Disclaimer: aku TIDAK punya Naruto, oke? Aku punyanya alur cerita ini dan Naruto punya Masashi Kishimoto-sama

Genre: Romance, as always

Main pairing: Namikaze Naruto, Hyuuga Hinata

Warning: OOC, AU, Abal, Gaje, Aneh, dkk

Summary: Hyuuga Hinata (17) adalah seorang model yang sangat disanjung, ia mempunyai bloodline keluarganya, byakugan yang dapat melihat sejauh apapun, berbeda dengan Namikaze Naruto (17), dia adalah orang yang ceria dan siswa SMA biasa, tetapi dibalik semua itu dia adalah seorang ninja yang hebat, didikan dari ayahnya,

A/N: hehehe saia datang lagi! Dengan fic yang lagi-lagi bergenre romance, xixixi XP ya udah gak mau banyak bicara, happy reading!

My bodyguard, my knight in shining armor, my ninja

By: Akasuna no NiraDEI Uchiha

"Hinata! Lihat sini!" Hinata lalu bergaya dengan tangan yang sedang hormat dan lidah yang dijulurkan, tangan yang satunya lagi menempel di pahanya dan ia tertunduk sedikit, tipikal cewek tomboy, dan..,

'JEPRET'

"Hinata, kamu nanti akan menciptakan image cewek yang pemalu, nah sana ganti bajumu dan cepat pergi ke penata rias," suruh Hidan, kameramen.

"A…ah iya baik," Hinata segera berlari ke temannya yang berambut coklat dan bermata hitam pekat, Matsuri.

"Matsu-chan," panggil Hinata, Matsuri menoleh, Matsuri adalah sang penata rias Hinata sekaligus manajernya, meskipun Matsuri masih berumur 17 tahun juga, tetapi bakatnya merias dan mengatur jadwal Hinata tidak bisa diremehkan.

"Iya, kenapa Hina-chan?" tanya Matsuri, teman sekelas sekaligus teman sejak kecil Hinata.

"Aku disuruh menciptakan image cewek pemalu," kata Hinata, Matsuri tersenyum.

"Yah itu kan memang imagemu sebenarnya Hina-chan, nah sana pakai baju itu, lalu kembali kesini," suruh Matsuri, Hinata mengangguk, Hinata sudah menggeluti dunia permodelan selama 5 tahun, jadi tidak ada keraguan saat menghadapi kamera, tetapi sebenarnya ia adalah orang yang pemalu, yang mengetahui rahasia itu hanya Matsuri, teman masa kecilnya dan Haruno Sakura, teman sesama modelnya.

"Matsu-chan, aku sudah ganti baju," kata Hinata, ia keluar dengan seragam terusan berwarna putih, lengan balon, dan berkerah, lalu terdapat dasi berwarna hitam, ia mengenakan pita berwarna putih besar seperti bandana di rambutnya, lalu sepatu boots berwarna hitam.

"Ayo sini Hina-chan," Hinata duduk didepan Matsuri, Matsuri memberinya mascara, sedikit blush on dan lipgloss pink beraroma strawberry.

"Hinata!" seru Hidan sang kameramen, Hinata segera pamit kepada Matsuri dan pergi ke tempat Hidan.

"Ah! Disini! Hidan-san!" seru Hinata, Hinata sudah ada di background yang disiapkan, Hidan melihat Hinata.

"Ah, bawa buku yang ada didekatmu itu dan bersembunyi dibalik sudut dinding itu!" suruh Hidan dan menunjuk sudut dinding yang ada didekat Hinata, Hinata segera bersembunyi disitu, ia memiringkan tubuhnya, alis matanya berkerut, ia hanya seperti bersembunyi karena melihat cowok yang disukainya, tangannya pun ia taruh didepan bibirnya, seperti orang yang pemalu.

"Hinata,lihat sini!" seru Hidan, posisi Hinata tadi ia pertahankan, setelah ambil foto selama 3 jam ia segera membereskan pakaiannya.

"Hah, bolos sekolah lagi ya Hina-chan," keluh Matsuri, Hinata melihatnya dan tersenyum.

"Beginilah resiko jadi seorang model," kata Hinata, Matsuri menatap mata lavender Hinata dan tertawa pelan.

"Kalau kamu kan anak yang pintar, tidak usah khawatir Hina-chan! ahahahah," Matsuri kembali tertawa dan menepuk-nepuk punggung Hinata.

"Ah kalian sudah selesai?" suara lembut menyadarkan mereka dari pembicaraan mereka, Hinata melihat orang itu dan memeluknya.

"Saku-chan! Lama tidak bertemu denganmu!" Sakura membalas pelukan Hinata dan tertawa.

"Iya sih walaupun kita satu agensi tapi jarang ketemu ya," kata Sakura, memang mereka sama-sama berada di agensi 'akatsuki' tetapi jam terbang mereka berbeda.

"Iya, ah, selamat siang Ino-chan!" salam Hinata ketika melihat Ino, manajer Sakura menghampiri Hinata.

"Siang Hina-chan, sudah selesai pekerjaannya?" tanya Ino, Hinata tersenyum.

"Iya, sudah selesai, bagaimana dengan Saku-chan?" tanya Hinata, Sakura mengangguk dan tersenyum.

"Sudah kok, ayo kita jalan-jalan sebentar!" seru Sakura, Ino, Hinata, dan Matsuri mengangguk.

"Baiklah, ayo!" seru Sakura menggandeng Hinata, Ino, dan Matsuri ke mobilnya, Karimun Estilo berwarna pink dan putih dengan motif bunga Sakura.

"Seperti biasa, mobilmu mencolok, Saku-chan," kata Matsuri kepada Sakura, Sakura hanya terkekeh.

"Hahahaha, Hina-chan juga mobilnya mencolok, Jazz berwarna lavender dan putih dengan motif lavender pula," kata Sakura, Hinata tertunduk malu, tetapi ia memang menyukai mobil itu.

"Tapi kan, mobilku tidak besar seperti punya Saku-chan," bela Hinata kepada dirinya sendiri.

"Iya iya Hina-chan," Sakura segera masuk ke mobilnya diikuti oleh Ino, Hinata, dan Matsuri.

"Hey hey," panggil Sakura, Hinata, Ino, dan Matsuri menoleh.

"Ada apa Saku-chan?" tanya Hinata kepada sang gadis berambut pink yang sedang menyetir ini.

"Ehm, kamu tahu tidak akhir-akhir ini aku sering dikirimi surat aneh!" jelas Sakura, Hinata yang duduk disebelah Sakura mempertajam pendengarannya.

"Maksud kamu?" tanya Ino mengutak-atik hp N70nya, jujur saja, sebagai manajerpun dia tidak tahu tentang itu.

"Apa harus aku jelaskan baik-baik? Akhir-akhir ini aku sering dikirimi surat aneh!" seru Sakura, tidak peduli dirinya kini sedang dimobil dan dapat membuat telinga teman-temannya itu seperti apa nantinya.

"Kok kamu gak cerita-cerita sama aku!" pekik Ino, karena sebagai manajer seharusnya dia tahu apa masalah Sakura dan lain-lain.

"Kamu terlalu asyik dengan pacarmu itu sih, Sai itu," kata Sakura, ia tersenyum sinis.

"Uh,, ya sudah, cepat ceritakan!" pekik Ino, Hinata dan Matsuri tersenyum, dua sahabat ini memang tidak pernah akur dari dulu.

"Ya, akhir-akhir ini aku dikirimi surat, dia seperti meneror aku," jelas Sakura, Hinata, Matsuri, dan Ino mendengarkan dengan simak.

"Lalu jika tiba-tiba kamu dicelakai bagaimana Saku-chan?" tanya Hinata, Sakura tertawa pelan, tetap fokus pada jalanan didepannya.

"Ya, aku menyewa body guard untukku, tenang saja," kata Sakura, Hinata membelalakkan matanya.

"Body guard? Siapa?" tanya Hinata dengan antusias.

"Namanya Uchiha Sasuke, dia body guardku, dia tinggal bersamaku, tetapi saat ini ia sedang bersekolah, umurnya juga sama dengan kita kok, 17 tahun," jelas Sakura, membayangkan wajah Sasuke.

"Begitu ya…," gumam Hinata, ia tampak tertarik dengan ide Sakura.

"Tadaima," gumam Hinata memasuki apartemennya, ia tinggal sendirian sejak memasuki agency akatsuki, keluarganya tinggal berjauhan dengannya.

"Body guard ya? Boleh juga," gumam Hinata, ia memasuki kamarnya dan duduk di kasur putih kesayangannya.

Akhir-akhir ini juga Hinata diteror, tetapi ia tidak pernah bercerita kepada teman-temannya, ia tidak ingin membuat mereka khawatir. Hinata selalu menyembunyikan kegelisahannya, seperti kerang yang menyembunyikan mutiaranya. Hinata selalu diteror dengan bunga yang bermacam-macam, surat yang menyatakan bahwa si pengirim surat itu menyukainya, walau sepertinya Hinata terlihat cuek, tetapi diam-diam ia takut, ia takut apabila tiba-tiba si pengirim surat itu menampakkan wajahnya dan menyerang Hinata, membayangkan itu saja Hinata sudah takut.

"Aku pikir aku harus menelepon Saku-chan," gumam Hinata dan mengambil LG Cookienya yang berwarna lavender, ia menelepon Sakura, 3 detik kemudian Sakura mengangkat teleponnya.

"Hina-chan? Ada apa?" tanya Sakura, biasanya jika Hinata menelepon, maka ia mengajak jalan-jalan, ataupun ada keadaan genting.

"Saku-chan, besok kamu berangkat sekolah?" tanya Hinata, harap-harap cemas atas jawaban Sakura, karena orang yang dibutuhkannya untuk mendapatkan bodyguard saat ini adalah Sakura.

"Ya~, ada apa?" tanya Sakura, tidak biasanya Hinata akan menelepon untuk mendiskusikan hal yang tidak biasanya ini.

"Aku ingin minta pertolonganmu," kata Hinata, Sakura membelalakkan mata emeraldnya.

"Tolong apa?" tanya Sakura, panik.

"Besok saja ya Saku-chan, akan kujelaskan selengkap-lengkapnya," kata Hinata tersenyum getir, Sakura menghela nafas.

"Iya, baiklah," gumam Sakura dan menutup teleponnya.

"Makan malam hari ini kari saja, ah bumbu kariku sudah habis, lebih baik aku pergi dulu," Hinata kemudian mengambil jaketnya dan mengunci semua pintu di apartemennya, berangkat menuju minimarket, jalan kaki,karena jarak dari apartemennya sampai minimarket cukup dekat jadi tidka perlu menaiki mobil.

"Minato, aku pergi dulu ya!" seru Namikaze Naruto, lelaki berambut pirang dengan warna iris mata yang memukau, sapphire.

"Hei! Jangan panggil aku Minato! Aku ini Tou-sanmu! Paling tidak panggil aku Tou-san!" seru Minato dari ruang keluarga, tempat ia membaca bermacam-macam buku.

"Naruto, cepat ya! Kembaliannya jangan diambil lho!" seru Kushina, istri dari Minato.

"Iya Kaa-san, tidak usah khawatir," Naruto menyeringai dan segera berlari ke minimarket.

"Selamat datang," sapa penjaga minimarket 24 jam, Japanmaret, Hinata mengangguk kecil.

"Bumbu kare…bumbu kare…," gumam Hinata, mata lavendernya mengedarkan pandangan ke rak-rak didepannya.

"Ah ini dia," gumam Hinata, ia mengambil bumbu kare satu-satunya yang ada disana, setelah itu berjalan ke rak selanjutnya untuk membeli sekedar cemilan malam, matanya terpaku pada rak-rak yang dilihatnya dan tidak menyadari ada seseorang yang berada disebelahnya.

"Akh!" pekik Hinata, ia hendak terjatuh, tetapi tangan yang kuat segera menggapainya dan merengkuhnya, agar ia tidak terjatuh, Hinata membuka matanya pelan-pelan, dan menemukan mata sapphire yang memandangnya, muka Hinata memerah.

"Ma…maaf! Maaf!" seru Hinata, sementara orang itu tersenyum, muka Hinata semakin memerah.

"Tidak apa! Namamu siapa? Namaku Namikaze Naruto," Naruto mengulurkan tangannya, disambut tangan Hinata.

"Namaku Hyuuga Hinata, terima kasih telah menolongku, Naruto-san!" tiba-tiba Naruto tertawa.

"Jangan panggil aku Naruto-san, Hinata-chan, kamu polos sekali," Naruto mengacak-acak rambut Hinata yang dikucir satu saat itu.

"Ma..maaf," Hinata menunduk malu.

"Untuk apa minta maaf? Kamu manis sekali Hinata-chan," Naruto mencubit pipi Hinata.

"A…ah baiklah Naruto-kun, terima kasih," Hinata tersenyum kepada Naruto.

"Kamu mau pergi makan sebentar? Kutraktir," seringai Naruto, Hinata menggeleng.

"Maaf Naruto-kun, aku sudah membeli bahan makan malam," Naruto agak kecewa mendengar penolakan dari Hinata, Hinata mengerutkan alisnya.

"A..ah tapi jika lain kali aku bisa kok," kata-kata Hinata membuat Naruto bersemangat lagi.

"Baiklah Hinata-chan, ah! Sudah jam segini! Aku pergi dulu ya!" seru Naruto, ia segera pergi ke kasir dan membayar makanan yang dibawanya.

"Ah! Iya, bye Naruto-kun!" Hinata melambaikan tangannya, Naruto menoleh sebentar dan menyeringai, setelah sosok Naruto menghilang Hinata membayar barang yang ia beli.

'Semoga kami dapat bertemu lagi,' mohon Hinata, entah kenapa ia merasa nyaman berada didekat Naruto.

"Aku pulang!" seru Naruto, Kushina segera keluar untuk menyambutnya, tetapi ia terkejut oleh pemandangan yang ia dapat, Naruto yang berbunga-bunga.

"Naruto! Kamu tidak apa-apa?" tanya Kushina khawatir kepada anaknya, karen sudah lama sekali ia tidak pernah melihat Naruto berbunga-bunga seperti ini.

"Ah, tidak apa-apa kok, ya sudah, ayo kubantu membuat makan malam!" Kushina tampak semakin khawatir, seumur-umur Naruto tidak pernah membuat makan malam ataupun membantu Kaa-sannya.

'Hyuuga Hinata, nama yang manis, semanis orangnya, entah kenapa aku seperti menyukainya, walau hanya bertemu sebentar, tetapi tingkah dan sosoknya itu selalu terbayang di benakku,' Naruto melamun, matanya setengah terbuka dan mulutnya menyunggingkan senyuman yang tidak ada habisnya, tidak menyadari bahwa jarinya hampir teriris jika Kushina tidak menampik tangan Naruto dan menyebabkan pisaunya terlempar.

"Naruto! Naruto! Ada apa dengan kamu? Bahaya tahu!" seru Kushina, ia semakin khawatir dengan kondisi anaknya, karena terakhir kali anaknya seperti ini adalah ketika ia jatuh cinta.

"AH!" pekik Kushina, sekarang ia tahu penyebabnya, ia bertanya kepada Naruto yang masih melayang ke dunianya sendiri.

"Naruto, kamu sedang jatuh cinta ya?" tanya Kushina, ia senang ketika mendapat tanggapan anggukan dari anaknya itu, tetapi jiwanya masih melayang kemana.

"AH! AKU LUPA MENANYAKAN NOMOR TELEPONNYA!" teriakan Naruto membuat tuli Kaa-sannya yang ada disampingnya.

"Naruto! Jangan teriak-teriak didalam rumah!" Kushina melemparkan pisau dapur yang tadi ditampiknya.

'TRANGG' Naruto menangkis pisau yang dilemparkan dengan kunai yang selalu ia kantongi.

"Hmp, reaksi yang cepat, Naruto," Kushina tersenyum sinis, Naruto menyeringai.

"Tentu saja, aku kan anak dari ninja yang terkenal, Namikaze Minato," sebelum Kushina sempat menjawabnya tiba-tiba Minato datang.

"Hei, kalian ini! Ini bukan tempat bertarung!" seru Minato, melihat pisau dapur yang menancap di dinding serta kunai yang menancap di lantai dapur.

"Maaf Tou-san, tadi aku berteriak-teriak dan Kaa-san melempar pisau dapur," jelas Naruto, Kushina menundukkan kepalanya.

"Sudahlah, aku tidak akan semarah itu pada kalian, oh ya Naruto, ikut aku," Naruto mengikuti ayahnya dan duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Ada apa Tou-san?" tanya Naruto, Minato mengulum senyum.

"Kamu sudah berumur 17 tahun, sudah saatnya kamu mendapatkan orang yang kamu lindungi, sebagai ninja yang hebat, kamu harus mengabdi pada satu orang dan kamu akan selalu melindungi dia,"

"Tapi bagaimana aku akan mengetahui orang yang tepat Tou-san?" tanya Naruto, ia penasaran dengan topik yang diungkit ayahnya.

"Kamu akan merasa jantungmu berdetak cepat ketika kamu bertemu dengannya," jelas Minato.

"Jadi Kaa-san dan Tou-san juga dulunya ninja dan kliennya?" tanya Naruto, Minato mengangguk.

"Iya, Kaa-san adalah orang yang Tou-san ingin lindungi, tetapi bukan hanya perasaan ingin melindungi juga, tetapi Kaa-san adalah orang yang Tou-san cintai," Naruto tampak tertarik pada masa lalu Tou-san dan Kaa-sannya itu.

"Berarti ninja juga boleh mencintai kliennya dong," Minato mengangguk.

"Iya, contoh saja Sasuke, temanmu itu, ia sudah mendapat klien yang cantik, model lagi!"

"Sasuke juga sudah bercerita padaku, jantungnya berdesir ketika bertemu dengan gadis itu, lagipula gadis itu juga membutuhkan perlindungan, ia diteror dengan surat-surat yang menakutkan," jelas Naruto, ia sangat mengetahui seluk beluk teman seperjuangannya itu, dari perjuangan saat mereka genin, sampai mereka menapaki chuunin.

"Hati kita terhubung oleh orang yang memerlukan kita, jantung kita berdesir ketika kita melihatnya, itu adalah hal yang wajar, setiap ninja juga begitu, dan biasanya juga klien kita itu lawan jenis, karena biasanya ninja adalah lelaki, maka klien kita semuanya perempuan, tidak pernah ada klien laki-laki dengan ninja laki-laki," jelas Minato panjang lebar.

"Makanannya sudah siap!" seru Kushina dan membawa nampan ke meja makan, Naruto kemudian berdiri untuk membantu ibunya itu, Minato yang melihat dari kejauhan tersenyum getir.

"Sepertinya sebentar lagi dia akan mendapatkan klien,"

~To be Continued~

A/N: maaf! Aku belum bisa update ficku yang satunya! Udah gitu hiatus lama bangett lagi! Dasar aku payah! Hiks hiks, maaf yah! Terima kasih sudah membaca ficku yang abal inihh thanks~~ :3,