Disclaimer: I own nothing but the plot
Notes
By nessh
Harry Potter dan Ron Weasley sedang merasa sangat bosan. Bagaimana tidak? Ini kelas Professor Umbridge. Sejak dia mengajar, kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam tidak lebih baik dari kelas Sejarah Sihir. Cenderung lebih buruk malah. Setidaknya Professor Binns tidak akan menegur siswanya tertidur di kelasnya, sementara Umridge akan langsung memberikan detensi bagi siapapun yang ketahuan tidur.
Harry mengerutkan keningnya dan melihat ke depan, dimana Umbridge sedang menjelaskan tentang teori dari sebuah mantra pertahanan. Teori, bukan praktek. Teori tidak akan membantumu mengalahkan Voldemort!
Demi Merlin, bunuh aku sekarang.
Harry melihat Hermione yang duduk dihadapannya bersama seorang siswi Hufflepuff. Walau Harry tahu Hermione tidak suka dengan Umbridge, Hermione tidak membiarkan perasaan itu menjauhkannya dari nilai O. Dedikasi yang selalu membuat Harry kagum pada sahabat perempuannya itu. Berbeda dengan sahabatnya yang lain yang kini duduk di sampingnya, Ron terlihat sibuk dengan sesuatu yang Harry yakin tidak ada hubungannya dengan kelas hari ini.
Ron menggeser secarik perkamen pada Harry;
Aku bosan. –Ron
Benar kan. Harry menahan diri untuk tidak memutar matanya dan membalas tulisan Ron. Lalu menggesernya kembali pada Ron.
Aku juga. Merlin! Aku lebih baik berada di kelas Binns! –Harry
Kertas tersebut kembali pada Harry dalam beberapa detik;
Um-bitch menyebalkan. Ngomong-ngomong, sudah kencan untuk kunjungan Hogsmaede nanti? –Ron
Harry menulis kembali diatas perkamen tersebut dan menggesernya pada Ron;
Tidak. Aku berniat untuk mengajak seseorang, tapi aku belum mengajaknya. Bagaimana denganmu? –Harry
Ron nyengir;
Aku akan pergi kencan bersama Lavender. –Ron
Harry mengerutkan keningnya lagi;
Lavender? Lavender Brown? –Harry
Ron memutar matanya;
Ada lagi Lavender yang kita kenal? Seingatku hanya ada satu Lavender di Hogwarts. –Ron
Harry bergidig membayangkan Lavender. Anak itu terlalu senang bergosip;
Apa kau serius? Ini LAVENDER BROWN! –Harry
Ron mendengus;
Apa masalahmu dengan Lavender? Aku menyukainya, dia baik. –Ron
Harry menahan diri untuk tidak menghela nafas keras-keras. Tidak, Harry tidak punya masalah dengan Lavender Brown. Tapi, demi merlin, gadis itu sangat berisik dan tidak bisa berhenti bergosip. Dia dan Parvati Patil adalah dua mesin gosip terampuh di Hogwarts. Jika mereka mendengar satu hal di pagi hari, sore harinya semua orang di Hogwarts akan tahu. Namun, sebagai teman yang baik, Harry tidak akan berkata apapun tentang itu pada Ron. Biarlah hal tersebut menjadi masalahnya seorang.
Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut. –Harry
Ron mengerutkan bibirnya dan menjawab;
Dia bukan Cho Chang, tapi dia menyenangkan. –Ron
Harry bergidig membayangkan Cho Chang, mengingat kencannya di hari valentine lalu.
Jangan bahas Cho Chang. –Harry
Ron nyengir,
Ah, kenangan buruk eh Potter? –Ron
Harry memutar matanya,
Diam, Weasley. –Harry
Serius, Harry, kau tidak akan kencan? Kalau kau mau aku bisa minta Lav untuk mencarikan seseorang untukmu. –Ron
Harry bergidig lagi, membayangkan gadis seperti apa yang akan Lavender Brown bawa jika ia menyetujui usul Ron. Seperti Parvati? Atau Su Li? Atau salah satu gadis yang mengekorinya kemanapun ia pergi sambil mengikik? Harry mengenyahkan bayangan tidak mengenakkan dari kepalanya.
Tidak, Ron. Aku akan pergi dengan Hermione saja, trims. –Harry
Satu hal yang Ron tidak pernah mengerti dari Harry adalah dia bisa pergi dengan gadis manapun yang dia inginkan, bahkan Daphne Greengrass, gadis tercantik di Hogwarts. Ya, Ron mengakui dia sangat cantik walau dia seorang Slytherin. Namun Harry tidak pernah terlihat tertarik dengan gadis lain. Kecuali Cho Chang. Gadis yang ia tinggalkan karena Hermione Granger membutuhkannya. Harry meninggalkan Cho untuk Hermione. Bloody hell.
Yang benar saja? Hermione? –Ron
Harry mengerutkan keningnya.
Yeah. Ada masalah dengan itu? Kau cemburu? –Harry
Ron mengernyit.
Apa? TIDAK! Aku pergi bersama Lav! Kenapa aku harus cemburu? Aku tidak menyukai Hermione! Tidak seperti itu! –Ron
Harry sedikit mengerutkan keningnya membaca tulisan Ron yang berantakan dan terkesan terburu-buru.
Jeez Ron, tulisanmu sulit kubaca. Hermione benar, kau harus belajar menulis dengan lebih baik. –Harry
Ron memutar matanya.
Kau bergaul terlalu banyak dengan gadis itu. Kau yakin tidak ada apa-apa antara kau dan Hermione? –Ron
Harry mengangkat alisnya. Dia mendengar pertanyaan itu dari banyak orang tapi tidak pernah dari Ron. Jadi dia sedikit terkejut melihat Ron menanyakan hal tersebut padanya.
Tidak. Dan kau tahu itu. Sekali lagi, kau cemburu? –Harry.
Kertas itu kembali pada Harry tidak sampai 30 detik kemudian.
Demi pantat Merlin! Tidak! TIDAK! Ew! –Ron
Harry menoleh pada Ron, mengangkat alisnya. Mulutnya bergerak tanpa suara seakan berkata, 'yang benar? Aku tidak percaya padamu'. Itu membuat Ron mengambil kertas tadi dari tangan Harry dan kembali menulis.
Ya, aku tidak cemburu. Hermione sudah seperti saudara perempuan yang cerewet untukku. Sekarang, kembali ke topik. Kau yakin tidak ingin pergi dengan orang lain selain Hermione? Maksudku, ini Hermione. –Ron
Ya, aku tahu. Ini Hermione. Jadi kenapa? Ada yang salah? –Harry
Ron tergoda ingin menampar kepala Harry.
Tidak ada yang salah. Tapi apa kau tidak mau pergi dengan seseorang yang, aku tidak tahu, cantik? –Ron
Sekarang Harry bingung. Apa Ron tidak melihat apa yang ada di hadapan mereka?
Apa maksudmu? Hermione gadis yang cantik. –Harry
Dagu Ron jatuh berguling-guling di lantai. Apa Harry benar-benar berpikir seperti itu? Karena Ron tidak pernah berpikir seperti itu. Ya, dia terlihat cantik di Yule Ball, tapi setelah itu dia hanya Hermione. Hermione yang biasa.
Err, mate, kau serius? –Ron
Tidak. Aku Harry. Bukan Sirius. –Harry
Urrrhh, ayolah mate! –Ron
Tentu aku serius! Kau tidak melihatnya? Rambutnya sempurna, matanya indah sekali dan senyumnya cerah seperti cahaya matahari. Dia cantik. –Harry
Ron mengambil kertas itu dari Harry ketika di saat yang bersamaan, dua jendela terbuka. Ternyata Umbridge merasa kelas ini membutuhkan udara segar musim semi dan karena dia menyukai musim semi. Angin yang bertiup membuat Ron kehilangan kertas yang tadi dipegangnya, hingga jatuh ke samping kursi di depannya. Kursi Hermione.
Ron panik, dia menyikut-nyikut Harry sambil menunjuk kertas yang kini terbaring manis di dekat kursi Hermione. Harry, terlihat bingung sejenak, melihat kearah yang ditunjuk Ron. Matanya melebar melihat secarik kertas yang dia pakai bersama Ron untuk bertukar pikiran. Harry merogoh-rogoh jubahnya, mencari untuk tongkat sihirnya karena jarak antara mejanya dan Hermione cukup jauh dan akan menimbulkan pertanyaan dari Umbridge jika Harry bangkit dari kursi untuk mengambil kertas itu.
Harry mendengar Ron menahan nafas dan ia berhenti mencari tongkat sihirnya. Dia melihat Hermione membungkukkan badannya dan mengambil kertas itu dari samping kursinya. Harry menelan ludah.
Habis aku.
Tidak lama kemudian, Hermione mengoper kertas itu kembali keatas meja Harry dan Ron tanpa menoleh. Harry dan Ron buru-buru mengambil kertas itu, mereka melihat ukiran tulisan Hermione di bagian paling bawah kertas itu.
Terima kasih Harry, aku pikir kau juga tampan. Dan ya, aku mau pergi ke Hogsmaede denganmu akhir pekan ini. –Hermione
