My Kunoichi

Yuna Mikuzuki

Disclaimer : Masahi Kishimoto

Rated : T

Genre : Romance & Drama

Summary : Kunoichi yang mengabdi pada klan Uchiha ini menyukai sang Master, Sasuke Uchiha. Tapi, kunoichi ini sadar kalau dia tidak layak untuk menyukai tuannya sendiri.

Hahahaa! Bikin new fic, yg laen dikmanain? Btw, here the new fic! Outfit naruto's characters di sini dari game wii 'Naruto Shippuden : Dragon Blade Chronicles'.


Chapter 1

Di hutan, kunoichi berambut pink tengah melempar beberapa shuriken dan kunai ke arah target yang tergantung di pohon. Sudah beberapa target penuh dengan shuriken dan kunai yang tertancap. Kunoichi itu terengah-engah karena sudah 6 jam dia berlatih.

'Hah... Hah... Belum terlalu sempurna. Badanku sudah mulai capek. Dan lagi, rasanya dadaku agak sesak.'

"Sakura."

Kunoichi yang dipanggil Sakura itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Hatinya berdegup melihat sosok yang memanggilnya. Pujaan hatinya kini berjalan ke arahnya dan memberikan minuman padanya.

"Sa-Sasuke-sama!"

"Kau sudah berlatih selama 6 jam, 'kan? Ini," kata Sasuke. Sakura duduk di bawah pohon rindang dan meminum minuman itu dan meneguknya dengan cepat. Jelas-jelas dia haus. Bayangkan, 4 jam latihan tanpa minum!

Sesudah minum, Sakura langsung berdiri dan mengambil beberapa shuriken dari kantongnya. Sasuke langsung menahan tangan Sakura saat Sakura mau melemparnya.

"S-Sasuke-sama? A-ada apa?" Tanya Sakura gugup. Sasuke mengambil shuriken dari tangan Sakura dan menaruhnya ke target lain. Sasuke menarik tangan Sakura dan mereka berdua duduk di bawah pohon. Sakura langsung gelagapan, berdua dengan Sasuke di bawah pohon.

"Sa-Sasuke-sama! S-Saya mau melanjutkan latihan saya..." Kata Sakura gugup. Sasuke hanya duduk diam bersama Sakura di sebelahnya. "Kau itu perempuan. Berlatih selama 6 jam 'kan melelahkan."

Sakura menundukkan kepalanya. "S-saya adalah kunoichi yang harus melindungi keluarga Sasuke-sama. Rasanya tidak sopan kalau saya duduk berdua dengan Sasuke-sama..." Kata Sakura. "Dulu kita juga seperti ini, 'kan?"

Sakura akui, memang benar kalau Sasuke dan Sakura dulu suka duduk berdua di bawah pohon. Tapi, itu dulu.

Sakura melonggarkan bagian kerah bajunya. Sakura melihat ke bagian dadanya. Rasanya dadanya baik-baik saja. Tapi... Kok sesak? Sasuke menoleh ke arah Sakura. Pandangan Sasuke melihat Sakura sedang melihat ke dalam bajunya, lebih tepatnya, ke dalam dadanya dengan tangan kanannya. Tangan kirinya memegang dada kirinya.

Sasuke yang melihat Sakura seperti itu langsung menyeringai. Sebuah gambaran (?) muncul di otaknya. "Sakura, kenapa kau melihat dan memegang dadamu sendiri?"

Sakura terkejut dan langsung meresleting kerahnya kembali. "U-uum... Tidak apa-apa. Saya hanya merasa kalau dada saya agak... Eer, sesak begitu. Mungkin karena kecapekan..." Kata Sakura sambil menepuk-nepuk dadanya pelan. Wajahnya memerah padam. Lalu, Sasuke mendekatkan jarak duduk mereka.

"Sa-Sasuke-sama? K-kenapa anda mendekat?" Tanya Sakura dengan wajah agak panik dan merah. Sasuke hanya menutup matanya sambil tersenyum.

"Sakura, kau bilang dadamu agak sesak, 'kan? Mungkin karena bajumu sudah kecil. Sini, aku longgarkan," kata Sasuke sambil memegang kerah baju Sakura. Sakura mulai ketakutan. Sasuke memegang resleting bajunya dan mulai melorotkannya. Sakura memegang pundak Sasuke agar berhenti. Dan untunglah, Sakura berhasil.

"Uum... Gomen, Sasuke-sama. Saya mau kembali ke istana. Saya sudah letih," kata Sakura beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan tuannya. Yang ditinggal malah terdiam sambil tersenyum simpul.

Wajah Sakura sudah memerah. Jika bersama tuannya, dia sudah tak tahan menahan degup jantungnya. Apalagi, Sasuke tadi seperti ingin... Eer... Ya, begitulah. Padahal, dia harus tahu posisinya di dunia ini.

.

.

.

Sakura adalah kunoichi yang bekerja melindungi keluarga yang dilayaninya, Uchiha. Klan Uchiha adalah klan yang terkenal dan terkuat di Negara Api. Kepala klan, Fugaku Uchiha, adalah Hokage di Negara Api, berpusat di Konoha. Keluarga Sakura, Haruno, sudah turun-temurun bertugas melindungi klan Uchiha. Dan keluarga Uchiha mempunyai dua orang putra mahkota sebagai pewaris klan. Itachi dan Sasuke. Umur mereka berbeda sekitar 5 tahun. Itachi sudah menikah dengan perempuan pilihan Fugaku dan istrinya, Mikoto. Istri Itachi, Konan, sangat setia pada Itachi. Walaupun awalnya Itachi enggan menikahi Konan, seiring dengan berjalannya waktu, Itachi mulai menyadari keberadaan Konan sebagai istrinya.

Sasuke dan Sakura adalah teman sepermainan. Meskipun mereka dibedakan dengan status, itu tidak dipedulikan oleh mereka berdua, karena mereka berdua masih kecil. Tapi, begitu mereka beranjak dewasa dan berumur 17 tahun, Sakura sadar. Status sosial mereka berbeda. Sasuke adalah orang yang harus dilindungi, bukan untuk dicintai.

Meskipun begitu, Sakura masih menyukai Sasuke. Sakura tidak pernah menyatakan cinta pada Sasuke. Itu hal tabu bagi Sakura.

.

.

.

.

Sudah jam 3 sore, Sakura baru mandi dari latihannya. Dia keluar dari kamar mandi dan melangkah menuju kamarnya. Saat membuka pintu lemarinya, semua pakaian dalamnya, bra dan celana dalamnya tidak ada.

"Hah! K-kenapa semua pakaian dalamku...?" Pintu kamar Sakura terbuka. Sakura langsung memegang handuknya erat. Ternyata yang masuk...

"Ka-Kaa-san! Kalau mau masuk ketuk dulu, dong! Aku 'kan jadi kaget!" Rupanya ibu Sakura. Dapat dipastikan wajah Sakura memerah. Ibunya hanya tertawa. Wajah Sakura jadi kesal.

"Hehe, Sakura, kau kaget, ya. Semua pakaian dalammu tidak ada?" Tanya ibunya. Sakura langsung sadar. "Oh, iya! Kenapa semua pakaian dalamku tidak ada? Satupun tidak ada!"

"Tadaa! Ibu belikan yang baru, nih!" Ibu Sakura memperlihatkan satu set bra dan celana yang dalam berwarna putih. Sakura terkejut. Ibunya memegang kedua benda itu sambil melebarkannya dan menggantung-gantungkan kedua benda tersebut.

"Ibu beli enam set. Tentunya dengan bermacam-macam motif. Tepat sekali kau baru mandi. Ayo, coba pakai!" Kata ibu Sakura dengan senyum yang mencurigakan. Sakura langsung mundur-mundur.

"H-hii... K-Kaa-san! KYAAAA!"

.

.

"Tuh, Sakura. Cocok, 'kan?" Tanya ibu Sakura di belakang Sakura. Sakura berada di depan cermin dengan bayangannya yang menggunakan bra dan celana dalam warna putih. 'W-waow...'

"Badanmu itu mulai menunjukkan perubahan, Sakura. Bagian dada dan bokongmu itu mulai membesar. Makanya ibu buang semua pakaian dalammu. Mulai sekarang pakai yang ini, ya," kata ibu Sakura. Sakura memang menyadari, kalau akhir-akhir ini bagian dadanya agak sesak.

"Ya, Sakura. Kaa-san tinggal dulu. Bereskan semua pakaian dalam yang kaa-san belikan, ya." Ibu Sakura meninggalkan Sakura dan keluar. Sakura melihat bayangannya di cermin. Dan... Waow...

'Kami-sama! Pantas saja dadaku agak sesak. Tertanya bagian dadaku membesar!' Sakura memutar badannya sehingga punggungnya menghadap cermin. 'Wow, bahkan lekuk badanku... Bagaimana jika Sasuke-sama melihatku seperti ini, ya...'

Kau sangat seksi, Sakura...

Sakura tersadar dan mulai membuang-buang pikiran yang baru saja terlintas di pikirannya. Pikiran itu tak boleh ada, ataupun sampai terpikir. Ingatlah, Sakura. Kau hanya seorang kunoichi!

.

.

.

Sasuke melepas ciumannya, dan menatap wajah Sakura yang memerah dan napasnya memburu. Sasuke mengecup bibirnya dan dan bibirnya melaju ke dagu, dan lehernya. Sasuke kecup ke semua bagian lehernya. Tak meninggalkan bagian kosong, sehingga semua tandanya tertinggal dan terpampang jelas.

"Kau seksi sekali, Sakura..."

Sasuke mulai membuka bra putih yang masih menyegel bagian dadanya. Sakura menutup matanya, menikmati sentuhan Sasuke saat membuka branya.

.

.

.

"Hah!"

Sakura membuka matanya lebar-lebar. Mimpi apa barusan?


Sakura keluar dari gedung tempat tinggalnya dan melangkah ke luar. Ia hendak pergi ke taman istana, supaya menjernihkan pikirannya dan membuang bayangan mimpinya barusan. 'Apa-apaan itu! Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu!'

Sakura bergetar begitu merasakan ada yang menyentuh tangannya. Sakura segera menepis tangan itu dan menjauh. Rupanya itu tangan Sasuke.

"Sa-Sasuke-sama!"

Sasuke menaikkan alisnya bingung. "Kau kenapa, Sakura?" tanya Sasuke. Sakura gugup menjawab. Matanya mengarah ke bibir Sasuke. Bibirnya lurus, tapi...

Sasuke menyeringai di depan wajah Sakura. Bibirnya mendekat ke bibir Sakura.

"TI-TIDAAAAK!"

Sakura kabur keluar dari istana. Sasuke kebingungan. Kenapa Sakura?

.

.

.

Sakura berlari dengan cakra yang dipusatkan ke kakinya agar cepat larinya. Sakura berhenti di hutan, tempat ia biasa berlatih. Bayangan itu terus bermunculan. Pikiran Sakura mulai tidak jernih. Tadi saat bertemu Sasuke. Bayangan itu malah muncul. Kenapa bisa ada mimpi seperti itu?

"Hah, hah... Kenapa bisa ada mimpi itu, sih? Ayolah, Sakura. Buang jauh-jauh mimpi itu!" Sakura mengacak-ngacak rambutnya. Sakura menenangkan pikirannya dulu sambil duduk di bawah pohon. Setelah merasa enak, Sakura mulai berlatih.


Syukurlah. Setelah berjam-jam berlatih dan keliling Konoha, bayangan di mimpi Sakura berangsur-angsur menghilang. Sakura jalan-jalan di daerah toko-toko Konoha. Dia melihat-lihat di toko senjata. Sakura senang kalau dia ke toko senjata. Ada satu shuriken besar yang diinginkannya. Tapi, karena itu shuriken yang sangat besar, Sakura tak mampu untuk membelinya. Jelas kalau shuriken besar itu mahal.

Sakura memegang shuriken yang tergantung di dinding toko tersebut. Dan penjaga toko itu, Tenten, langsung menghampiri Sakura.

"Sakura, kau selalu memegang dan memandang shuriken yang besar itu. Kau suka?" Tanya Tenten. Sakura menoleh dan mengangguk. "Ya, shuriken ini kelihatannya sangat kuat untuk menebas musuh. Tapi sayang, kenapa mahal sekali..." Kata Sakura. Tenten tersenyum kecil.

"Sakura, tenang saja. Shuriken yang besar ini khusus kusimpan untukmu. Dan saat kau punya uang nanti, kau bisa membeli shuriken ini," kata Tenten. Mata Sakura langsung berbinar-binar. Sakura langsung memeluk Tenten seerat-eratnya. "Arigatou, Tenten! Aku janji akan membeli shuriken besar ini dan menjadi kunoichi terpandang di Konoha!" Kata Sakura mantap.

"Hehe, dan kau juga ingin disukai oleh Sasuke-sama, 'kan?" Tanya Tenten menggoda Sakura sambil menyikutkan sikutnya ke Sakura. Sakura langsung memerah. "Te-Tenten, dia adalah tuanku. Aku tidak boleh mempunyai rasa seperti itu. Aku tidak layak untuk mendampinginya."

Sakura tahu benar. Dia adalah kunoichi yang ada untuk melindungi tuannya dari mara bahaya. Status sosial membuat jarak mereka semakin melebar. Sakura tidak ingin memanfaatkan pangkatnya yang sebagai kunoichi klan Uchiha untuk mendekati Sasuke. Yang hanya Sakura lakukan di dunia ini adalah melindungi klan Uchiha. Itulah takdir shinobi Haruno.

Sakura keluar dari toko senjata dan melangkah menuju istana Konoha. Di sana-lah Sakura hidup bersama keluarganya. Di istana Konoha yang berbeda gedung dengan keluarga Uchiha. Shinobi yang bekerja di bawah naungan klan Uchiha tinggal di gedung belakang istana Konoha.

Saat mau memasuki gerbang istana, Sakura dipanggil oleh seseorang.

"Sakura."

Sakura menoleh. Rupanya lelaki berkulit pucat dan berambut raven pendek. Sai.

"Ah, Sai-kun."

Sai menghampiri Sakura dengan wajah tersenyum(?)-nya. Sai langsung mengajak ngobrol dengan Sakura. "Kau dari mana?" Tanya Sai. "Ah, dari toko Tenten," jawab Sakura. Mereka berdua menyenderkan punggung mereka ke dinding istana Konoha yang berlambang Uchiwa.

"Kau pasti melihat shuriken besar itu," kata Sai menebak. Sakura mengangguk, lalu menghela napas. "Ya, aku sangat menginginkan shuriken besar itu dari umur 12 tahun. Shuriken yang sangat besar itu bisa menebas semua musuh saat bertarung. Hebat, bukan?" Kata Sakura sambil memperagakan bagaimana cara melempar shuriken besar tersebut. Sai hanya tersenyum kecil melihat Sakura yang sangat menginginkan shuriken tersebut. Lalu, Sakura menyender lagi.

"Kau baru pulang dari misi, ya? Bagaimana? Dan aku minta maaf karena aku tidak bisa ikut dalam misi," kata Sakura. "Lancar. Naruto-dickless dan Kakashi-sensei langsung pulang. Mereka menitipkan laporan misi padaku. Tadinya aku mau ke kantor Hokage, tapi aku bertemu denganmu di sini," kata Sai. "Oh! Kalau begitu aku mengganggumu saat mau ke kantor Hokage, ya! Ah, gomenasai," kata Sakura. Sai tersenyum. Rasanya Sai tersenyum terus.

"Tidak apa-apa. Bukan suatu gangguan untukku," kata Sai. Sakura tersenyum. Mereka mengobrol selama hampir satu jam. Sampai Sasuke pulang.

"Hn, Sakura."

Sakura terkejut dan menoleh ke sumber suara. Rupanya tuannya sudah pulang. "Sa-Sasuke-sama!" Sai hanya memandang Sasuke dengan wajah datar. Tak ada emosi. Begitu pun Sasuke. Sasuke berjalan menghampiri Sakura dan Sai.

"Apa yang kau lakukan dengan Sai, Sakura?" Tanyanya dengan nada yang sedikit ditekan. Sakura melihat Sasuke yang bertanya dengan wajah agak ketakutan. "A-anu, saya hanya mengobrol sebentar di sini. Hanya itu," jawab Sakura. Sai melihat tangan Sakura yang sedikit bergetar. Sai langsung mengambil tangan Sakura.

"Sakura, tanganmu bergetar," kata Sai. Sakura yang kaget begitu tahu tangannya ditarik langsung memucat dan menundukkan wajahnya. Sakura takut kalau Sasuke akan memarahi atau apa. Sasuke langsung mengepalkan tangannya.

"Kau membuatnya ketakutan, Sasuke Uchiha-sama. Tidakkah kau lihat tangan Sakura yang bergetar?" Tanya Sai. Ia menekankan kata 'Sasuke Uchiha-sama' dengan penekanan dalam, terdengar seperti mengejek. Sasuke yang menyadari langsung menoleh ke arah Sakura.

Sasuke melepaskan pegangan tangan Sai dari tangan Sakura dan menarik Sakura masuk ke dalam istana. Sakura yang terkejut langsung menoleh ke arah Sai. "Gomen, Sai-kun," tutur Sakura. Sasuke yang mendengar Sakura memanggil Sai dengan sufiks 'kun' malah tambah-tambah marah saja. Sedangkan Sai hanya mengangguk dan melambaikan tangannya. Lalu, segera pergi.

.

.

.

Sasuke menarik Sakura ke pekarangan istana. Sakura dihantam ke pohon dan dikurung oleh Sasuke. Sakura mengaduh kesakitan karena punggungnya terbentur.

Sasuke mempersempit jarak antara mereka berdua. Wajah Sakura memerah karena wajah Sasuke begitu dekat. Bahkan jaraknya tinggal beberapa senti lagi.

"Apa yang kau bicarakan dengan Sai, hah!" Tanya Sasuke geram. Sakura bergetar. Sasuke tidak pernah semarah ini. Biasanya dia marah kalau dia berbuat kesalahan di istana atau saat latihan. Tapi, entah kenapa, Sakura merasa Sasuke SANGAT marah. Kenapa?

"A-anu... Sa-saya..."

"Sakura, sejak umur 13 tahun, kau mulai mengubah cara bicaramu. Aku tidak suka. Cara bicaramu itu terlalu formal. Berhentilah berbicara seperti itu!" Sasuke memperkuat genggamannya di tangan Sakura. Sakura mengerang kesakitan.

"Uungh..."

"Dan lagi, kau berbicara normal dengan Sai. Dan kau memanggil dia dengan 'kun'. Apa-apaan itu!" bentak Sasuke. Sasuke diam saja. Tak berani menjawab.

"Hn, tak berani menjawab, ya? Kalau begitu, akan kucari jawaban itu dengan paksa."

Seketika, dunia Sakura mulai terdiam.

TBC


Yaaaa... Aq bikin yg bru. Jngn pada protes, ya! Dan maap kalo kykny alurny cepet. Ini fic yg ke-7(?) Mungkin? Krena aq lupa. Heheheehe. Sebelum UTS, aq persembahkan fic ini. Dan REVIEW, ya! LOL