[Another story of Sapphire Class – Prompt: Rasa Takut]
Writer: Krystalaster27
Cast: KYUHYUN & KIBUM
Genre: Brothership, fantasy, and school life.
#JUMBLINGJULY2017
Hanya sekumpulan drabble yang ditujukan sebagai partisipasi menulis fiksi. *-*
Krystal sedang berusaha mengembalikan jiwa tulisan. Terlalu banyak hal yang terjadi di Real Life, butuh usaha keras untuk membangun hal yang nyaris runtuh.
Btw, mohon maaf lahir dan batin. Sudah lama tidak menyapa readerdeul dengan fiksi. Hihihihi
Review juseyo~
HAPPY READING ...
.
.
.
.
.
Krystalaster27
Ketakutanku adalah bermimpi kala terlelap di malam hari. Aneh bukan, aku ketakutan terhadap sesuatu yang tidak nyata. Sehingga appa dan eomma bilang jika bunga tidurku terlalu detail. Aku terkadang mendapatinya sebagai 'penglihatan' masa depan. Hal yang kebanyakan tidak dipercayai oleh orang-orang.
"Kyuhyun-si, kau baik-baik saja?" suara lirih membangunkanku dari alam bawah sadar. Sepasang mataku mengerjap, dahiku mengernyit begitu merasakan pening yang menghunjam kuat.
Tenggorokanku terasa tercekat, namun kupaksa untuk bersuara, "Gwenchana," balasku singkat.
Keadaan ruangan tidak terlalu terang, cahaya temaram berasal dari lampu tidur di atas nakas. Kucoba untuk menatap ke jendela, rupanya langit masih gelap.
Kulihat Kim Kibum segera berlari keluar dari kamar usai aku mengatakan baik-baik saja, entah apa yang membuatnya tergopoh seperti itu. Semakin lama, dapat kurasakan jika aku mulai susah bernapas. Selalu seperti ini di saat extrasensory yang kumiliki mulai beraksi terlalu kuat. Aku tersiksa dengan apa yang kulihat saat terlelap, meski terkadang kepingan mimpi itu terasa abstrak, namun jelas sekali jika ada makna tersirat dan pastinya akan terkuak seiring berjalannya waktu. Dan kabar buruknya, kepingan penglihatan itu mengenai Kim Kibum.
"Bersandarlah, hidungmu berdarah."
Suara Kibum berhasil membuyarkan lamunan singkatku. Belum sempat aku merespons, kedua tangannya sudah mendorong bahuku agar menempel pada tumpukan bantal yang ditatanya pada dashboard ranjang.
Lemas, tanganku bahkan bergetar dan mataku tidak dapat memfokuskan penglihatan. Rasa sakit menghunjam kuat di kepala hingga ingin rasanya kulepaskan saja kepala ini.
"Kau sering seperti ini?" tanya Kibum.
Tisu-tisu bersih mulai mengusap bagian philtrum-ku, tak lama berselang digantikan dengan handuk hangat yang membuatku sedikit dapat bernapas lega.
"Gomawo," gumamku. Kibum diam dan tetap tekun membersihkan darah yang, setelah itu dia beralih melihat ke arah kaos yang kupakai.
"Bajumu berlumuran darah."
Mendengar kalimat itu, aku pun meraba bagian depan kaos yang kukenakan. Benar saja, lengket dan –-
"Yak! Tanganmu jadi kotor!" pekikan Kibum membuatku terkejut. Tak kusangka dia bisa berteriak dan protes seperti itu.
Mataku mengerjap polos, bibir tanpa sadar mengerucut saat Kibum mulai melepas kaosku dan menggantinya dengan kemeja. "Kita tidak perlu sekolah hari ini. Kau sakit, jadi aku akan menjagamu."
Aku hanya mengangguk, tidak menolak meskipun sejujurnya ingin sekali tetap masuk sekolah. Dalam benak aku mulai berpikir, apakah anak ini memang bisa perhatian terhadap sesama? Atau hanya sebatas simpati dan kasihan mendapatiku sakit.
Kibum naik ke atas ranjangku, duduk bersandar sambil memerhatikan keadaanku. Tingkahnya mirip seperti eomma yang menjaga seharian tanpa lelah mengawasi setiap gerak-gerikku. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Kyuhyun-si. Apa kau sering seperti ini? Berteriak-teriak dengan mata terpejam di tengah malam, keringat dingin di sekujur tubuh, napas tersengal, dan hidungmu bahkan mengalirkan darah."
'Detail sekali,' selorohku dalam hati saat mendengar serentetan kalimat yang diucapkan Kim Kibum. Dugaku mungkin saja dia merutuk dalam hati karena hari kedua ia menginap di sini malah menemukanku dalam kondisi memprihatinkan.
Aku terdiam beberapa saat, sengaja tidak langsung menjawab. "Lumayan," menarik napas dan mengembuskannya dengan cepat, "Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," sambungku cepat.
"Besok pagi akan kupanggilkan dokter untukmu," ucap Kibum dengan nada datarnya. Apa? Enak saja dia memanggil dokter, aku tidak terima. Serentetan kalimat sudah siap kulontarkan sebagai pembelaan.
"Tidak ada penolakan!" bibirku langsung terkatup rapat. Kibum berucap lebih cepat, nada suaranya datar dan dingin—ciri khas seorang Kim yang bergelar pangeran es. Jelaslah jika seorang Kim Kibum tidak ingin dibantah, wataknya mungkin sangat keras daripada yang terprediksi. Hanya anggukan yang kuberikan sebagai tanda jika aku mengiyakannya.
"Tidurlah, aku akan menjagamu." Kibum berujar lirih, suaranya lebih manusiawi sekarang. Setidaknya aku dapat menangkap nada lembut yang sarat perhatian.
Beberapa menit dalam keheningan, aku masih belum dapat melanjutkan tidur karena rasa takut lebih kuat memengaruhiku.
Diam, aku tidak tahu harus bagaimana. Dapat kurasakan jika tubuhku mulai bergetar lagi saat kilasan abstrak kembali datang. "Arrrgh," erangan tak dapat kucegah. Tanganku terangkat untuk mencengkeram kepala yang mendadak sangat sakit.
"Kyuhyun Cho. Hey, kau kenapa? Mana yang sakit?" Kibum menanyakan itu berulang-ulang tapi tetap saja aku tidak dapat bicara untuk mengatakan apa yang kurasakan.
Perlahan arus kuat menarik kesadaranku, memenjarakanku dalam kepingan abstrak yang terlalu banyak untuk dapat kutelaah. Tubuhku lemas, kepalaku terkulai. Terakhir kali yang kutangkap adalah teriakan Kibum yang menyerukan namaku.
Dan ... dalam mimpi kali ini, bayangan abstrak yang pertama kali yang kutangkap adalah sosok Kibum kecil yang menangis tersedu di sebelah pusara eomma-nya. Kim Kibum yang dikenal sebagai pewaris tunggal chaebol Kim.
FIN
.
.
.
Ini fiksi drabble bersambung. Akan kuupdate setiap 3 hari sekali / jika sempat. Ada 10 prompt dalam sebulan, kuharap ini bisa menyenangkan kalian.
Thank you~
Salam manis, Krystalaster27
