Judul : LoveTopia
Author : ExoPlanet
Main Cast : Byun Baekhyun (EXO) and Park Chanyeol (EXO)
SIAPA CHANBAEK SHIPPER? AYO ANGKAT TANGANN!
Genre : Fantasy, Romance and a little bit Drama (maybe._.)
Rate : T – M (Rate berubah sesuai kebutuhan plot ya gays(?)
Desclaimer : ALL OF THE CHARACTER IN THIS FANFICTION HERE BELONG TO THEIR GOD, PARENT AND THEIR SELF. I JUST USE THEIR NAME TO SUPPORT MY –ABAL-ABAL- FANFICTION.
WARNING : THIS FANFICTION IS YAOI. BOYS LOVE. IF YOU DON'T LIKE JUST CLOSE THE TAB AND DON'T READ.
FANFICTION INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, JADI BAGI ANAK-ANAK ATAU REMAJA LABIL YANG MASIH DALAM MASA INGIN MENCOBA-COBA(?) HARAP TIDAK MEMBACA KARENA AKAN BERAKIBAT DOSA DAN RASA PENASARAN YANG BESAR ( ._. )
SAYA SUDAH MEMPERINGATKAN OKAY?
DOSA TANGGUNG SENDIRI !
JANGAN NGAJAK-NGAJAK SAYA YA, HAHA
Summary :
Cerita seorang lelaki mungil –Baekhyun- yang merupakan anak tunggal salah satu bangsawan di LoveTopia dan harus segera menikah. Apa yang akan Baekhyun lakukan selanjutnya?
-EXOPLANET PROUDLY PRESENT-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_LOVETOPIA_
Chapter 1
"harus kubilang berapa kali eomma? Aku benar-benar tidak mau menikah dengannya!"
"usiamu sudah menginjak 22 tahun. Kau harus segera menikah!"
"tidak appa! Aku tidak mau menikah dengan orang yang bahkan tidak ku cintai."
"kau akan mencintainya perlahan nak, lagipula putra keluarga Czarnovich teman masa kecilmu. Tidak terlalu sulit untuk belajar mencintainya."
"sudah eomma hentikan. Eomma, appa, kumohon.. aku hanya akan menikah dengan seseorang yang aku cintai. Aku hanya akan memberikan Krystalku untuk seseorang itu. Aku permisi eomma, appa."
Aku benci ini. tidak eomma, tidak appa, semuanya sama. Selalu menikah menikah dan menikah yang ada dipikiran mereka. Apa bahkan mereka tidak memikirkan tentang perasaanku? Kebahagiaanku? Heol. Memang apa salahnya dengan umurku yang masih menginjak 22 tahun? Aku masih muda okey? Aku bahkan pernah mendengar cerita jika ada pasangan terawet di LoveTopia menikah saat umur mereka 25 tahun. Berarti aku masih memiliki waktu setidaknya 3 tahun untuk bersenang-senang bukan?
Eh...ngomong-ngomong tentang cerita itu...
.
.
.
...aku jadi ingin mengunjungi bumi.
Normal POV
"eomma, aku ingin liburan untuk sementara waktu." Ucap Svatoslav berlalu didepan wanita paruh baya namun masih berparas cantik tersebut.
Dengan kening mengkerut, wanita tersebut bertanya, "kau akan pergi kemana nak?"
"aku ingin pergi kebumi eomma. Kudengar disana menyenangkan. Aku ingin mencoba tinggal disana beberapa hari...mungkin. Bibi, tolong ambilkan mantelku dikamar. Aku lupa membawanya. " jawab Svatoslav asal sambil meminum segelas susu stroberi yang telah tersedia khusus untuknya diatas meja makan.
"baik tuan muda." Jawab bibi tersebut patuh lalu setelahnya segera menuju kamar Svatoslav yang ada dilantai atas.
Wanita paruh baya tersebut mendekati putra semata wayangnya secara perlahan dengan raut muka yang sulit diartikan, "bumi lagi...kau yakin? Eomma mengkhawatirkanmu nak.." lalu setelahnya mengusap rambut Svatoslav dengan sayang.
"aku bahkan sudah menginjak 22 tahun eomma, bukan anak kecil lagi. Lagipula kita memiliki keistimewaan yang tidak manusia miliki yang aku yakin sangat bisa membantuku dibumi nanti. Eomma tenang saja, okay?" jawab Svatoslav antusias sambil tersenyum lembut.
"nak...satu pesan eomma. Jangan pernah kau memberikan Krystalmu untuk manusia. Siapapun itu. kau mengerti?" pintanya dengan nada khawatir yang masih kental lalu memeluk Svatoslav lumayan erat.
"ughh eomma. Iya iya aku mengerti eomma. Jadi, bisa lepaskan pelukan ini? aku ingin segera tiba dibumi eomma."
"haihh kau ini!" wanita tersebut segera melepas pelukannya dengan wajah cemberut. "tidak bisakah kau menunggu sampai besok pagi? Sekarang sudah hampir tengah malam."
"aku hanya perlu waktu sedetik untuk sampai eomma, oh ayolahh~" rengek Svatoslav manja sangat berbanding terbalik dengan sikapnya awal pagi tadi.
"ehm..tuan muda? Mantel anda."
"oh iya bi. Terimakasih." Lalu Svatoslav memakai mantel bulu panjang tersebut sampai menutupi setengah kakinya. "ah iya eomma, aku berangkat sekarang. Sampaikan salamku untuk appa ne? Annyeong eomma."
Baru saja Svatoslav akan memejamkan matanya tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunannya.
"ingat pesan eomma ya sayang?"
"haish eomma~ iya iya iyaaa eommaku yang paling cantik. Aku akan selalu mengingat pesan eomma. Oke? Aku berangkat."
Tavisha, nama wanita tersebut, hanya memandang anaknya yang sudah menghilang didepannya. Ia sebenarnya sangat takut dengan apa yang akan terjadi dengan anak semata wayangnya itu. Netra matanya yang coklat keemasan tampak berkaca. Helaan nafas panjang yang terdengar dari bibirnya membuat siapapun yang mendengarnya tau, ada sesuatu yang telah membuat hatinya menjadi resah.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Waktu dimana seharusnya digunakan untuk beristirahat melepas penat untuk menjalani esok hari dengan semangat baru. Jalanan disekitar kota Seoul tidak menunjukkan tanda-tanda itu. semakin malam, maka akan menambah keramaian kota itu. banyak pemuda-pemudi yang tampaknya masih betah terjaga hanya untuk menikmati awal musim dingin tahun ini.
Namun disebuah gang kecil disudut kota yang minim cahaya tampak seseorang sedang sedang berjalan dengan langkah terseok-seok. Entah ia sedang mabuk atau habis terluka.
"magnae itu benar-benar sialan...sudah kubilang aku tidak mau mabuk...ughh emmmm.." ucapnya ngelantur berjalan tidak lurus ditengah gang dengan matanya yang terpejam dan rona merah muda yang menghiasi kedua pipi dan hidungnya yang bangir.
"hey kau! Minggir!" tiba-tiba segerombolan preman sekitar 4 orang mendekati pemuda tersebut dan berteriak kasar.
"kau kira ini jalan nenek moyangmu hah?! Pergi sana! Kau benar-benar membuatku muak!" jawab pemuda tersebut dengan nada yang tak kalah tinggi. Ckck mabuk membuat semua orang tidak bisa mengandalikan emosi.
"Apa kau bilang?! Kau berani pada kami?! Kalian, hajar dia!" perintah salah satu yang paling tinggi diantara mereka –terlihat seperti dialah ketuanya- dengan emosi meletup-letup.
Bugh!
Bugh!
Dag!
"hey! Apa yang kalian lakukan?!" tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang yang teramat kencang.
"hah?!" preman tersebut bingung, namun setelah melihat ada seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka, sekitar 3 meter. Seringaian tercetak diwajah mereka lalu menghempaskan pemuda yang telah dihajarnya tadi ketepi gang.
"hei cantik? Apa yang kau lakukan tengah malam digang sepi seperti ini eoh?" tanya salah satu diantara mereka dengan perlahan mendekati seseorang tersebut.
"cantik? Kau tidak lihat aku seorang lelaki? Ah benar-benar menjengkelkan!" jawab pemuda tersebut tak percaya dengan kata-kata yang telah keempat preman itu ucapkan sambil meniup ujung poninya setelah menghela nafas kasar.
"apakah kau benar-benar lelaki? Kalau begitu...izinkan kamu untuk melihatnya...bagaimana?" Tiba-tiba saja mereka semua sudah mengepung pemuda itu.
"jangan sentuh aku, ahjussi." Tegas pemuda tersebut setelah salah seorang diantara mereka berusaha memegang tangannya dan membelai pipinya.
"ohh..galak sekali. ayolah jangan jadi anak yang nakal~"
Swing~ bugh!
Semua mata yang melihat kejadian itu hanya membelalak kaget. Tidak menyangka salah seorang teman mereka tiba-tiba melayang lalu tubuhnya terhempas kedinding gang tersebut dengan bunyi cukup keras.
"aahh! Setan!" serempak, ketiga dari mereka langsung segera berlari tunggang langgang meninggalkan gang tersebut tanpa memperdulikan slaah satu teman mereka yang tampaknya masih kesakitan untuk berdiri.
"hahh...menyusahkan saja." Gumam pemuda tersebut sambil menghela nafas lagi.
Mata pemuda tersebut lantas menangkap sosok yang masih tergeletak lemas dipinggir gang sama seperti tadi terakhir kali ia melihatnya.
"omo! Tidak mungkin!" panik pemuda tersebut lalu segera berlari menghampiri sosok itu yang ternyata seorang pemuda dengan darah yang ada disudut bibir dan memar disekitar pipi dan pelipisnya.
Pemuda itu lantas duduk jongkok disamping pemuda itu. "apakah dia mati?" tanyanya pada diri sendiri. "ah...iya! aku harus mengecek jantung. Apakah berdenyut atau tidak." Dengan segera pemuda tersebut mendekatkan sebelah daun telinganya untuk mengecek detak jantung pemuda itu.
"rupanya masih hidup. Hahh~ syukurlah. Tapi aku harus bagaimana?! Yak! Bangunlahh~!" pemuda tersebut terus mengguncang-guncang tubuh pemuda tersebut berharap ia akan segera sadar. Namun nihil. Sepertinya pemuda ini pingsan.
"aishh! Kau menyusahkanku! Aishh! Ayolah otak, berfikir. Apa yang harus aku lakukan!" rutuknya sambil sesekali meniup-niup poninya sebal. "Ah! Kartu identitas! Kenapa aku bisa sebodoh ini...hah!"
Tangannya yang mungil dengan lihai segera mencari-cari keberadaan kartu identitas pemuda itu.
"ah! Apa ini?" tangannya tidak sengaja menemukan sebuah benda berlipat terbuat dari kulit berwarna hitam dengan tulisan HD ditengahnya. Lalu segera membukanya dan ia dikejutkan dengan foto dua orang yang tampak sedang memakan kembang gula berwarna pink dengan senyum yang menghiasi kedua wajah mereka. Matanya mengamati foto itu lamat-lamat. "apakah ini dirimu? Dan...dia pacarmu? Kkk kalian terlihat sangat bahagia." Ucap pemuda itu lalu segera mencari kartu identitas pemuda tadi.
Bibirnya yang mungil bergerak-gerak lucu membaca alamat pemuda tersebut, "apartemen... Gangnam-Gu distrik...ehm...baiklah.."
"ughh kau berat sekali. apakah ini rumahnya?" tanyanya pada diri sendiri setelah melihat sekeliling ruangan yang didominasi oleh warna putih dengan berbagai perabotan sederhana. Karna punggungnya sudah tidak dapat menahan beban berat ditubuhnya, ia pun segera merebahkan pemuda tadi diatas sebuah sofa sementara dirinya sedang melihat-lihat apakah ini benar rumah pemuda ini atau bukan.
Netra matanya yang berwarna coklat keemasan tidak sengaja melihat sebuah foto cukup besar yang tertempel didinding rumah tersebut. tampak seperti keluarga dengan 2 orang anak, dan wajah anak lelaki itu mirip dengan lelaki yang saat ini sedang terbari tak sadarkan diri diatas sofa.
"ahhh...aku lelah...punggungku sakit..aku tidak mau menggendongnya lagi.."
"hah...apa boleh buat. Sekali ini saja. Ae-yo! Fighting!" ucapnya menyemangati diri sendiri lalu segera menggendong pemuda itu pada punggungnya-lagi-.
Bruk-
"hahh~ akhirnya... aigoo punggungku.."
Setelah merebahkan tubuh pemuda tadi diatas ranjangnya, yang sialnya badannya tidak bisa dibilang kecil, dan sangat berat tersebut, ia segera merilekskan punggungnya yang terasa pegal.
Sejenak netra matanya terpaku pada sosok pemuda tersebut, mengawasinya dengan teliti. Sekarang sudah pukul 2 pagi, dan pemuda yang ada didepannya ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Sebenarnya apa yang terjadi dengan pemuda ini?
Perlahan namun pasti ia mendudukkan dirinya disamping pemuda itu. menyentuh luka-luka dengan darah yang telah mengering itu yang tampak mengerikan dimatanya. Sejenak hatinya terasa sangat pilu melihat pemandangan yang ada didepannya ini. hatinya mendadak sakit. Dan saat ia memejamkan matanya, air mata perlahan meluncur dari dalam kelopak matanya melewati pipinya yang nampah kemerahan lalu jatuh menetes diatas pipi pemuda itu.
Suara kicauan burung menyambut hari baru di pagi hari ini sangat menyenangkan untuk diperdengarkan. Perlahan namun pasti sang surya menampakkan dirinya membawa sinar kehidupan bagi seluruh makhluk hidup yang ada dibumi. Terlihat biasan cahaya matahari yang melewati korden disebuah apartemen membuat pencahayaan didalam ruangan tersebut perlahan terang.
"eungghh~" seorang pemuda tampak sedikit menggerakkan badannya, menghilangkan penat yang ada ditubuhnya yang terasa sangat segar pagi hari ini.
"ahh~ tidurku benar-benar nyenyak.." lalu segera duduk sambil sesekali menguap dan menggaruk kepalanya untuk mengembalikan nyawanya yang sekiranya masih tertinggal dialam mimpi.
"hahh~ benar-benar pagi yang-"
Srek
Perkataannya tiba-tiba terhenti terucap dan pandangannya langsung tertuju pada sesuatu yang bergerak disampingnya. Didalam selimutnya, tertutup seluruhnya. Apa? Disampingnya?! Tapi bukannya selama ini ia tinggal seorang diri di apartemen ini?
Matanya yang bulat menatap dengan pandangan terkejut mengawasi sesuatu yang ada disampingnya itu tanpa bergerak sedikitpun.
"apakah...aku..."
Lalu dengan gerakan pelan sosok tersebut keluar dari dalam selimut dan menampilkan sebuah kepala dengan rambut brunette yang tampak sedikit berantakan, lalu sosok tersebut perlahan duduk namun masih dengan mata yang terpejam.
"hoamm...eumm..."gumamnya dengan menguap kecil lalu sedikit membuka matanya.
"Hyah!"
"Hyahh!"
"Siapa kau?!" pemuda yang sedari tadi mengawasi sosok berambut brunette tersebut segera keluar dari selimutnya dan berdiri dipojok kamarnya dan menunjuk-nunjuk sosok tersebut dengan telunjuknya.
"yak! Kenapa kau sudah berteriak dipagi hari eoh?! Ahhh benar-benar mengagetkanku saja...aigooo..." sosok berambut brunette tersebut segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya mengurangi keterkejutannya.
"kau?! Siapa?! Jawab aku?! Kau-" nafasnya tiba-tiba tercekat. Otaknya tiba-tiba memutar ingatan apa yang telah ia lakukan tadi malam.
"aku mabuk...dan kau...apakah...kau...adalah pelacurku...tadi malam...?" tanyanya dengan pandangan tak percaya menatap sosok tersebut dengan suara yang sangat pelan dan tangannya yang sedikit bergetar.
"APA?! PELACUR KAU BILANG?!" sosok pemuda tersebut tak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran lelaki yang sekarang membeku menatapnya. Pelacur? Apakah ia terlihat semurahan seperti itu? Heol.
Masih menatap sosok pemuda yang ada didepannya, duduk diatas ranjangnya dengan pandangan tak percaya. Bagaimana mungkin ia bisa kelepasan seperti ini? bahkan dalam hidupnya ia tak pernah melakukan sex walaupun dengan pacar-pacarnya sekalipun. Ia sadar sex bebas sangat merugikan, selain itu ia tidak mau menanggung resiko besar. Tapi..ada apa dengan ini? seorang pemuda? Apakah orientasi seksnya sudah berubah karna insiden tadi malam? Ia pun merasa kepalanya mulai berputar-putar.
TBC
So...gimana nih cerita ini menurut kalian? Suka atau kaga?
Itu aku sengaja ngasih nama-nama ala Rusia buat nama lain mereka, karna jujur saja diriku ini sedang terpesona dengan nama ala Rusia.
Cocok ga?
Dilanjutin ga nih?
Jangan lupa Review ya? RnR~
Thanks~
-ExoPlanet-
