Disclaimer: I do not own Inuyasha!

Taisho no miko's note: This is a gift fic for the b'day girl, Emma Griselda, may you get everything you wish with every passing year.


Petang tergantikan oleh senja, angin berhembus cukup kencang untuk meniup deretan pepohonan, menghasilkan nada gemerisik yang acak saat daun-daun saling bersentuhan, mempermainkan hamparan rerumputan, dan meninggalkan garis-garis riak di sebuah kolam yang menampilkan refleksi sesosok miko yang sedang terlibat pertikaian di halaman belakang sebuah rumah mewah di salah satu sudut kota Tokyo.

Kedua lengannya sudah sejajar dengan bahu, target yang didominasi warna putih yang berjarak seratus meter telah ditetapkan. Anak panah siap dilesatkan, dan busur telah terentang. Kedua alisnya bertautan, tekad tergambar jelas di kedua manik biru kelabunya. Agar bidikannya akurat, Kagome berusaha keras mengatur napasnya setenang mungkin. Mengabaikan empat tahun yang ia lewati tanpa latihan, Kagome tetap optimis. Meski tidak yakin dapat mengalahkan, tapi ia percaya bahwa ia dapat melumpuhkan lawannya kali ini. Lagipula, ia telah melawan ratusan mononoke, puluhan youkai kuat, bahkan hanyou laba-laba kejam pemilik shikon no tama pun pernah dihadapinya tanpa gentar. Dan musuhnya kali ini pun tak ada beda dengan semua lawan yang telah ia hadapi, ya kan?

Seharusnya seperti itu, tapi nyatanya tidak. Relung hatinya dipenuhi oleh keraguan, nyalinya ciut, mentalnya mengerut, karena yang ini berbeda, taruhannya kali ini lebih besar dari nyawa.

Salah satu alis Kagome berkedut karena jengah saat melihat Sesshoumaru yang menjadi sasaran dari ujung anak panahnya berdiri dengan posisi tegak namun santai.

Gadis berumur sembilan belas tahun itu mendengus, satu tarikan napas terakhir, dan sebuah anak panah berlapis reiki meluncur dengan cepat, membelah udara dengan warna merah muda pucat. Hati Kagome boleh saja berharap, tapi fakta tak sependapat. Anak panahnya melengos jauh dari sang inu youkai.

Kagome mendecak jengkel.

"Satu," kata Sesshoumaru dengan datar.

Bibir si sulung Higurashi mengerucut sesaat. "Kau sedang beruntung."

Pria itu berkata lagi, "Kau butuh banyak latihan."

Menahan agar kata-kata cercaan tidak terlontar, gadis itu menggigit bagian dalam pipinya. Mengumpat Dai youkai seperti Sesshoumaru dengan kata 'bodoh' berkali-kali tak akan membuat konsentrasinya berada di titik tertinggi. Dengan rahang yang terkatup rapat, Kagome berucap dengan penuh percaya diri, "Keberuntungan tidak akan berpihak padamu untuk yang kedua nanti."

Tanpa mengucapkan terima kasih, Kagome menerima satu anak panah lagi dari mahluk hijau kerdil menyebalkan yang pertama kali ia temui lima ratus lima tahun yang lalu. Setelah anak panah yang kedua telah siap di tempatnya, ia berkata lantang, "Bersiaplah!"

'Setidaknya hancurkan armor-nya seperti dulu, dengan begitu ia akan menarik ucapannya.'

Panah kedua telah terlepas.

'Ayolah!'

Kekuatan reiki yang lebih kuat dari sebelumnya membuat helaian rambut Sesshoumaru berkibar kala anak panah kedua hanya berjarak satu inchi di atas mokomoko yang melingkar di bahu kanannya. "Lebih baik kau mulai melucuti satu-persatu pakaianmu, Miko."

Kagome menggeram, secara kasar ia menyambar satu panah lagi dari Jaken. Dengan cepat ia memasang, mengunci target, lalu melepaskan serangan.

Bidikannya kali ini sempurna. Panah berlapis reiki itu meluncur tepat sasaran, kekuatan spiritual Kagome pun turut andil dalam membawa arah panah itu langsung menuju target. Bahkan untuk Dai youkai seperti Sesshoumaru, ia takkan memiliki waktu untuk menghindar. Jika itu yang terjadi, sudah dapat dipastikan, efek kerusakan yang terjadi akan sangat sangat buruk.

Dan, hasilnya membuat Kagome terbelalak.

~To Be Continued~