Sayup-sayup terdengar dari para penduduk komplek Pulau Rintis Estate, rumah kontrakan yang berjejer sama dan sering ditinggali oleh para mahasiswa itu menyatakan bahwa rumah nomor 12 lah yang terbaik.
Lahan strategis, berada di tengah-tengah, dekat dengan taman, pencahayaan mataharinya bagus, saluran air bagus, dan membuat nyaman penghuninya juga.
Rumah tipe minimalis dengan gaya khas modern dan pas untuk dihuni dua sampai 4 orang, Boboiboy, Fang dan Gopal, menempati tempat itu.
Kalian masih ingat mereka kan? Tiga pemuda yang termasuk member superhero yang sangat berjaya di masanya, sering memberantas kejahatan hingga menyalamatkan galaksi. Tapi bergantung dari itu semua, kini masa itu sudah habis. Dan sudah waktunya para pemuda tersebut menjalani kehidupan normal. Dengan salah satunya, menjadi seorang mahasiswa.
"Kalian lagi?! Aku ingin menghabiskan hidup di bumi, tapi mengapa harus bertemu kalian lagi, sih!" -Fang
"Aku hanya ingin pemandangan baru, bukan pemandangan wajah kalian." -Boboiboy
"Aku ingin menghancurkan rumah ini sekarang." -Gopal
Bayangkanlah tiga tokoh itu tinggal bersama untuk 4 tahun kedepan lamanya. Melaburkan keinginan mereka, untuk melangkah menuju hal baru, dan bertemu orang-orang baru pula. Namun seakan dipermainkan takdir, mengharuskan mereka kembali bersama.
Fang si tukang bebersih, Gopal yang jorok, dan Boboiboy si pelupa tingkat akut dalam hal menyimpan barang.
Dan ini beberapa kisah mereka tinggal dalam satu atap.
Blacklist Name Present :
Rumah 12
Kenal maka sayang, namun jika tak kenal maka jangan sok kenal
Boboiboy c to Monsta
...
1. Sedikit Longgar
Hari ini malam minggu. Fang memilih bersantai di rumah, dengan menonton drama india ditemani sepiring donat lobak merah di atas pahanya.
Drama 'Kalau Dikejar Lari', yang merupakan drama kesukaan Fang yang bila episodenya tertinggal oleh alasan apapun, laki-laki berkacamata itu bisa gila.
Berbeda dengan Gopal yang sedang belanja bulanan menuju supermarket, atau Boboiboy yang rencananya akan pergi malam ini. Katanya ia harus menemui sang kakek untuk membahas sesuatu.
Menyadari makanan di tangannya sudah habis, Fang mengeluh. "Yah, habis." Membuat ia beranjak menuju kulkas untuk mengambil makanan yang lain.
Fang mengabsen setiap hal di dalam lemari pendingin itu. Tapi belum ada yang menarik perhatian matanya. Dan kemudian, suara melengking datang dari atas lantai dua.
"FANG! PAKAIAN YANG KEMARIN KAU CUCI DIMANA?"
Itu Boboiboy. Mendengarnya, namun tatapan Fang masih pada isi kulkas. "ADA DI KAMARKU! AMBIL SAJA!"
"KAU CUCI PAKAIAN SIAPA SAJA?"
"PAKAIAN IBU LURAH! YA KAU PIKIR PAKAIAN SIAPA LAGI?- Ah, aku bisa mati kalau berteriak terus," Fang mengelus tenggorokannya. Untuk beberapa saat fokusnya teralihkan pada Boboiboy. Dan ia hampir lupa dengan tujuan membuka kulkas apa. "Ah iya, apa aku minum susu pisang saja ya?"
"Fang!" Seseorang memanggil namanya lagi, namun berbeda kali ini, suaranya semakin lama semakin dekat seiring dengan suara kaki turun dari tangga.
Kesal, Fang pun melirik ke arah Boboiboy yang selanjutnya "AAAAAA!" membuat Fang refleks menutup mata karena di depannya sudah ada Boboiboy yang hanya menggunakan celana dalam.
"Apa-apaan kau! Pakai dulu bajumu!"
"Lihat dulu dong! Kenapa celana dalamku jadi kedodoran begini?"
Fang mengintip dari selah-selah jarinya. "Kedodoran bagaimana?"
"Lihat saja! Jangan sok suci, kau kan juga punya!"
Fang membenarkan apa kata Boboiboy, lalu membuka matanya untuk melihat keadaan mahkluk itu.
"Lihat kan? Besar sekali di pinggangku!"
Dagu Fang hampir terjatuh kelantai, melihat temannya yang memakai celana kedodoran, sangat tidak cocok.
Fang tergelak. "Kau seperti tuyul! Hahahahahahahah!"
"Ih! Ini pasti kerjaanmu! Kau sengaja ya, membuat celana dalamku jadi kebesaran begini?"
Dari sisa - sisa tawanya, Fang menjawab. "Mana kutahu! Aku hanya melaksanakan tugasku. Kaunya saja yang badannya kekecilan!"
Dan tanpa mereka sadari, seseorang telah datang dari luar, membuka pintu dengan dua kantong kresek belanjaan. Itu, Gopal.
"Hah? Boboiboy! Apa yang kamu pakai? Itu kan celana dalamku!"
Boboiboy masih menatap Fang datar, dan Fang masih tertawa. Namun detik selanjutnya, mereka berdua melirik Gopal dan berteriak. "AAAAAAA! PANTAS SAJA KEDODORAN!"
Gedubrak.
2. Hari Produktif
Program hari produktif yang dijalani penduduk Komplek Pulau Rintis Estate selama satu bulan sekali.
Di hari minggu, semua penghuni rumah tidak diperbolehkan untuk diam di dalam. Mereka harus bergerak keluar, gotong - royong, bersosialisai, berolahraga, atau apapun itu selama 6 jam kedepan. Mulai dari jam 7 pagi hingga 1 siang.
Namun seperti biasa, layaknya pengangguran pada umumnya. Tidak ada kerjaan. Beginilah salah satu kegiatan Boboiboy, Fang dan Gopal di hari produktif ini. Duduk di pinggir lapangan, menonton orang - orang yang bermain bola tanpa ikut bermain bersamanya.
Padahal mereka sudah diajak berkali-kali, tapi tetap enggan. Bertiga itu tetap memilih bermalas-malasan di kursi penonton.
"Hey, trio model iklan! Ayo main!"
Itu suara Amar Deep dari tengah lapang, namun disahut dengan jawaban "Tidak." Dengan kompak.
"Serius nih? Biasanya kan kalian suka main sampe 5 jam!"
Baik Boboiboy, Fang dan Gopal menggeleng. Main 5 jam, disangka kerja kantoran apa.
"Asik loh, ngeluarin keringat! Ayo main! Mumpung mataharinya masih hangat!"
Namun mereka tetap menjawab, "Kan kami sudah bilang tidak."
"Bener nih?"
"Iya."
"Serius ga akan ikutan?"
"Iya."
"Bener nihhhh?"
Kesal, Fang pun langsung bangkit dari duduk dan melepas sebelah sepatunya. "Sekali lagi kau bicara, sepatuku yang akan menyahutnya," ancamnya.
"Ya, iya. Ampun!" Amar Deep menyerah, walau selanjutnya ia malah komat - kamit sendiri, yang bisa Boboiboy tebak bahwa ia sedang mengatai Fang.
Masih dengan selonjoran di sisi lapangan, Boboiboy berteriak. "Hey, Amar Deep! Kalau kau mengatai temanku seperti itu, aku do'akan agar tidak ada orang yang menyukaimu!"
"Siapa peduli? Orang aku sudah punya pacar!"
Boboiboy tercenung. Otaknya berputar, berusaha mencerna perkataan Amar Deep, yang akhirnya dibenarkan oleh hatinya.
"Kau benar juga ya, Amar. Selamat ya!"
Namun orang yang bersangkutan malah memberi lelaki bertopi itu jari tengah. Tapi Boboiboy tidak sadar. "Hebat sekali ya Amar."
Fang sedang memakai sepatu, Boboiboy bergumam sendiri, sementara Gopal memberenggut. "Boboiboy, aku tidak bisa seperti ini terus," katanya terdengar siratan kecewa disana.
"Begini apanya?"
"Sudah cukup aku bermalas-malassan lagi. Aku berjanji aku tidak akan telat masuk kuliah lagi. Aku berjanji tidak akan pura - pura sakit lalu bolos kuliah lagi. Aku benar - benar berjanji Boboiboy. Aku ingin jadi anak baik. Sudah cukup aku membuat papaku pusing 19 keliling," jelas Gopal mengeluarkan isi hatinya.
Boboiboy yang sedari tadi menatapnya, hanya bisa mendengar dan berkata, "Tapi aku gabuat janji tuh."
Disitu, Gopal bersumpah untuk menyumpal mulutnya menggunakan belut listrik. "Kalau saja ini bukan tempat umum, kau sudah aku gulung Boboiboy."
"Yeeee, jangan ngambek dulu. Akhir - akhir ini kau bermalas - malassan kan ada baiknya juga! Mungkin dengan begini, perlahan kau bisa jadi anak baik. Anak baik yang pemalas."
"Itu namanya anak tolol," sanggah Fang sarkasme.
"Tuh kan, benar kata Fang," perkataannya membuat Gopal mulai berkaca - kaca.
Boboiboy menghela nafas kasar, lalu menoleh pada mahkluk alien itu. "Jika ada amplas, maka aku akan kikis mulutmu, Fang."
"Tenang saja Gopal, kan masih ada kami. Jika kau mau berubah, maka kami pun akan begitu," dan satu kalimat tersebut mampu membuat Gopal berbinar haru menatap sahabat topinya.
"Nah, jadi, ayo kita tidur dan bermalas - malassan dirumah."
Namun tetap saja. Boboiboy tidak mau berubah.
"Gopal, kau ingin olahraga?" Fang bersaran.
"Boleh."
"Ayo kita angkat pot bunga dan menaruhnya di kepala Boboiboy."
"Eh?!" Boboiboy terkaget, mulai panik melihat kawan - kawannya yang akan meledak.
"Kaburrrrrrrr!"
"MARI SINI KAU, BOBOIBOY!"
...
to be continued
Canda receh untuk hari minggu
Salam cinta dari Kaizo untuk saya
Regards, Blacklist Name
