang mengantri. Ini artinya aku harus mengantri juga? Ini takkan sempat!

From : mouri_ran

To :

Subject : (none)

Kantin penuh. Aku gak sempat

From :

To : mouri_ran

Subject : (none)

Aw! Aku kelaparan sampai mau pingsan. Seorang yang PINTAR dan BAIK HATI sepertimu pasti takkan tega membiarkanku seperti ini kan?

Cih, orang ini. Egois. Pemaksa. Penyuruh. Penghalangku bertemu dengan Kaito.

Mungkin sebuah roti kismis dan minuman bertaburan kismis pilihan yang tepat. Kenapa kismis? Karena pedagang makanan dan minuman yang berkismis ria yang ada di dekatku, akan membuang waktu jika aku harus membelikan Kudo bento yang antriannya sampai Osaka sana. Lagipula, ia bilang apa saja kan?

Oke, roti dan minuman sudah ku bawa. Lalu Kudo dimana?

Perpustakaan? Kudo bukan tipe orang yang membolos demi membaca buku kesukaannya di perpus, sepertinya. Wajahnya tak cocok untuk seorang kutu buku

Ruang musik? Huh, dia saja terkenal buta nada.

UKS? Mungkin sih, siapa tahu dia ingin tidur dan pura – pura sakit, tapi ada guru pengawas disana.

Atap sekolah? Well, ini pilihan yang paling bagus untuk bolos.

Aku bergegas menuju atap sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari kelas. Astaga, Kudo benar – benar penghalang. 5 menit lagi, aku harus berlari—kegiatan yang sangat ku benci. Demi tak terlambat, huh.

Selama 3 menit—atau mungkin 5 menit, aku berurusan dengan lorong – lorong menyebalkan dan tangga – tangga menyusahkan. Ini akan lebih menyebalkan jika Kudo tak ada di atap.

Yah—

Kudo memang disini. Di atap sekolah.

"Yo Ran, Akhirnya kau datang." Raut wajah yang santai, ia mengadahkan tangannya seiring dengan kode yang tersampaikan padaku bahwa ia ingin roti dan minuman yang aku bawa—memang seharusnya begitu.

Aku memberinya dengan cara sedikit melempar roti beserta minuman padanya. Dia langsung menangkapnya, menikmatinya, tanpa bilang terimakasih.

Empat siku siku berbentuk perempatan tercetak jelas di pelipisku. Orang ini tak tahu terimakasih kah? Aku ingin lepas dari orang seperti ini. Bagaimana caranya?

Mengingat kesalahanku. Itu, ya itu. Tapi apa? aku tak punya petunjuk sama sekali mengenai itu. Mungkin aku pernah memberinya barang yang ia tak sukai? Atau merusak barang favorite-nya? Aku bahkan tak tahu sama sekali mengenai barang – barang itu. Huh, sebaiknya aku tanya.

"Hei Kudo—"

DING DONG~ Jam pelajaran ke-6 dimulai, seluruh siswa masuk ke kelas masing – masing. Jika tidak, pihak kedisiplinan memberimu hadiah. Sekali lagi …

"Sudah bel, pergi sana" memang seharusnya aku pergi sekarang, atau aku tak bertemu Kaito—tapi aku masih penasaran apa yang membuatnya benci padaku.

"Aku ikut bolos" wajah pokerfaceku—yang buruk terpasang.

"HAAHH?" aku yakin Kudo kaget, seorang Mouri Ran bolos di jam pelajaran biologi!

"Y-ya, setidaknya aku harus yakin" memang, aku sangat sulit menahan pokerfaceku terlalu lama. Jujur aku gugup, kalau saja pihak kedisiplinan menangkapku, itu akan mencoreng namaku yang sudah-sangat-baik ini.

"PFFTT-HAHAHA," Hee? Kudo tertawa. Astaga! Mukanya konyol sekali!

"bolos kok harus yakin sih? Haha, tenang saja, jika pihak kedisiplinan datang, aku akan melindungi sepenuhnya, percayalah" meskipun, aku mengatakan ia konyol saat tertawa, percayalah, aku bohong. Dia manis sekali, setidaknya itu yang ku sadari saat ia tertawa dan tersenyum tadi. Oh, sepertinya sekarang aku seorang tsundere.

"Hentikan omong kosongmu itu!" yah, aku tidak mengerti kenapa aku malah memarahinya dengan wajah yang memanas seperti ini.

"Ha? Aku serius" wajahnya berubah menjadi sangat serius.

"U-uh, nee Kudo,"

"Apa saja yang menjadi kesukaanmu?" Yatta! Akhirnya aku menanyakannya!

"E-eh? Everything about Sherlock Holmes, London, ice coffee~" jawabnya sambil melanjutkan acara makannya yang tertunda.

Aku mengeluarkan buku catatan kecilku, setidaknya ini harus dicatat.

"U-um, lalu yang kau tak sukai?" aku terpaku pada catatanku.

"Segalanya yang berhubungan dengan kismis"

"Segalanya yang berhubungan dengan kismis ya…" Aku menulis ulang jawaban yang dikatakan Kudo tadi, oke, Kudo suka ice coffe dan Sherlock Holmes, dan ia tak suka kismis.

Tunggu!

Kismis?

EHHHHH—aku melihat apa saja yang ku belikan untuk Kudo tadi.

Roti kismis dan jus bertaburan kismis? Tch, Kudo pasti lebih membenciku lagi. Haaaa! Ini sih membuatku semakin tak bisa lepas darinya!

"Sini," aku mendekat dan mengadahkan tanganku padanya—meminta roti dan minuman yang sedang ia pegang.

"Apa?" ia menatapku tajam

"Roti dan minumannya! Maaf aku membelikan apa yang kau tak sukai!" aku berusaha merebut rotinya, hingga aku merasakan rasa sakit—sedikit di dahiku. Sepertinya Kudo menyentil dahiku.

"GAK! Ini sudah susah payah Ran belikan untukku, jadi tak apa. Makasih ya Ran," Ah! Shinichi tersenyum lagi! Lalu kenapa wajahku panas?

"Oi," Eh? Kudo memanggilku? Dia mau mengejekku karena blushing ya? Arrrrgggh! Sial!

"Bibirmu kering tuh"

"EEHH!?" Kudo itu tipe cowok yang memperhatikan sekitar dengan detail ya? Astaga, aku lupa menyimpan lipcream ku dimana! Uh, malu nih.

"Tch, kau itu. Ini, pakai punyaku." Ia menyodorkan lip cream beraroma mint—sepertinya. Tapi, kalau aku memakai lipcreamnya, bukankah ini namanya ciuman tak langsung? Gyaa!

"Ehhh! Ti-tidak! Ti-tidak perlu!" Aku menggeleng secara cepat, aku tak ingin ber-cium-an dengan Kudo. Sama sekali tidak!

"Hah? Kenapa? Atau jangan – jangan kau tak tahu cara pakai lip cream? Kau cewek apa bukan sih? Sini, aku yang pakaikan" Orang ini kenapa susah ditebak? Kenapa ia malah berniat memakaikan lipcreamnya padaku. Hey Kudo, aku tak mau ciuman denganmu!

"Eh! Bukan gi—" yah, rasa mint yang menyegarkan telah ku rasakan di bibirku. Terlambat, aku telah ciuman dengan Kudo—for your info, wajahku memanas lagi.

"A-arigatou," apa boleh buat? Aku harus berterimakasih kan pada Kudo. Tapi, Kudo …

"wajahmu lebih merah dariku.." siapa sangka Kudo bisa blushing?

"berisik!"

"Cieeeee"

"Bawel, balik sana!" Kudo berbalik arah—membelakangiku, dan bersiap pergi ke suatu tempat lagi.

DRAP DRAP DRAP~

Oke, aku tau ini suara langkah seseorang yang menuju kemari. Dan itu kemungkinan besar adalah PIHAK KEDISIPLINAN! Apa yang mesti aku lakukan? INI PERTAMA KALINYA AKU MEMBOLOS DAN AKU SAMA SEKALI TIDAK BERPENGALAMAN!

Apa yang harus ku lakukan? Sembunyi!

Dimana? Arrrghh! Tak tahu! Kudo, hanya dia yang bisa membantuku, ah tapi SEKARANG DIA DIMANA?!

-Panik tingkat nasional.-

KRIEETTT~

"Ah! Pihak Kedisip—" aku tak tahu apa yang terjadi, seseorang membekapku, menutup mataku, dan menarik—menyeretku, aku tak tahu bagaimana kejadiannya, yang jelas, aku ada di sebuah kotak besar(?) ketika aku membuka mataku.

"Kud—" dan lagi, aku tak dapat menyelesaikan kalimatku lagi.

"Ssssttt, kita lagi ditempat persembunyikan andalanku. Tenanglah" ujarnya dengan suara yang pelan sekali.

"Lho, kenapa? Bukannya kau hendak meninggalkanku sendiri tadi?" aku juga secara refleks memelankan suaraku.

"Bodoh, aku sudah bilang kan? Jika pihak kedisiplinan datang, aku akan menjagamu sepenuhnya. Kudo Shinichi takkan menarik kata – katanya, kau paham?"

BLUSH~!

Kau tahu? Kotak ini mungkin besar untuk seorang diri, tapi tidak untuk berdua.

Kau tahu? Jantungku berdegup kencang saat nafas Kudo menyapa pelan kulitku.

Kau tahu? Aku sudah tak sanggup menahan kesadaranku. Aku pingsan. Bodohnya.

To be Continued~

Sekian untuk hari ini~

Jangan lupa review ya! ^^

Chap selanjutnya, lusa aku akan publish. Semoga gak ada halangan ^^

Matta ne~

Rise

and

Shine

TogeHattori