Disclaimer: Fairy Tail isn't mine

Warning: AU!MODERN, NaLu masih kelas enam :v , dialog bahasa Palembang, dll.

FOR CHALLENGE DIALOG BAHASA DAERAH 2015.

HOPE YOU LIKE IT!


"Oy Natsu, gancang! (Hei Natsu, cepat!)" teriak seorang gadis kecil berhelai blonde pada sahabat karibnya, Natsu Dragneel. Yang dipanggil kemudian mengambil seribu langkah untuk menyusul sang pemanggil.

Sebentar lagi, raja langit akan berpindah ke belahan dunia yang lain. Lucy dan Natsu segera pulang setelah menimba ilmu tambahan di bimbingan belajar. Mereka pulang bersama, menuju rumah masing-masing yang searah.

Hening melanda atmosfer. Dua insan itu berjalan beriringan. Kedua tangan mereka bertautan, saling mengisi celah-celah yang ada. Bagi konstelasi yang sekadar memandang─tanpa mengenal betul, mereka dianggap menjalin hubungan asmara di usia yang terlalu muda. Padahal, mereka hanyalah sebatas sahabat.

Mereka menyusuri jalanan yang lumayan ramai. Meski begitu, tidak ada yang membuka konversasi di antara mereka. Sampai saat mereka melewati penjual pempek yang menggunakan gerobak, Natsu mencegat Lucy yang akan mengambil sebuah gerakan kaki.

"Berhenti, Lucchi!" cegat Natsu.

Lucchi. Panggilan akrab yang didestinasikan untuk Lucy. Sedari kecil, Natsu suka memanggil Lucy dengan panggilan itu.

Lucy kemudian menghentikan langkahnya. Raut heran terpampang di wajah imutnya, "Ngapo? (Kenapa?)"

Natsu menunjuk-nunjuk pedagang pempek itu dengan determinasi tinggi. Yang ditunjuk hanya bisa merona karena ditunjuk-tunjuk.

"Payo kito beli pempek! (Ayo kita beli pempek!)" ajak Natsu.

Lucy menggeleng, "Dak ah! (Aku tidak mau!)" serunya, "Aku dak bawak duet.. (Aku tidak membawa uang..)"

Natsu tersenyum malu-malu, "Aku trakterin. Galak? (Aku traktirin. Mau?)" tawar Natsu.

Lucy tertegun. Tidak biasanya Natsu akan mentraktirkannya. Biasanya, Lucy-lah yang akan mentraktirnya. Jujur saja, ia merasa merepotkan Natsu.

"Dak usah. Agek duet kau dikit. Terus tuh pulok ngerepotin kau. (Tidak perlu. Nanti uangmu sedikit. Terus, nanti merepotkanmu.)" tolak Lucy halus.

Diluar dugaan, Natsu malah semakin membujuk Lucy;

"Idak do. Aku dikasih duet banyak samo mama aku hari ini. Kato mama aku, jajanin kau jugo kalo misalnyo kau dak bawak duet. (Tidak kok. Hari ini, ibuku memberi banyak uang. Kata ibuku, aku harus mentraktirmu jika kamu tidak membawa uang.)" jawab Natsu keras kepala.

Lucy menghela nafas pasrah. Pasrah dengan Natsu yang teguh pendirian.

"Serah kau lah. (Terserah kamu saja.)" gadis blonde itu menyerah.

Setelah pernyataan menyerah dipantulkan, Natsu tersenyum lebar. Kemudian, ia segera menarik tangan Lucy seraya menghampiri pedagang pempek itu.

"Kau nak pempek apo? (Kamu mau pempek apa?)" tanya Natsu, "Pempek telok. Duo ikok be. Pake cuko. (Pempek telur. Dua buah aja. Pakai cuka.)" jawab Lucy singkat. Natsu mengangguk mengerti. Kemudian, fokusnya beralih pada penjual pempek tersebut.

"Mang, sikok pempek berapo? (Pak, satu buah pempek harganya berapa?)"

"Seribu," kata si penjual.

"Mang, beli empat ikok, telok galo. Pisahin pake duo plastik. Pake cuko galo. (Pak, beli empat buah, telur semua ya. Pisahkan pakai dua plastik. Pakai cuka semua.)" pesan Natsu dengan ringkas.

Dengan cekatan, pedagang itu melakukan pesanan Natsu. Setelah jadi, pedagang itu menyerahkan dua plastik yang berisikan pempek telur. Natsu menyambutnya dengan hati-hati, dan memberikan salah satu plastik pada Lucy. Kemudian ia merogoh saku baju, mengeluarkan uang Rp. 2000, dan memberikannya kepada pedagang pempek itu.

"Mokaseh banyak, dek. (Terimakasih banyak, dik.)" ucap pedagang pempek itu.

"Yo, samo-samo. (Ya, sama-sama.)" jawab Natsu. Kemudian, Natsu menatap Lucy.

"Payo balek! (Ayo pulang!)" ajak Natsu. Lucy mengangguk, dan mereka kembali meneruskan perjalanan sembari memakan pempek.

"Natsu.." panggil Lucy dengan mulut penuh akan pempek dan cuka, setelah berhasil menjauh dari penjual itu.

"Hm?" respon Natsu. Manik yang dia miliki memancarkan nafsu makan yang tinggi. Sama seperti Lucy, mulutnya penuh dengan pempek dan cuka.

"Kau lah sudah ngerjoken PR Matematika di les tadi? (Apakah kamu sudah mengerjakan PR Matematika di bimbingan belajar tadi?)" tanya Lucy tepat pada sasaran.

"Yang mano? Yang tentang pecahan desimal itu, ye? (Yang mana? Yang tentang pecahan decimal itu, ya?)" Natsu malah melemparbalikkan pertanyaan.

"Iyo. (Iya.)" Lucy mengiyakan.

"Oh sudah aku! Kau belom? (Oh, kalau aku sih sudah! Kamu belum?)" tanya Natsu sambil menatap manik Lucy. Hitam kelam bersua dengan cokelat.

"Sudah jugo. (Sudah juga.)" jawab Lucy.

"Lucchi, kau lah sudah paham belom pelajaran Matematika yang tentang luas permukaan persegi? Aku belom ngerti. Kalo kau ngerti, besok ajarin ye! Pas istirahat! (Lucchi, apakah kamu sudah memahami pelajaran Matematika tentang luas permukaan persegi? Aku belum mengerti. Jika kamu mengerti , besok ajarin aku ya! Ketika jam istirahat!" pinta Natsu panjang lebar sambil membuang plastik pempek ke tong sampah terdekat.

"Oke," Lucy sepakat, "Ah, mudah nian itu tuh. Aku lah paham. Malahan aku seneng ngerjoinnyo. (Ah, itu mudah sekali. Aku sudah paham. Malah aku suka mengerjakannya.)" ia melanjutkan kalimatnya yang tadi sengaja ia potong.

"Iiss, mudah darimano? Mentang ye kau peringkat satu! (Ih, bagian mana yang mudah? Mentang-mentang kamu peraih peringkat satu ya!)" olok Natsu sambil tersenyum geli.

"Yolah kau 'kan pinter daripada aku! (Iya dong, kamu 'kan lebih pintar daripada aku!)" kata Natsu lagi.

Lucy membuang plastik pempek di tempat sampah yang lain, "Iyo apo? Bukan kau yang pinter? (Benarkah? Bukan kamu yang pintar?)" elak Lucy sambil menyunggingkan senyum ejekan. Lalu, Natsu menautkan kedua tangan mereka, dan berkata;

"Kau yang pinter! Kau kan peringkat satu, sementaro aku cuma peringkat duo!" Natsu merendahkan diri.

"Kau nih, dak boleh oy ngerendahken diri! Yo sudah kalo mak itu, kito tuh samo-samo pinter. Biar adil! (Kamu ini, tidak baik lho merendahkan diri! Ya sudah kalau begitu, kita itu sama-sama pintar. Biar adil!)" kata Lucy sok bijaksana. Kemudian tawa mereka menggema di udara, meskipun masih kalah diterpa suara keramaian jalanan sore.


Bersamaan dengan itu, mereka telah tiba di depan rumah Lucy yang megah, tanpa disadari. Natsu yang telah menyadarinya segera melepaskan kaitan tangan mereka berdua, "Sudah ye, Natsu! Daaa! (Sudahan dulu ya, Natsu! Daaa!)" seru Lucy sambil melambaikan kedua tangannya dengan wajah ceria. Natsu tersenyum lebar, membalas lambaian tangan Lucy, dan berlalu─menuju rumahnya yang berada di samping rumah Lucy.

Lucy masih mencurahkan atensi yang dimiliki pada punggung Natsu, yang bergerak perlahan menjauhi dirinya. Namun, sebelum Natsu hendak membuka gerbang rumahnya ─yang tak kalah megah dengan rumah Lucy, si pencurah atensi buru-buru mencegat dengan sebuah ucapan;

"MOKASEH YE PEMPEKNYO, NATSU! (TERIMAKASIH ATAS PEMPEKNYA YA, NATSU!)"

Indra pendengaran Natsu segera menangkap seruan itu. Sejurus kemudian, ia menggerakan kepala, menghadap Lucy. Seutas senyum lebar kembali terpampang di wajah lucu Natsu. Bibir tipis Natsu bergerak, membentuk suatu kalimat reduplikasi;

"SAMO-SAMO! (SAMA-SAMA!)"


END?

Hai minna, saya kembali setelah lama berperang dengan WB.. *bungkuk2* wah gak nyangka sudah jam berapa, padahal ngetiknya dari sore aosjkdkdnskzsj -_- :v ini fic pertama di fandom Fairy Tail, dan ini untuk CHALLENGE DIALOG BAHASA DAERAH 2015! Sempet bingung milih fandom sih.. matte, ini OOC gak? :3

Akhir kata, RnR? :3