Matahari dengan sinar pagi yang memanjakan suasana hati tiap orang.

Angin sejuk yang juga mendukung suasana pagi ini.

Para pejalan kaki yang sibuk dengan urusannya.

Begitu juga salah satu sekolah yang mulai ramai.

Terlihat dua gender yang sama dengan sifat yang berbeda.

Si pirang jabrik yang paling sedih tapi sok periang dan si raven yang paling pendiam cuek tapi benar-benar peduli.

Sasuke si cuek menatap Naruto si pirang yang berjalan ke bangku kosong di sebelahnya, dengan wajah super ceria.

Ia menyapa semua teman yang dilaluinya, dengan penuh senyum.

Tapi, ketika Sasuke memandang ke kedalaman mata anak itu, ia melihat sebuah kesedihan.

Sasuke menghela nafas.

Anak ini terlalu memaksakan diri.

Lagi, Sasuke menatap Naruto dari kejauhan, ketika sedang berkenalan dengan teman-teman lain di kantin, dengan penuh senyum.

Tapi, kilat sedih itu masih ada.

Sasuke menggeleng pelan.

Ada apa dengan anak itu?

Mengapa ia berusaha untuk tampil ceria, meskipun hatinya bersedih?

Tidak pernahkah ia berusaha untuk menceritakan masalahnya pada orang lain?

Sasuke menghela, lagi.

Ada sesuatu yang dinamakan teman di dunia ini, Naruto.

Di suatu sore.

Sasuke mengeluarkan kepalanya sedikit keluar jendela kelas dan memandang kantin.

Ia bosan, kenapa bimbingan belajar kali ini terasa lama sekali.

Apa ya.

Ia mengernyit sedikit.

Ah..

Tak tampak terlihat si-rambut-kuning-mencolok itu.

Tak seperti biasanya ia tidak berkumpul dengan teman-temannya, memasang senyum palsu itu.

Ia butuh refreshing.

Meminta izin pada guru beralasan ingin mencuci muka.

Kemudian, Sasuke pun beranjak keluar menuju kolam ikan yang terletak di sudut belakang sekolah.

Ia terkesiap.

Suara tangisan menyayat, penuh emosi tetapi berusaha ditahan sekuat tenaga, Naruto.

Ia menutup matanya sesaat, lalu membukanya lagi.

Lalu, dengan langkah perlahan, ia mendekati Naruto.

Mendengar langkah kaki, Naruto berbalik dengan cepat.

Melihat siapa di belakangnya terperanjat, lalu menghapus air matanya dengan cepat dan memasang senyum palsu itu.

Sasuke mendengus.

"Cry can make you comfort, you know…" Naruto tersentak.

"A-aku tidak mengerti maksudmu." Jawabnya terbata, sembari menundukkan kepalanya.

Sasuke menghela napas, lagi.

Lalu menarik kerah seragam Naruto, memaksanya beradu pandang dengannya.

"Teman," Ujar Sasuke pelan.

"Bukanlah orang yang memaksamu tersenyum, apalagi pada saat kau sedih. Teman adalah orang yang mengerti kamu, bahkan tanpa kau menjelaskan. Teman adalah orang yang menghargai keputusanmu, tidak pernah memaksamu. Jadi, jangan paksakan dirimu."

Sambung Sasuke dan kemudian melepaskan pegangannya dari kerah Naruto.

Naruto menunduk dalam-dalam.

Setetes air mata keluar, susul menyusul semakin cepat.

Naruto, merasakan beban dihatinya sedikit demi sedikit menghilang, setelah ia punya seseorang yang bisa dijadikan pegangan.

Sasuke tersenyum lega.

Naruto mulai mengerti dan itu cukup untuknya.

Keesokannya dan seterusnya terlihat Naruto yang selalu bersama Sasuke.

Tidak dengan senyum terpaksa melainkan Naruto tampil dengan senyum lima jarinya yang tulus tak ada paksaan dan berbanding terbalik dengan Sasuke yang tetap dengan sikapnya dahulu dari kecil yang tak pernah berubah.

YANG PERLU KAU KETAHUI HANYA "DUA LEBIH BAIK DARI PADA SATU"

YANG PERLU KAU PELAJARI HANYA "BERDUA LEBIH BAIK DARI PADA SENDIRI"