BUK! BATS! BUUK! BRUUK! PRANG!
Suara pukulan dan tendangan terus terdengar di gang sempit di kota Tokyo. Sekelompok orang dengan badan kekar yang ada di gang itu terus berusaha melayangkan tinjuan dan tendangan kepada seorang pemuda pirang yang sayangnya tidak ada satupun serangan dari mereka yang mengenai pemuda itu.
"Cih! Si-sialan kau bocah! SERANG DIA TERUS!" teriak salah seorang dari orang itu. Kelompok berandalan yang berjumlah enam orang kembali menyerang pemuda pirang itu yang lagi lagi berhasil ia hindari. Pemuda pirang itu kemudian membalas serangan dari para berandalan itu hingga mereka tidak dapat melawan lagi .
"Sebaiknya kalian pergi sekarang sebelum aku menghabisi kalian" ucap si pemuda pirang itu dengan nada tajam dan menusuk. Ancaman itu sukses membuat ke enam orang itu lari ketakutan.
"Dasar sampah tidak berguna!" gumam pemuda pirang itu saat orang – orang itu tidak terlihat lagi di manik safirnya.
Pemuda pirang itu mulai melangkah pergi dari tempat itu sesaat setelah mengambil tas jinjingnya yang ia lempar ke tanah saat bertarung melawan 'sampah masyarakat' itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh empat menit. Di gelapnya malam, si pemuda pirang menghentikan langkahnya ketika merasakan getaran pada saku celananya. Pemuda itu dengan segera mengangkat telponnya.
"Moshi - moshi?"
'GAKI?! KEMANA SAJA KAU?! HARI SUDAH HAMPIR PAGI JIKA KAU LUPA!' bentak seseorang yang ada di seberang sana.
"Cih! Berisik, rubah buluk! Aku sedang dalam perjalanan ke rumah!" balas pemuda pirang itu kesal sambil mengusap usap telingannya yang terasa berdengung karena teriakan orang yang menelponnya.
'Kau tahu? Kaa – chan tidak mau tidur. Dia menunggumu pulang. Tou – chan juga begitu'
Pemuda pirang itu terdiam untuk beberapa saat ketika mendengar perkataan orang yang menelponnya tadi.
'Naruto? Kau masi-'
"15 menit lagi aku sampai di rumah" ucap pemuda pirang yang di panggil 'Naruto' seraya memutuskan panggilan itu tanpa menunggu balasan dari sang penelpon. Setelah Naruto memasukkan smartphone-nya kembali ke kantong celana sekolahnya, ia berlari menembus angin malam yang cukup menusuk.
...
Disclaimer : Naruto BUKAN punya Sasuke, apalagi punya Dede Da Vein. Naruto milik Masashi Kishimoto seorang. Saya hanya meminjam beberapa chara-nya.
Pairing : SasuNaru
Rated : T
Warning : Out Of Character, Ngelantur, Alur –mungkin– kecepatan, Typo's bergentayangan, Mengandung unsur Yaoi atau BL. Yang tidak suka dengan BL, langsung klik tombol 'back' saja daripada kalian menambah dosa dengan memflame cerita kami.
...
My Kyuubi
Chapter 1
By : Dede Da Vein
…
Bunyi jam weker disertai dengan terpaan sinar matahari di wajahnya akibat ibunya yang membuka tirai kamarnya membuat pemuda bersurai pirang dengan tinggi 173 cm serta kulit berwarna putih itu mengerang dan merenggangkan badan – badannya yang sedikit kaku.
"Sekarang sudah pagi Naru.. Bangunlah!" kata ibunya yang bernama Uzumaki Kushina dengan lembut. Tangannya yang dibalut dengan kulit putih nan halus itu mengusap surai pirang anaknya. Surai merah panjang miliknya mengenai lantai marmer ketika ia duduk di tepi tempat tidur anaknya. "Naruto..." panggil ibunya sekali lagi.
Tanpa menunggu waktu yang lama, Naruto segera bangun dan beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi tanpa mengucapkan apapun pada wanita yang telah melahirkannnya.
Melihat itu, Kushina hanya tersenyum maklum. Kemudian ia berjalan menuju dapur untuk kembali menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarganya.
.
.
Jam menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Saat itu seluruh keluarga Namikaze sedang menikmati sarapan mereka masing – masing. Acara sarapan itu di temani dengan obrolan hangat dari masing – masing anggota keluarga. Namikaze Minato yang merupakan direktur umum rumah sakit konoha sekaligus kepala keluarga Namikaze itu menceritakan bahwa salah satu karyawannya akan mengadakan pesta pernikahan, Uzumaki Kushina yang merupakan seorang novelis terkenal curhat bahwa ia ingin pergi ke Perancis untuk mencari ide untuk novel terbarunya, dan Namikaze Kurama yang merupakan seorang mahasiswa jurusan kedokteran sekaligus anak sulung dari pasangan MinaKushi mengeluh akan teman – teman kelompoknya yang menumpahkan semua tugas membuat makala padanya. Sedangkan Namikaze Naruto, anak bungsu Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina yang merupakan seorang siswa kelas 11 – 1 di Konoha High School itu hanya mendengarkan sambil tetap mengunyah daging baconnya.
"Ne Naruto, apa kau punya sesuatu yang ingin kau ceritakan pada kami?" tanya ayahnya a.k.a Namikaze Minato, memancing anaknya untuk ikut bercerita.
Naruto yang hendak memasukkan sepotong daging bacon ke mulutnya, menghentikan kegiatannya dan kembali menaruh garpu itu di piring.
Suasana hening terjadi untuk beberapa saat. Minato yang merasa suasana di sekitarnya sedikit demi sedikit berubah mencengkam, berdehem ringan.
"Ya.. Ka-kalau kau tidak ingin berceri-"
"Minggu lalu, kelas kami kedatangan 2 murid baru. Yang cewek pindahan dari kota Ame. Namanya Hyuuga Hinata. Pemalu dan keibuan. Yang satunya cowok pindahan dari Amerika. Namanya Uchiha Sasuke. Dingin, tidak bersahabat dan menyebalkan" kata Naruto memotong perkataan ayahnya.
Semua yang mendengar ucapan Naruto segera menatap Naruto dengan pandangan yang berbeda.
"Heh.. Hyuuga Hinata itu.. sepertinya dia gadis yang manis. Apa kau menyukainya, Naru?" goda sang ibu. Naruto yang melihat itu hanya mendengus pelan. Ia mulai beranjak dari ruangan makan dan keluar dari kediamannya menuju sekolah tanpa mengucapkan kata – kata perpisahan dengan kedua orang tuanya serta kakaknya.
BLAM!
Suara pintu di hempaskan menandakan bahwa si Namikaze bungsu telah pergi meninggalkan rumah. Minato, Kushina dan Kurama hanya menghela nafas, sudah biasa dengan tingkah laku Naruto.
"Dia.. bad mood lagi ya? Hah.. wajar saja sih, tidurnya tadi hanya 4 jam" kata Minato memecahkan keheningan.
"Anata.. Aku terkadang tidak mengerti dengan sifat Naruto. Dia itu nakal, urak – urakan dan seorang berandalan yang paling di takuti di kota ini. Tapi, dia itu..."
"Aku tahu Koi. Aku juga heran dengan sifatnya. Terkadang aku ingin membentaknya karena suka berbuat onar. Tapi, jika kita lihat sisi lain dari Naruto.. aku jadi tidak bisa membentaknya"
"Hah.. dia benar – benar mirip denganku. Iya kan, Kushina? Minato?"
"Kurama! Jangan panggil kami dengan nama kami ttebane! Kami ini orang tuamu! Dan juga, kau tidak ada mirip – miripnya dengan Naruto!"
Perkataan Kushina tadi sukses membuat Kurama, satu – satunya kakak yang dimiliki Naruto pundung di pojokan.
"A-aku kan kakaknya. Kalau aku tidak mirip dengannya... aku anak siapa? Minato? Kushina? HUWEEE..!"
"Ku-kurama.. be-berhentilah bersikap seperti anak kecil yang es krimnya jatuh ke tanah" ucap Minato yang sedang bersweatdrop ria karena melihat anak sulungnya. "Dan benar kata ibumu! Jangan panggil kami dengan nama kami. Panggil kami Tou – chan dan Kaa – chan!" lanjut sang kepala keluarga Namikaze.
.
.
.
Konoha High School. Salah satu SMA favorit di Jepang. Bangunan dengan 4 tingkat itu menampung sekitar 400 lebih murid – murid dengan prestasi yang gemilang.
Di lingkungan sekolah elit itu, terlihat sekumpulan para gadis yang sedang mengikuti seorang pemuda yang berjalan dengan angkuh. Pemuda yang menjadi objek itu pun terlihat tidak merasa terganggu. Pemuda dengan surai raven model bak pantat ayam tetap berjalan tanpa menghiraukan sekumpulan gadis yang mengikutinya.
Dari kejauhan, terlihat Naruto memasuki wilayah KHS dengan skateboard-nya. Dengan lihai, Naruto berseluncur dan melompat menghindari rintangan – rintangan kecil seperti pot – pot bunga, batu besar dan sebagainya.
Sepasang manik hitam legam menatap Naruto yang tetap asyik meluncur. Tanpa ada yang mengetahui, sebuah seringaian kecil tercetak di wajah tampan milik pemuda raven itu.
Di bagian lain, Naruto menghentikan laju skateboard-nya ketika mendengar seseorang yang memanggilnya.
"Naruto!"
"Apa?"
"Ish, kau ini tidak pernah berubah, ya!" kata seseorang yang memanggil Naruto tadi.
"Berhentilah mengurusi urusan orang lain, Kiba!" balas Naruto. Setelah mengambil skateboard -nya, Naruto mempercepat langkahnya menuju kelasnya, meninggalkan pemuda bersurai cokelat dengan tato berbentuk segitiga terbalik di kedua pipinya, Inuzuka Kiba.
"Oi! Matte!" seru Kiba seraya menyusul orang yang ia anggap sebagai sahabat terbaiknya.
Akhirnya, Naruto dan Kiba melangkah beriringan menuju kelas masing – masing. Selama itu, Kiba terus mengoceh tentang ibunya yang suka mengomelinya ataupun kakak perempuannya yang suka menjahilinya. Sedangkan Naruto hanya menanggapi seperlunya saja.
"Ais! Naruto, berhentilah bersikap dingin seperti itu padaku. Aku kan sahabatmu. Kita sudah bersahabat sejak kita berdua masih memakai popok, Naru!"
"Sudahlah. Masih untung aku mau mengomentari ocehan – ocehanmu itu. Kalau kau bukan sahabatku, aku pastikan kau tidak akan bisa mengoceh lagi karena mulutmu itu pasti akan ku sumpal dengan kaus kaki milik Kyuubi"
"'Kalau kau bukan sahabatku'? Heh.. Apa barusan tadi kau menganggapku sebagai sahabatmu? Huwa! Senang banget deh! Jarang – jarang aku dengar kau memanggilku 'sahabatmu'!" ucap Kiba sambil memeluk Naruto
"Cih! Lepaskan pelukanmu, nafas anjing!" bentak Naruto sambil berusaha melepaskan pelukan dari sahabatnya itu.
"Jahat sekali kau!" keluh Kiba, namun tetap melepaskan pelukannya dari Naruto. "Hah.. aku terkadang bingung denganmu. Kau bersikap seperti berandalan. Tapi, kau itu sebenarnya- "
"Diam atau ku hancurkan gigi - gigimu dengan pukulanku?" potong Naruto dengan nada berat, cukup membuat Kiba sedikit mengidik ngeri.
"Ba-baiklah. Maafkan aku. Tapi sungguh, aku tidak mengerti dirimu yang sekarang, Naru"
"Aku tidak pernah memintamu untuk mengerti"
"Mou.. Naru – chan no hidoi!!"
"Kau benar – benar ingin mati, ya?". Dan Kiba hanya memasang cengirannya dengan keringan dingin yang mulai bercucuran di pelipisnya ketika nada bicara sahabatnya itu berubah menjadi lebih tajam.
KRIIIING!
Bel masung berbunyi dengan nyaring. Dengan cepat, Kiba berlari menuju kelasnya, menghindari Naruto yang memancarkan aura gelap. Sedangkan Naruto hanya memandang datar Kiba. Setelah Kiba tidak terlihat lagi, Naruto masuk ke dalam kelasnya.
.
.
Bel tanda jam istirahat berbunyi 5 menit yang lalu. Di dalam kelas 11 – 1, terlihat sekumpulan gadis yang mengerubungi satu meja yang di tempati oleh pemuda berambut raven. Dengan bento di masing – masing tangan mereka, para gadis itu berusaha mendapatkan perhatian dari pemuda raven itu.
"SASUKE – KUN, TOLONG TERIMA BENTO BUATANKU!"
"JANGAN! MAKANANNYA TIDAK ENAK! TERIMA BENTO BUATANKU SAJA!"
"SASUKE – KUN! AKU BUAT SUSHI ENAK!"
"BENTOKU ADA TOMATNYA SASUKE – KUN!"
Semua teriakan para gadis yang mengerubungi meja milik pemuda raven yang dipanggil 'Sasuke' itu membuat beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu jengah.
"Cih! TEME! SURUH MEREKA DIAM!" bentak Naruto yang merasa terganggu karena teriakan itu.
Mendengar teriakan dari Naruto, semua gadis yang berkumpul dan berteriak heboh tadi diam seketika. Suasana menjadi hening seketika. Mereka terlalu takut untuk menghadapi bad boy dari KHS itu.
Namun..
"Kalau kau merasa terganggu, kau tinggal pergi dari kelas ini. Tidak usah mempersulit diri, dobe" kata Sasuke.
Perkataan dari murid baru dari Amerika itu sukses membuat keadaan semakin menegang. Atmosfer terasa semakin berat untuk orang orang yang berada di dekat si bungsu Namikaze. Kebanyakan orang ketakutan karena berpikir bahwa Naruto akan menghajar pemuda raven itu.
GREK!
Suara kursi yang bergeser dengan kasar mengembalikan orang – orang yang asyik dengan pemikiran meraka sendiri ke dunia nyata. Mereka melihat Naruto mulai berjalan mendekati bangku Sasuke yang berada di depan bangku Naruto. Para siswi yang ada di sekitar Sasuke langsung menjauh begitu Naruto semakin dekat dengan bangku Sasuke. Keadaan semakin menegang saat Naruto tinggal 3 langkah dari bangku Sasuke. Tapi..
Semua orang dikejutkan dengan berlalunya Naruto melewati bangku Sasuke menuju pintu keluar.
"Hah.. kukira Naruto bakal menghajar anak baru itu" ucap seorang siswa setelah Naruto keluar dari kelas, sekaligus memecah keheningan.
"Kupikir juga begitu. Kalau Naruto benar – benar berkelahi, aku tidak tahu siapa yang bisa menghentikannya" sahut siswa yang lainnya.
"A-ano.. a-apa Namikaze Naruto itu me-memang selalu bersikap seperti itu?" tanya seorang siswi tanpa pupil berambut lavender pada siswi bersurai pirang pucat di sampingnya.
"Ya. Dia tidak suka jika ada yang mengganggunya. Selain itu, dia selalu bersikap dingin pada semua orang. Dia.. berandalan paling di takuti di kota ini. Orang – orang memanggilnya 'Kyuubi'. Menurut rumor yang kudengar, dia adalah pecandu narkoba, selalu pergi ke diskotik saat malam hari, pernah memperkosa beberapa wanita bahkan membunuh orang" jelas siswi bersurai pirang itu a.k.a Yamanaka Ino
"Ka-kalau dia seburuk itu, ke-kenapa dia masih bersekolah di sini?" tanya gadis bersurai lavender itu lagi a.k.a Hyuuga Hinata
"Dia itu berprestasi. Maksudku dia selalu mendapatkan peringkat setiap semester dan tidak pernah goyah dari peringkat 6. Tapi, banyak orang yang mengatakan kalau keluarga Naruto itu menyuap kepala sekolah di sini. Karena itu Naruto tidak keluar dari sekolah ini dan selalu ada di peringkat 6, walau hal itu tidak kupercaya karena menurutku Naruto benar – benar berprestasi"
"A-aku tidak mengerti"
"Hah.. aku juga tidak mengerti Hinata – chan"
.
.
.
Di atap Konoha High School, terlihat pemuda pirang sedang berbaring sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Di salah satu telinganya terpasang headset yang melantunkan lagu kesukaannya dari smartphone-nya.
Man work that shit
I'll be out spending all this money while you sitting round
Wondering why it wasn't you who came up from nothing
Made it from the bottom
Now when you see me I'm stunning
And all of my cars start with the push up a button
Telling me the chances I blew up or whatever you call it
Switched the number to my phone
So you never could call it
Don't need my name on my show
You can tell it I'm ballin'
Swish, what a shame could have got picked
Had a really good game but you missed your last shot
So you talk about who you see at the top
Or what you could've saw
But sad to say it's over for
Phantom pulled up valet open doors
Wiz like go away, got what you was looking for
Now ask me who they want
So you can go and take that little piece of shit with you
"Sedang apa kau di sini, dobe?" suara baritone menginterupsi kegiatan sang pirang.
Naruto hanya melirik sebentar sang raven. Ia mendecih kesal kemudian beranjak pergi untuk menjauh dari si raven setelah ia merapikan headsetnya. Namun, niatnya terhentikan ketika sebuah tangan putih porselen menahan lengannya, menyuruhnya untuk tidak pergi.
"Cih! Lepaskan tanganmu, teme!"
"Hn"
Dengan mood-nya yang semakin buruk, Naruto segera melakukan teknik melepaskan diri dengan cara memutar lengannya.
Tapi, tanpa ia sangka si raven malah kembali menguncinya dengan cara memutar kembali lengan Naruto, mendorong si pirang ke tembok dan menahan salah satu lengan si pirang di atas kepalanya. Sedangkan lengan yang satunya ia tahan di samping badan Naruto.
"Setidaknya jawab pertanyaanku, dobe!" ucap Sasuke tepat di telinga Naruto.
"Tidak ada hubungannya denganmu!" jawab Naruto ketus sambil terus meronta, berusaha lepas dari kuncian Sasuke.
Dengan gerakan cepan, Naruto menggunakan lututnya untuk menyerang perut si raven. Hal itu membuat Sasuke melepaskan kunciannya. Kesempatan itu tidak di sia – siakan oleh Naruto. Dengan lincah, ia melayangkan tendangan ke pinggul Sasuke. Namun, Sasuke menahan tendangan Naruto dengan kedua tangannya yang memegang kaki jenjang kanan sang bungsu Namikaze. Sasuke memutar kaki Naruto berharap dengan itu dapat menghentikan pergerakan lawannya. Tapi, tanpa disangka Naruto ikut berputar dan menggunakan kaki kirinya yang bebas untuk menendang wajah Sasuke. Tendangan itu telak mengenai wajah Sasuke hingga ia terhuyung ke belakang. Melihat ada celah kosong, Naruto segera menendang dada Sasuke sehingga si raven jatuh kebelakang sambil menahan rasa sakit.
"Jangan pernah berurusan denganku lagi, teme!" ucap Naruto tajam sebelum meninggalkan Sasuke di atap.
"Heh.. Menarik" ucap Sasuke menghiraukan rasa sakit yang dirasakannya dan darah yang mengalir di bibirnya.
.
.
.
"Tadaima..."
"Ah! Sasuke – chan! Okaeri" balas seorang wanita cantik yang memiliki bersurai raven panjang yang sedang menonton sinetron. "Hmm? Kenapa dengan bibirmu Sasuke?" tanya wanita itu ketika melihat sudut bibir Sasuke menjadi warna biru.
"Hump.. Aku menemukan seseorang yang menarik, kaa – chan. Dia.. sangat hebat. Dan dia yang membuatku seperti ini" jawab Sasuke dengan seringaian kecil di wajahnya setelah menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Heh.. Tumben sekali kau berbicara seperti itu. Apa ia benar – benar menarik?"
"Untuk saat ini, Ya. Tapi, aku akan menyelidikinya lebih jauh"
"Hoh.. Jangan lupa untuk mengenalkannya pada kaa – chan, Sasuke. Oh, dan kalau kau sudah ganti baju, turunlah ke bawah. Kaa – chan akan obati lukamu itu"
Setelah Sasuke membalas perkataan sang ibu dengan gumaman andalannya, Sasuke berjalan menuju kamarnya untuk berganti baju dan mulai melakukan penyelidikan yang telah ia rencanakan. Mengabaikan permintaan ibunya yang memintanya turun sebelumnya.
"Sekarang.. mari kita lihat siapa dirimu yang sebenarny-
.
.
.
.
.
-Kyuubi!"
.
.
.
.
.
TBC
