Fanfic sederhana karya Yola-ShikaIno
Pairing : Shikamaru N x Ino Y (from Naruto)
DISCLAIMER : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
#CSIFBirthdayPartyFict – 3 February (Light's Birthday)
Hastag lucu dari (a) SHIKAINO_FC #HappyBolaDay
Special thanks for all SHIKAINO SHIPPER—Guardian, my lovely family C-SIF, and para pembaca yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan membaca fict Yola. Terima kasih juga untuk pembaca yang bersedia memberikan review untuk Yola. Arigatou ^o^
[WARNING INSIDE! TYPO(s), OOC, and friends!]
Happy Reading!
.
.
.
Jika orang-orang berhitung mulai dari angka yang paling kecil, aku lebih senang menghitung angka dari yang paling besar. Khususnya angka tiga, dua, dan satu. Bukan apa-apa sejak laki-laki nanas itu menjabat menjadi suami sahku dan mengubah nama clan-ku menjadi sama dengannya, aku mulai menyadari betapa indahnya angka tiga, dua, dan satu. Baiklah, dimulai dari angka yang paling besar, tiga.
"Troublesome, jadi ikut?" suara khas dari seorang pria berambut hitam yang dikuncir menyerupai nanas—Nara Shikamaru. Nara Shikamaru adalah suamiku yang tentu saja sangat aku sayangi.
Aku mengambil enam buket bunga yang sejak tadi sudah aku siapkan. Kuberinya tiga buket bunga sekedar untuk membantuku, karena aku tidak mungkin membawa enam buket bunga ini sekaligus. Aku mengangguk sebagai jawaban pertanyaan suamiku barusan. Aku melangkahkan kakiku meninggalkan Nara Shikamaru yang masih kerepotan dengan tiga buket bunga yang cukup besar di dalam sebuah toko bunga miliku. Tak perlu waktu lama untuk menunggunya menyusulku, dengan langkahnya yang terkesan santai itu dia menyusulku untuk pergi ke tempat tujuan kita.
Tak perlu waktu lama untuk tiba di tempat tujuanku dan suamiku. Hanya melewati beberapa blok rumah kita berdua, sudah sampai di Pemakaman Konoha. Kami berdua masuk ke daerah pemakaman Konoha. Melewati beberapa makam shinobi dan kunoichi untuk menuju makam tujuan kita. Tak perlu mencari nama dari setiap makam, kami berdua sudah hafal betul letak makam yang kita cari.
Sesampainya di makam yang kita berdua cari, aku dan Shika berlutut untuk mempersiapkan diri mendoakan arwah orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita berdua. Tiga orang yang berharga bagiku dan juga Shikamaru. Tiga sosok ayah, Asuma-sensei, Tousan-ku yang bernama Yamanaka Inoichi, dan Tousan Shikamaru yang bernama Nara Shikaku.
Tiga. Inilah alasanku mengistimewakan angka tiga. Bukan berarti aku bahagia ditinggalkan oleh mereka, melainkan tiga orang yang sudah berada di surge kini yang menjadi saksi saat Shikamaru melemarku. Bukan di tempat romantis atau mewah layaknya seorang pria melamar perempuan yang dicintainya, melainkan di sebuah pemakaman di mana tousan-ku, tousan-nya, dan Asuma-sensei di makamkan.
Aku juga sangat berterima kasih kepada tiga orang pria yang telah mewarnai hidupku dengan segala perhatian dan kasih sayang mereka kepadaku. Walaupun aku dan Shikamaru menikah setelah kepergian kedua ayah kandung kita, aku dari dulu memang sudah dekat dengan ayah mertuaku, Nara Shikaku dan begitu pula Shikamaru yang sudah dekat dengan ayah kandungku. Tiga pria ini memang sangat berjasa dalam kehidupanku dan Shikamaru, terutama dalam kehidupan cinta kami berdua. Kalau bukan karena hubungan dekat antara ayahku dan ayah Shikamaru, aku dan Shika mungkin tidak akan mengenal lebih jauh kehidupan pasangan kita. Mungkin hanya sekedar tahu nama clan dan panggilannya itu saja. Terima kasih yang sama besarnya pun aku berikan untuk sensei yang selalu sabar menghadapi tingkahku yang terkesan sangat cerewet ini.
Kalau bukan karena Asuma-sensei, mungkin aku tidak bisa melupakan sosok Uchiha Sasuke yang dulu aku idolakan dan berpaling pada sosok sahabatku sendiri yang kini menjadi suamiku. Asuma-sensei selalu membantuku untuk melupakan Uchiha Sasuke dengan cara memberikanku waktu dengan Shikamaru untuk sekedar berbincang-bincang, karena aku tahu, Asuma-sensei mendukungku mempunyai hubungan special dengan Nara Shikamaru.
Begitu pula untuk Shikamaru, menurut cerita dari Kurenai-sensei mengenai Asuma-sensei dan Shikamaru, Asuma-sensei selalu membujuk Shikamaru untuk menyatakan perasaannya padaku. Bukan hanya itu, beberapa kali Asuma-sensei sengaja membiarkan Shikamaru menangkap tubuhku setiap kali melakukan shintenshin no jutsu-ku. Hal itu yang membuat Shikamaru tidak pernah mau jauh dariku setiap kali melawan musuh, takutnya, ketika aku melakukan jutsu dari clan Yamanaka itu, tidak ada yang menangkapku. Padahal, aku yakin, Chouji mungkin mau menopang tubuhku sebentar saja. Aku sangat percaya pada kisah sensei-ku dan suamiku ini, karena aku yakin, Kurenai-sensei tidak pernah berbohong setiap kali membicarakan Asuma-sensei yang merupakan ayah dari anak laki-lakinya.
Belum sempat berdoa untuk ketiga sosok ayah untuku, seorang anak perempuan tiba-tiba saja memeluku dari belakang. "Kaasan, katanya sebentar, tahunya lama. Untung saja Kyuka tahu letak makam kakek." kata anak perempuan berambut hitam ini. Kyuka adalah anak bungsuku dan Shikamaru. Tak heran jika Kyuka sangat cerewet, karena aku menyadari bahka Kyuka benar-benar duplikatku. Yang diwarisi Kyuka dari Shikamaru hanya otaknya yang jenius dan rambutnya yang berwarna hitam seperti ayahnya. Terkadang, aku dibuat pusing dengan Kyuka yang sepertinya tidak pernah berhenti berbicara, cerewetnya Kyuka benar-benar melebihi diriku.
"Kyuka-chan, jangan ganggu Kaasan dulu. Kaasan mau berdoa dulu, sama tousan aja ya?" kata Shikamaru sambil menarik tangan mungil Kyuka. Kyuka langsung melepaskan pelukannya dariku dan memeluk hangat leher tousan-nya. Bukan hanya cerewet, Kyuka juga hyperactive seperti Sang Hokage, Namikaze Naruto. Mungkin efek dari pekerjaan tousan-nya yang bekerja menjadi penasihat Hokage.
Aku segera berdoa sebelum Kyuka menggangguku. Di setiap makam aku dan Shikamaru berikan dua buket bunga hasil karyaku. Saat satu buket bunga mau diletakan oleh Shikamaru di atas makam Asuma-sensei, guru kami berdua, Kyuka tidak sengaja merebut buket bunga yang cukup besar itu dan menjatuhkannya.
"Troublesome." Kata Shikamaru. Dengan Kyuka yang berada dalam gendongannya, Shikamaru mencoba mengambil buket bunga yang jatuh berantakan itu.
"Merepotkan!" jawab Kyuka sambil menjulurkan lidahnya kepada Shikamaru. Aku tersenyum melihat tingkah malaikat bungsuku.
Melihat buket bunga yang sepertinya sudah tidak berbentuk, aku mengambil alih tugas Shikamaru mengambil buket bunga dan sisa-sisa bunga yang berjatuhan dan mencoba untuk merapikannya. Sementara Shikamaru mengawasi Kyuka.
"Mendokusai!" kata seorang laki-laki muda duplikat Nara Shikamaru. Duplikat Shikamaru itu menghampiri Shikamaru dan mengambil alih tugas menjaga Nara Kyuka agar tidak berulah.
Laki-laki duplikat Shikamaru itu mengeluarkan sebuah lollipop kecil dari saku celananya dan memberikannya kepada adik perempuannya. "Diamlah, Kyuka-chan." Kata laki-laki itu dengan lembut seperti biasanya. Kesan kakak yang sangat menyayangi adik perempuannya benar-benar terlukis dari sikap Nara Shiro kepada Nara Kyuka. Kyuka langsung mengambil lollipop pemberian kakak laki-lakinya, membuka bungkusnya, dan mulai menjilatinya.
Nara Shiro adalah anak sulungku dengan Shikamaru. Jangan heran, wajahnya begitu tampan melebihi tousan-nya. Rambutnya yang hitam yang dikuncir seperti nanas, mata onyx-nya, dan sikap cool-nya mempunyai daya tarik tersendiri. Bahkan, jika aku tidak menyadari kalau Shiro adalah anak kandungku, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya seperti teman gadis seangkatannya. Sifat mudah bergaulku menurun pada Shiro, walaupun, terkadang aku berpikir bagaimana mungkin seorang Shiro bisa mudah bergaul dan bahkan mempunyai banyak teman. Karena, setahuku, keturunan Nara itu tidak pandai bicara. Seandainya Yamanaka dan Nara tidak bergabung, mungkin tidak ada penerus Nara yang mudah bergaul. Jadi, kakek moyang Nara patut bersyukur karena keturunan mereka sudah sedikit berubah berkat kehadiran gadis mantan Yamanaka ini.
Keluarga kecilku adalah hal yang membuatku juga menyukai angka dua. Selain malaikat kecilku yang berjumlah dua orang ini, keluarga kecilku memang selalu terikat dengan angka dua. Ambil saja contoh dari kepala keluarga, Nara Shikamaru. Nara Shikamaru lahir di tanggal 22 yang malahan memiliki double two. Lalu aku sendiri, lahir di tanggal 23, ada satu angkat dua. Sementara anak sulungku lahir di tanggal 6 Juli dan anak bungsuku yang lahir ditanggal 9 Februari. Namanya saja Shiro, singkatan dari Shika dan roku, roku sendiri artinya adalah enam. Enam dibagi tiga hasilnya dua. Begitu pula Kyuka. Singkatannya adalah kyuu dan Shika. Kyuu artinya sembilan yang merupakan hasil dari tiga pangkat dua. Nama kedua anaku memang berhubungan dengan angka, salahkan Shikamaru yang memberi mereka nama.
Kami bertiga berjalan meninggalkan pemakaman Konoha. Memang hanya kami bertiga, karena Kyuka dengan manisnya berada dalam gendongan nii-san tersayangnya.
"Ino, sepertinya besok aku harus ke Suna untuk beberapa hari, karena harus menghadiri rapat kage." Kata Shikamaru masih terfokus pada jalanan keluar dari pemakaman Konoha.
Aku tersenyum sambil menatapnya yang berjalan di sebelah kananku. "Jadi, apa ada sesuatu yang ingin kau bawa besok?" tanyaku.
Ayah dua anak ini tampak memikir sejenak sebelum menjawab pertanyaanku. "Sepertinya aku harus membawa kepercayaanmu padaku, Ino. Agar kau bisa tenang selama di Konoha. Aku yakin kau pasti mengkhawatirkanku saat di Suna nanti 'kan? Aku tidak akan macam-macam dengan Temari." Kata Shikamaru memberi penjelasan singkat.
Aku tersenyum tulus kepada pria di sebelah kananku. Tanpa aku mengatakannya pun, Shikamaru sudah tahu apa yang aku rasakan. Sudah berbulan-bulan Shikamaru memang tidak pernah ke Suna lagi. Perasaanku memang terlalu sensitif bila menyinggung soal Suna dan Temari. Aku tidak ingin Temari merebut perhatian Shikamaru untuk yang kesekian kalinya, walaupun aku dan Shikamaru sudah menikah. Tapi, kesempatan Temari mendekati Shikamaru masih terbuka lebar, mengingat sampai sekarang pun Temari belum menikah.
Tiba-tiba saja Kyuka merengek meminta digendong oleh tousan-nya, membuat Shiro menyerahkan adik perempuannya kepada tousan-nya yang juga tousan Kyuka juga. Setelah berada dalam gendongan Shikamaru, Shikamaru langsung mencium kening Kyuka lembut membuat Kyuka tersenyum.
"Tousan, Kyuka ikut dong!" pinta Kyuka sambil memasang wajah manjanya.
Untuk yang pertama kalinya Shikamaru menolak permintaan Kyuka. Padahal, Kyuka sudah memasang wajah manjanya agar bisa diijinkan ikut ke Suna.
"Kenapa gak boleh?" tanya Kyuka dengan ekspresi badmood-nya yang benar-benar persis sepertiku dulu waktu masih seusia Kyuka.
"Belum saatnya." Jawab Shikamaru singkat.
"Shiro-nii ikut?" tanya Kyuka sambil melirik ke arah anak sulungku.
"Tentu saja sayang, Shiro-nii akan membantu pekerjaan tousan di sana." Kata Shikamaru sambil mencubit pipi kanan Kyuka membuat pipi kanan Kyuka sedikit merah.
Aku menatap Shiro yang berjalan di sebelah kiriku. Tinggi Shiro kini sudah menyamai tinggi tubuhku. Membuatku merasa sangat tua sekarang, karena anak sulungku kini sudah sebesar dan setampan ini.
"Kau yakin akan meninggalkan Himeka-chan? Tidak rindu dengannya, huh?" tanyaku menggoda anak sulungku. Terlihat rona merah menghiasi wajah tampan seorang Nara Shiro.
"Mendokusai!" jawab Shiro mengeluarkan trademark ala keluarga Nara.
Aku tersenyum mendengar jawaban Shiro. Himeka adalah anak dari Akimichi Chouji—rekan setimku dan Shikamaru dulu di tim 10 dengan gadis penjual ramen yang kini bernama Akimichi Ayame. Himeka dan Shiro memang berada di satu tim yang sama dengan Sarutobi Kumaii, anak dari Sarutobi Asuma dan Sarutobi Kurenai. Bukan apa-apa aku sangat menyetujui hubungan Shiro dan Himeka jika memang mereka mempunyai hubungan spesial lebih dari teman. Karena, hubungan Shiro dan Himeka memang seperti hubunganku dengan Shikamaru dulu. Orang tua kami saling mengenal membuat kami pun bisa mengenal lebih jauh lagi dan akhirnya cinta itu tumbuh dalam hati kita masing-masing.
"Kaasan yakin, pasti kau cemburu dengan Kumaii ya? Soalnya Himeka lebih akrab dengan Kumaii dibanding dengan anak kaasan yang paling tampan ini."
"Troublesome." Jawab Shiro mengucapkan trademark-nya.
"Makanya, kalau Himeka-chan bicara direspon dong, masa dianggurin terus. Masa Himeka-chan kalah sama awan." Kataku menggoda Shiro. Kedua laki-laki berharga dalam hidupku ini memang tidak bisa dipisahkan dari benda langit ciptaan Kami-sama. Khususnya awan dan langit. Ayah sama anak sama saja memang, tidak ada bedanya.
"Ino! Berhentilah menggoda Shiro. Dan jangan membuatku bernostalgia." Kata Shikamaru.
Aku berhenti menatap dan menggoda Shiro. Walaupun aku berhenti menggoda Shiro, aku mempunyai korbanku selanjutnya. Siapa lagi kalau bukan Nara Shikamaru.
"Nostalgia? Wah… berarti dulu Kaasan Yoshino pernah menggodamu seperti aku menggoda Shiro 'kan?" tanyaku pada pria yang sedang menggendong darah dagingnya.
"Mendokusai!" jawab Shikamaru tidak berniat menjawab pertanyaanku.
Aku selalu merindukan saat-saat ini. Saat-saat di mana aku dan keluarga kecilku berkumpul dan tertawa atau bahkan tersenyum satu sama lain. Kebersamaan yang sangat langka yang bisa aku dapatkan. Terutama kebersamaanku dengan Shikamaru dan Shiro. Dua laki-laki ini memang sering ditugasi misi oleh Sang Hokage—Namikaze Naruto. Membuatku dan Kyuka kekurangan waktu kebersamaan dengan mereka berdua. Di sinilah peran angka satu berharga untuku. Satu cinta untuk satu keluarga. Cinta. Satu kata lima huruf yang membuatku menyukai angka satu. Satu cinta untuk keluarga kecilku. Satu cintaku untuk tiga orang berharga dalam hidupku.
"Tousan, Kyuka mau minta sesuatu sebelum tousan dan Shiro-nii pergi misi, boleh?" tanya Kyuka.
Shikamaru mengangguk sebagai jawaban. "Apa yang Kyuka-chan inginkan?" tanya Shikamaru.
"Adik. Biar Kyuka tidak kesepian selama kaasan melayani pembeli." Jawab Kyuka sambil tersenyum penuh harap.
Aku terdiam mendengar permintaan Kyuka. Bukan hanya itu, aku menundukan kepala menyembunyikan rona merah yang terlukis indah di kedua pipiku. Aku yakin Shikamaru tidak akan menolak permintaan dari anak perempuan cantiknya.
"Biarkan Kyuka-chan tidur di rumah nenek bersamaku. Kita berdua tidak ingin mengganggu urusan orang dewasa." Jawab Shiro yang justru memihak pada ayah kandungnya. Sudah aku pastikan Shiro sengaja melakukannya untuk membalas menggodaku.
Sementara Kyuka hanya mendengarkan dan memperhatikan tiga orang yang menurutnya dewasa ini bercakap-cakap. "Jadi, mana adiknya?" tanya Kyuka dengan polosnya.
"Kau dengar sendiri 'kan, Ino?"
"E-eh… tapi kau dulu bilang hanya ingin punya dua anak." Jawabku membela diri.
"Sepertinya aku ingin punya anak kembar darimu, Ino." Jawab Shikamaru disertai senyuman penuh arti yang terlukis di bibirnya.
"Memangnya tousan tidak bisa memberikan adik untuk Kyuka? Sampai harus meminta bantuan kaasan segala." Kata Kyuka meminta penjelasan.
Shikamaru dan Shiro tersenyum penuh arti kepada perempuan mungil dalam gendongan Shikamaru. "Tousan hanya sponsor utama aja. Kalau kaasan baru pihak penting." Jawab Shikamaru.
"Kyuka tidak mengerti."
"Belum saatnya kau mengerti, Kyuka-chan." Jawab Shiro sambil mengacak-acak rambut hitam Kyuka. "Sepertinya aku harus menanyakan masalah ini kepada Himeka-nee." Kata Kyuka dalam hatinya.
.
.
.
FINISH
.
.
.
*lap keringet* selesai juga fict dengan angka favorit Yola. Ya, walaupun sebenernya sedikit memaksa dengan alurnya xD Buat yang kepo *yang gak kepo gak usah baca jga gpp* 3-2-1 itu tanggal 3 bulan 2 tahun 1*** TT^TT
Tanpa banyak ngomong lagi, yang tentu aja udah bosen dibaca readers *STOP!* Yola minta review dari kalian ya? Terima kasih!
Jangan lupa liat fict SHIKAINO #CSIFBirthdayPartyFict yang lain
KEEP HYPER AND LOVE SHIKAINO
CSIF FOREVER YEAH! XD
=Light Guardian=
