Tittle : Angel and Demon Love Story
Cast: HANCHUL dan JONGKI COUPLE!
Author: Kim Chi Hee
Genre: Fantasy (yang ane tahu cuman ini) #dicekek, MPREG, YAOI
Length: 3 Pecahan #PRANGG
Kyakkkkk~ jadi juga project pertama Hanchul dan Jongki yang ane bikin jadi satu, mudah-mudahan bisa ada project-project lainnya. Buahahhahahaha~ FF ini spesial ane persembahkan pada author Jung aka. Jung Ok Ja (Author khusus couple FTI menurut ane kyahahahahahah) karena telah mengijinkanku membuat FF konyol ini, sssttttt dia salah satu author panutan ane lohhhhh, yang kedua untuk unnie Choco aka Chocoball Sunhi Haehyuk yang udah ngasih ide ini dari kapan tahu. Saranghae unnie! Dan FF ini dipersembahkan untuk semua Hanchul defender dan Jongki shipper.
Warning: FF ini sungguh LEBAY luar bianasa, buakakakakaa~ diharapkan untuk menyiapkan kantong plastik atau wajah orang yang paling dibenci untuk menampung muntah kalian. Dan di FF ini juga banyak TYPO yang berserakan, ampuni saya yang mata udah 4 tapi masih banyak kesalahan *bow*
Selamat menikmati, this is it!
.
.
.
Apa yang terjadi jika seorang iblis dan malaikat jatuh cinta?
PRANGG
Terdengar bunyi pecahan kaca yang begitu kencang. Seorang laki-laki manis yang berdiri di depan kaca tersebut tersenyum getir, menahan perasaan sakit di hatinya. Darah yang menetes dari sela-sela jarinya dihiraukannya. Menurutnya sakit dihatinya jauh lebih sakit ketimbang rasa sakit di tangannya.
Air mata mulai jatuh menetes dari mata besar dan indahnya. Menetes jatuh satu persatu. Ia menangis dalam diam, tidak ada satu suara pun yang keluar dari bibir mungilnya. Bahkan hanya sebuah isakan pun tidak keluar.
Laki-laki itu mencoba menghapus air matanya menggunakan tangan kanannya yang terluka dan masih dipenuhi dengan darah hingga darahnya sendiri mengotori wajahnya. Setelah yakin air matanya sendiri sudah hilang dan digantikan oleh noda darahnya sendiri laki-laki itu beranjak dari tempatnya meninggalkan sebuah kaca besar yang sudah pecah berantakan bersama dengan pecahan-pecahan kaca yang berserakan di dekat kakinya, bahkan beberapa pecahan kaca masih tertinggal bekas darahnya.
Sayap bulu putih nan bersih terbentang dari punggungnya. Laki-laki itu melihat sekilas ke arah punggungnya. Tersenyum miris saat melihat sayap indah di punggungnya sendiri. Laki-laki itu membungkuk untuk mengambil sebuah pecaha kaca yang cukup besar. Ia melihat sekilas ke arah pecahan kaca itu, menggenggam erat potongan itu hingga tangannya ikut terluka dan mengeluarkan darah. Setelah menguatkan hatinya laki-laki itu mengarahkan potongan kaca itu ke punggungnya –tepat ke arah dimana sayapnya muncul.
Perlahan namun pasti laki-laki itu menggoreskan potongan kaca itu, berharap hal itu bisa memutuskan sayap itu dari punggungnya. Laki-laki itu meringis menahan sakit di punggungnya. Namun hal itu ia lupakan mengingat sakit di hatinya lebih teramat sakit dibanding sakit yang ada di punggungnya saat ini.
BRAKK
Tiba-tiba pintu yang tepat di belakangnya terbuka dan nampaklah seorang laki-laki lain –yang memiliki sayap bulu putih juga, laki-laki yang lebih manis dan cantik. Ia menghentikan gerakan mengiris di punggungnya. Ia menoleh ke arah pintu, matanya melebar seketika setelah melihat siapa yang kini berada di belakanya.
"Heechul hyung?" Lirihnya.
Laki-laki itu berjalan dengan anggun mendekati dirinya. Dengan gerakan cepat laki-laki memeluk dirinya dan entah sejak kapan laki-laki itu sudah membuang pecahan kaca yang berada di tangannya. "Aku tahu kau sakit, hatimu sakit, tapi bisakah kau tidak bertindak hal bodoh, Hongki?" Seru laki-laki itu.
"Heechul hyung…" Lirih Hongki. ia tidak tahu harus berbicara apa. Sepertinya otak dan pikirannya sudah tersugesti perasaannya sendiri hingga ia bingung harus menjawab apa.
Heechul –laki-laki cantik bersayap indah disana selain Hongki- makin mengeratkan pelukannya pada Hongki. Ia makin membenamkan kepala Hongki ke dadanya, dagunya menumpu di kepala Hongki, sesekali mencium pucuk kepala Hongki –laki-laki yang sangat disayangi dan sudah dianggap adiknya sendiri.
"Kau bodoh Hongki, sangat bodoh." Lirih Heechul.
Hongki terus saja terdiam. Namun perlahan air mata mulai menetes lagi dari mata indahnya. Kali ini bibirnya bergetar gelisah, tangannya meraih pinggang Heechul, hanya untuk sekedar mencari tumpuan. Tangannya meremas baju putih yang dipakai Heechul, meninggalkan noda darah dari tangannya.
"Aku sakit hyung, hatiku sakit sekali." Akhirnya, akhirnya tangisan Hongki pecah. Hongki menangis sejadi-jadinya dipelukan Heechul. Tubuhnya bergetar hebat dalam dekapan Heechul. Ia menangis meraung-raung dan sesekali menjerit sambil meremas baju Heechul.
Heechul merasakan sakit dihatinya melihat Hongki begitu terpuruk seperti ini. Heechul mengusap-usap lembut kepala Hongki, terus turun ke leher hingga berhenti di punggung Hongki, Heechul mengelus sayap bulu putih di punggung Hongki yang terluka dan mengeluarkan sedikit darah. Ia mengelusnya perlahan, berharap rasa sakit di punggung Hongki menghilang –atau mungkin rasa sakit di hati Hongki juga ikut menghilang.
"Apakah rasanya sesakit itu Hongki? apakah sakit sekali sampai-sampai kau ingin memutuskan sayap indahmu ini?" Heechul mengusap pelan bulu-bulu yang tumbuh di sayap Hongki.
Tangisan Hongki perlahan terhenti, menyisakan isakan kecil yang terus meluncur keluar dari bibir mungil Hongki. Hongki mendesah pelan –berusaha menata hatinya. "Rasanya sangat sakit hyung, sakit sekali. Aku ingin mati saja." Lirihnya.
Heechul tertegun mendengar ucapan Hongki. Memori yang ingin dikuburnya kini muncul kembali. bibirnya bergetar, matanya memanas seperti ada sebuah desakan yang tengah mendorong air matanya untuk keluar dari mata indahnya. Heechul menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menghentikan air mata yang berusaha untuk keluar dari matanya. Namun sayang, ternyata ada setitik air mata yang akhirnya lolos keluar juga. Titik demi titik air mata itu akhirnya keluar dari kedua mata Heechul. Heechul menutup matanya frustasi –membiarkan air mata itu akhirnya jatuh juga.
Hongki yang merasakan ada titik-titik air yang terjatuh ke atas kepalanya mendongak. Matanya terbelalak kaget melihat hyung tercintanya terpejam, lelehan air matanya deras turun di kedua pipi mulusnya. "Hyung~" Lirih Hongki. Tangannya terangkat menyentuh pipi halus Heechul –berusaha untuk menghapus air mata yang terus meluncur jatuh di sana.
"Hyung, maafkan aku hyung, maafkan aku." Seru Hongki sambil terus membersihkan wajah Heechul dari air matanya sendiri.
Heechul membuka matanya, menatap sayu ke arah Hongki. Ia mencium kening Hongki sekilas dan akhirnya melepaskan pelukannya dari Hongki. Ia meletakan kedua tangannya di pundak Hongki, meremasnya sedikit –mencari penyaluran rasa sakit dihatinya yang terbuka kembali.
"Hongki, dengarkan aku. Aku pernah mengalami hal yang sama sepertimu. Aku bahkan pernah mencoba untuk bunuh diri. Kau tahu itu kan?"
Hongki mengangguk kecil. Tangannya meraih tangan Heechul yang berada di pundaknya, membawa tangan itu turun lalu menggenggamnya erat, meremasnya perlahan. "Hyung aku tahu itu, aku tahu, maafkan aku karena telah mengingatkanmu padanya." Hongki tertunduk sedih genggamannya di tangan Heechul terlepas, hanya untuk berusaha mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh dari mata indahnya.
"Maka dari itu kau jangan bertindak bodoh, kau tidak mau bukan hal yang pernah menimpa diriku terjadi kepadamu. Jujur saja, aku tidak mau kau memikul derita seperti yang kualami sekarang." Heechul meraih tengan Hongki lalu menariknya keluar menjauhi tempat itu.
Hongki menatap Heechul bingung, namun dirinya tidak berani untuk protes. Ia pun hanya menurut saat Heechul membawa pergi dirinya entah kemana. Ia hanya menggenggam erat tangan Heehul. Heechul tersentak kaget saat merasakan Hongki membalas genggaman di tangannya, ia melihat Hongki sekilas, senyum tipis terukir manis di bibirnya.
"***"
Heechul terus membawa Hongki menyusuri lorong-lorong yang semuanya putih bersih, tidak ada warna lain selain putih yang menghiasi tempat itu. Tempat para malaikat yang putih dan bersih. Heechul berbelok ke kanan dan akhirnya mereka berdua keluar. Tersaji pemandangan yang indah dengan hamparan bunga-bunga dan bukit-bukit yang berjejer indah dari kejauhan.
Heechul terus membawa Hongki menuju sebuah pohon beringin besar yang dibawahnya terdapat sebuah kursi taman dari emas dan berukirkan berlian-berlian berwarna-warni di atasnya. Di sana ternyata telah menunggu seorang anak laki-laki kecil dengan sayap berwarna abu-abu pekat yang terbuka indah di punggungnya.
"Hanchul sayang~" Panggil Heechul saat mereka berdua tengah sampai di depan anak itu.
Anak laki-laki itu tersenyum senang saat melihat Heechul. Anak itu melompat turun dari kursi itu dan langsung menerjang untuk memeluk kaki Heechul. "Ibu!" Teriak anak laki-laki itu girang.
Heechul berjongkok menyamakan tingginya pada anak laki-laki itu. Heechul tersenyum sambil mengusap-usap kepala anak laki-laki itu. "Apakah kau lama menungguku, Hanchul?"
Anak laki-laki itu menggeleng imut. "Walaupun Ibu lama, tapi aku yakin Ibu akan datang." Jawab anak laki-laki itu.
Heechul tersenyum lalu memeluk anak laki-laki itu erat. "Anak pintar." Setelah beberapa saat Heechul melepaskan pelukannya. Ia menatap Hongki dan meraih tangan Hongki –menariknya untuk ikut berjongkok. "Kau tahu siapa paman ini?" Tanya Heechul pada anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu menggeleng pelan. Heechul tersenyum melihat kepolosan anak laki-laki itu. "Paman ini namanya paman Hongki. Ayo beri hormat pada paman Hongki." Titah Heechul.
Anak laki-laki itu mengangguk. Ia membungkukan kepalanya sedikit –memberi hormat pada Hongki. Hongki tersenyum melihat tingkah anak laki-laki itu. tangannya terangkat untuk menyentuh kepala anak laki-laki itu. Lagi-lagi Hongki tersenyum sambil mengelus-elus sayang rambut anak laki-laki itu.
"Kau tahu Hongki, dia adalah Hanchul. Anakku. Anakku bersama dengannya." Seru Heechul sambil mengusap-usap pelan pipi gembil Hanchul.
Hongki tersenyum kecil. "Anak laki-laki yang cantik sekaligus tampan. Sudah kuduga, matanya mirip sekali dengan matamu tapi hidung dan bibirnya mirip dengan Hangeng." Hongki memelankan suaranya saat ia memanggil nama yang sangat ingin Heechul lupakan.
Heechul tertunduk sedih saat mendengar lagi nama yang sangat ingin ia lupakan. "Iya, anakku dengannya, dengan Hangeng." Air mata lagi-lagi menetes keluar dari matanya.
Hanchul yang melihat tetesan air mata keluar dan membasahi pipi Heechul mengangkat tangannya –mencoba menyentuh pipi ibunya. Tangan kecilnya mengusap lembut pipi Heechul. "Ibu, kenapa kau menangis?" Tanya Hanchul bingung.
"Mata Ibu kemasukan debu." Heechul berkilah.
"Begitukah?" Hanchul mendekatkan wajahnya ke wajah Heechul, mengecup mata Heechul pelan. "Pasti sakit, tapi setelah kuberi ciuman sakit itu hilang." Seru anak itu riang.
"Anak ini mirip sekali denganmu hyung." Seru Hongki. Hongki bangkit dari jongkoknya lalu setelahnya mengangkat tubuh mungil Hanchul ke dalam gendongannya. Hongki berjalan menuju kursi lalu duduk di atasnya. Heechul mengikuti tiap gerakan Hongki dengan matanya, akhirnya ia juga mengikuti Hongki untuk duduk di kursi –tepat disebelah Hongki.
Hanchul duduk di atas pangkuan Hongki sambil menghadap ke arahnya. "Namamu Hanchul bukan anak manis?"
Hanchul mengangguk-angguk. Tanpa disadari oleh Hongki, anak kecil dipangkuannya itu memeluk leher Hongki erat. Sangat erat hingga Hongki sendiri mulai kesulitan bernapas. "Hei ada apa?" Tanya Hongki lembut sambil berusaha melepaskan tangan-tangan mungil Hanchul dari lehernya.
Hanchul tersenyum senang. Ia belum menjawab pertanyaan Hongki. Hongki yang bingung menatap Heechul, Heechul pun ternyata tidak tahu apa maksud dari tingkah Hanchul. Heechul menggendikan bahunya pelan. Akhirnya pandangan Hongki kembali pada anak laki-laki di pangkuannya.
Hanchul tersenyum senang. Ia berniat untuk turun dari pangkuan Hongki. Hongki yang melihat Hanchul kesusahan untuk turun akhirnya menolongnya. Hongki mengangkat tubuh mungil Hanchul dan akhirnya menurunkannya dari pangkuannya.
Hanchul mengibaskan sayap abu-abu pekat miliknya sebentar saat kakinya sudah menyentuh tanah. Ia berusaha melebarkan kaki Hongki. Hongki yang bingung menurut saja. Setelah kaki Hongki terbuka lebar, Hanchul pun berdiri tepat di tengah-tengah kaki Hongki. Hanchul tersenyum riang sambil mengusap pelan perut rata Hongki. Hongki yang bingung atas tingkah anak laki-laki di depannya hanya ikut tersenyum.
Heechul pun akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah belakang Hanchul, dirinya berjongkok menyamakan tingginya dengan anak semata wayangnya. "Ada apa Hanchul?" Tanya Heechul lembut sambil menggenggam tangan anaknya yang masih setia menyentuh dan mengusap-usap perut rata Hongki.
"Ibu! Dari sini akan lahi adik bayi." Seru Hanchul riang. Ia pun lalu mendekatkan telinganya hingga menempel di perut Hongki.
Heechul tersentak kaget tidak percaya mendengar ucapan Hanchul, begitu pun Hongki. "Apa kau yakin Hanchul?" Tanya Heechul kaget.
Hanchul menoleh ke arah Heechul, lalu ia pun mengangguk semangat. "Benar! Tadi aku baru saja bicara dengan adik bayi." Seru Hanchul sambil kembali mengelus-elus perut Hongki.
Hongki menganga lebar mendengar penuturan anak kecil di depannya. Tak terasa tangannya bergerak sendiri menyentuh perutnya. "Apakah itu benar Hanchul?" Tanya Hongki lirih.
Hanchul mendongak –untuk melihat Hongki. "Benar itu paman! Sebentar lagi Hanchul akan punya teman bermain, dia laki-laki paman." Seru Hanchul, Ia kembali terfokus pada perut Hongki.
Bibir Hongki bergetar menahan tangis. Air mata mulai menetes kembali dari matanya. "Benarkah itu hyung? Apakah itu benar?" Seru Hongki sambil berusaha menahan tangisnya.
Heechul menatap Hongki, Ia bangkit berdiri dan kembali duduk di sebelah Hongki. ia pun menarik tubuh Hongki untuk kembali masuk ke dalam pelukannya. "Anakku tidak pernah salah Hongki." Lirih Heechul.
"Hyung, bagaimana ini? Bagaimana ini hyung?" Hongki menggigit bibir bawahnya.
"Kita besarkan anakmu bersama, Hanchul kan jadinya akan punya teman bermain bukan?" Seru Heechul mencoba menghilangkan kegundahan di hati Hongki. Hongki mengangguk –mencoba mempercayai ucapan Heechul.
"***"
Antara iblis dan malaikat, dua makhluk bawah dan atas sudah ada perjanjian diantara mereka. Perjanjian yang harus dituruti oleh mereka. Mereka tidak boleh mencintai. Beruntung bagi para malaikat bila melanggar perjanjian itu hanya akan diasingkan, berbeda bagi para iblis, para iblis yang melanggar perjanjian maka ia harus dimusnahkan.
"Hyung," Hongki menggigit bibir bawahnya takut, takut jika pertanyaannya membuat hyung-nya itu kembali bersedih. Ia mengusap-usap pelan perut buncitnya. Sudah hampir sembilan bulan. Sebentar lagi akan hadir buah cintanya dengan dirinya, iblis. Iblis Choi Jonghun.
Heechul yang tengah menyuapi Hanchul menghentikan kegiatannya saat melihat Hongki yang duduk tak jauh dari tempatnya bergerak-gerak gelisah. "Ada apa?" Tanya Heechul lembut. "Apakah perutmu berkontraksi?" Tanya Heechul.
Hongki menggeleng pelan. "Aku, aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu." Seru Hongki pelan.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Heechul bangkit dari duduknya dan duduk di sebelah Hongki yang tengah duduk di atas ranjang empuk miliknya diikuti oleh Hanchul di belakanngnya. Mereka tertawa kecil saat melihat Hanchul kecil yang kesulitan menaiki ranjang Hongki.
"Aku ingin bertanya, apa…" Hongki berhenti sebentar –mencoba untuk menguatkan hatinya. Ia menarik napas panjang. "Apa yang terjadi pada iblis yang melanggar perjanjian?" Tanya Hongki.
Heechul tercekat mendengar pertanyaan Hongki. Wajahnya berubah mendung, tak sanggup menutupi perasaannya. Heechul memalingkan wajahnya ke arah lain, mencoba menghindari tatapan menyelidik dari Hongki.
"Hyung, jawab aku, aku ingin tahu apa yang terjadi pada Hangeng hyung dan juga Jonghun saat mereka tertangkap melanggar perjanjian?" Tanya Hongki bingung. Bingung melihat perubahan sikap dari Heechul.
Akhirnya Heechul memalingkan kembali wajahnya ke arah Hongki. "Kau tidak tahu?" Tanya Heechul. Hongki menggeleng lemah.
"Aku tidak tahu hyung, aku tidak tahu apa-apa. Jonghun hanya meninggalkanku begitu saja saat kami tertangkap, itulah yang membuatku frustasi dan mencoba…. Bunuh diri." Hongki memelankan suaranya saat mencapai kalimat akhir.
"Yakin kau benar-benar tidak tahu apa-apa?" Tanya Heechul meyakinkan.
Hongki menggeleng sekali lagi. "Aku benar-benar tidak tahu apa-apa."
"Jadi Jonghun belum menyampaikannya padamu?" Heechul terdiam sebentar. Akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju sebuah meja kecil dengan dua laci di bawahnya. Hongki mengikuti tiap langkah Heechul dengan matanya.
Heechul membuka sebuah laci dan mengeluarkan kotak kulit putih dari sana. Setelahnya, ia kembali menuju ranjang Hongki dan duduk kembali di samping Hongki. heechul memberikan kotak kulit itu kepada Hongki.
Hongki menerima kotak itu dengan wajah bingung. "Apa ini?"
"Bukalah, isi dalam kotak itu akan menjawab semua pertanyaanmu." Heechul memanggil Hanchul dan menyuruhnya untuk duduk di atas pangkuannya.
Hongki membuka kotak itu dengan perasaan tak menentu. Setelah kotak terbuka, tampaklah sebuah kertas putih dengan tulisan tangan sebagai isinya. Hongki menatap Heechul bingung sambil menunjukan kertas tersebut ke arah Heechul.
Heechul mengangguk. "Ya, bacalah isi surat itu."
Untuk Hongki.
Hongki, maafkan aku karena telah meninggalkanmu begitu saja. Maafkan aku sayang. Aku tidak berani berterus terang kepadamu. Maafkan aku.
Setitik air mata terjatuh dari mata Hongki dan membasahi kertas itu.
Hongki, aku yakin Heechul hyung akan menyerahkan surat ini kepadamu cepat atau lambat. Hongki, akhirnya kau bisa membaca surat ini juga. Hongki, maafkan aku yang telah tega meninggalkanmu di saat yang sulit.
Tak tahukah sayang perjanjian sialan itu telah memisahkan kita. Tapi walaupun kita berpisah, hatiku tetap bersamamu. Bagaimana keadaanmu Hongki? apa kau baik-baik saja? Ah, aku merindukanmu Hongki. kenapa kau tidak jawab pertanyaanku? Apa kau baik-baik saja? Pasti ada Heechul hyung disampingmu kan?
Hongki tersenyum. "Aku baik-baik saja Jonghunnie, aku tengah mengandung anakmu sekarang. Ya benar, Heechul ada di sampingku." Lirih Hongki sambil mengelus-elus perut besarnya.
Baguslah kalau kau tidak apa-apa dan baik-baik saja. Aku senang. Hongki, aku yakin saat kau membaca surat ini aku…..
Ah, bagaimana aku harus mengatakannya? Aku tidak sanggup mengatakannya padamu Hongki.
Hongki kau tahu? Di dunia bawah menetapkan sebuah hukuman jika melanggar perjanjian itu. saat kau membaca surat ini aku yakin aku sudah menjalani hukumanku itu.
Hukamannya adalah, hukuman dibinasakan.
Hongki menutup mulutnya sendiri saat membaca tulisan Jonghun. Air mata makin banyak mengalir di pipi mulusnya. Hongki mulai menangis histeris. Tapi dengan sekuat tenaga ia terus berusaha membaca isi surat itu hingga selesai.
Aku yakin saat kau membaca surat ini aku sudah tidak ada lagi. Hongki kumohon jangan menangis. Aku sangat sedih melihatmu menangis. Kau harus kuat Hongki. Maaf aku tidak bisa menemanimu hingga akhir. Maafkan aku Hongki. Aku mencintaimu. Semoga kau bahagia Hongki.
Kertas itu terlepas begitu saja dari genggaman Hongki. Hongki memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Sakit sekali sampai untuk bernapas saja Hongki terasa sulit. Air mata terus-terusan terjatuh dan mengalir dari mata indahnya.
Heechul yang melihat Hongki menurunkan Hanchul yang ternyata sudah tertidur pulas di atas pangkuannya. Heechul merbahkan tubuh mungil Hanchul di samping setelahnya meraih tubuh Honhki yang sebentar lagi tampak akan terjatuh kedepan.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Heechul khawatir.
Hongki tidak menjawab. Ia menghapus kasar air mata yang terus menerus turun dari matanya. "Seperti biasa, kau selalu irit bicara Jonghunnie. Seperti biasa." Hongki tersenyum tipis dalam tangisnya.
"Hongki~" Panggil Heechul pelan.
Hongki berusaha tersenyum lebih lebar. "Jonghunnie, kenapa kau tidak bilang dari awal Hah?" Teriak Hongki. "Dengan begitu aku bisa menyusulmu lebih awal."
Heechul berusaha untuk menenangkan Hongki dengan cara mengusap-usap punggung Hongki.
"KENAPA KAU TEGA JONGHUN!" Teriak Hongki lagi. Hongki mencoba berdiri saat sebelumnya ia mengenyahkan tangan Heechul yang berada di pundaknya. hongki berjalan menuju pintu. Heechul yang melihatnya buru-buru mengejar Hongki.
"Lepaskan aku hyung! Lepaskan! Ahhhh sakit!" Ringis Hongki. Hongki hampir saja terjatuh, untung saja Heechul buru-buru menangkap tubuh Hongki.
Hongki terus meringis sambil memegangi perutnya. "Ini sakit sekali hyung, sakit sekali." Gelap. Semuanya gelap bagi Hongki. Tanpa menunggu waktu tubuh Hongki mulai melemah dan merosot jatuh.
"***"
"Kau sudah sadar Hongki?" Tanya Heechul sambil terus memegangi lengan Hongki.
Hongki mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Menyesuaikan pandangannya pada cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam penglihatannya. Setelah bisa menyesuaikan diri dengan cahaya pandangan Hongki ke arah Heechul yang tengah tersenyum untuknya. Bibir Hongki berusaha untuk tersenyum.
"Aku sudah sadar hyung." Hongki lagi-lagi tersenyum tipis.
"Kau mau melihat anakmu?" Tanya Heechul sambil mengelus-elus pelan rambut Hongki.
"Anak?" Tanya Hongki bingung.
Heechul tersenyum dan mengangguk. "Anakmu. Anakmu dengan Choi Jonghun."
Mata Hongki melebar seketika. Pandangannya teralih pada perutnya. Kini perutnya sudah rata seperti sedia kala, seperti sembilan bulan yang lalu. Senyum bahagia terukir di bibirnya, kini matanya teralih kembali ke arah Heechul. Sinar mata bahagia dan tangisan haru terpancar begitu saja di mata Hongki, bibirnya bergerak-gerak ingin menyampaikan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu itu apa.
Setitik air mata bahagia dan haru keluar begitu saja dari mata indah Hongki. Bibirnya yang terus-menerus bergerak akhirnya menyunggingkan senyum bahagia. "Be… benarkah dia sudah lahir?" Tanya Hongki antusias.
Heechul mengangguk. "Ia sedang bersama dengan Hanchul."
"Aku ingin melihatnya." Hongki mencoba untuk bangun dari rebahnya. Heechul yang melihatnya buru-buru mencegahnya.
"Kau belum pulih benar Hongki. Tunggulah biar aku yang membawanya kesini." Usul Heechul. Heechul bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan tempat Hongki berbaring saat ini.
Beberapa saat kemudian Heechul datang sambil membawa seorang bayi di dalam dekapannya dan juga seorang anak laki-laki yang mengekorinya. Heechul duduk di samping ranjang Hongki. "Kau mau lihat bayimu Hongki?"
Hongki mengangguk semangat. Heechul tersenyum kecil melihat tingkah Hongki, ia lalu meletakan bayi itu disamping Hongki. Hongki memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa melihat anaknya sendiri. Bayi mungil nan cantik terbaring pulas di sampingnya.
Hongki memandangi bayi itu dengan perasaan tak menentu. Ia telusuri wajah bayi itu dengan telunjuknya. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis mengingatkannya pada seseorang. Bayi sangat mirip dengan ayahnya. Lagi-lagi setitik air mata jatuh dari mata Hongki hingga mengenai pipi bayi itu.
Bayi itu menggeliat pelan, merasa terusik dengan air mata Hongki yang menetes menyentuh pipinya. Hongki tersenyum melihat bayi itu. "Hyung, dia laki-laki atau perempuan?" Tanya Hongki.
"Bayi paman laki-laki." Bukannya Heechul yang menjawab, melainkan anak laki-laki cantik yang duduk dipangkuan Heechul yang menjawab –Hanchul.
"Laki-laki kah? Tapi dia cantik, sekaligus tampan."
"Mata bayi itu mirip denganmu Hongki. tapi… hidung serta bibirnya mirip."
Hongki memotong ucapan Heechul. "Mirip Choi Jonghun, ayahnya." Mata Hongki berubah sendu menatap bayi mungil disampingya yang kini tengah menggenggam jari telunjuknya. Genggamannya erat sekali sepertinya bayi itu tidak ingin kehilangan Hongki.
"Ayah? Apakah adik bayi punya ayah?" Tanya Hanchul pada Heechul. Kepalanya mendongak menghadap ibunya.
"Dia punya ayah Hanchul sayang, ayahnya sangat tampan seperti ayahmu." Jawab Heechul.
"Lalu dimana ayahnya dan dimana juga ayahku?" Tanya Hanchul polos.
Hati Heechul mencelos mendengar ucapan anaknya, begitu pun dengan Hongki. Sungguh, pertanyaan dari Hanchul membuat hati mereka berdua hancur. Heechul dengan sekuat tenaga menyembunyikan perasaan sedih luar biasa miliknya dari Hanchul. Begitu pun dengan Hongki, dengan sekuat tenaga Hongki tersenyum, walau yang tampak adalah senyuman pahit nan getir.
"Mereka berdua tidak ada disini sayang." Jawab Heechul. Wajahnya dibuat setegar mungkin.
"Ibu selalu bilang seperti itu, Ibu selalu bilang ayah tidak ada di sini, tapi sekarang Hanchul ingin bertemu ayah dan ayah adik bayi itu." Tunjuk Hanchul pada bayi merah yang tengah tertidur pulas di samping Hongki. Baik Hongki maupun Heechul tertegun mendengar ucapan Hanchul.
Heechul benar-benar kaget mendengar ucapan Hanchul. Bagaimana bisa anak umur tiga tahun bicara layaknya anak yang memiliki kemampuan berpikir setara anak malaikat berumur sepuluh tahun.
"Paman!" Suara kecil dari Hanchul menyadarkan Heechul dan Hongki.
"Bagaimana kalau pama kupanggil bibi? Karena paman bisa membawa adik bayi itu kesini?" Tanya Hanchul. Hongki hanya mengangguk dan tersenyum kecil menjawab pertanyaan dari Hanchul.
"Baiklah, bibi sayap yang ada di punggung adik bayi berwarna sama denganku loh." Hanchul membentangkan sayap kecilnya yang berwarna abu-abu pekat dengan cepat hingga tak terasa beberapa helai bulunya terlepas dan terjatuh.
"Abu-abu?" Dahi Hongki mengernyit.
"Campuran malaikat dan iblis, lucifer." Seru Heechul menjawab kegalauan yang muncul dari wajah Hongki.
"Abu-abu sama indahnya dengan putih bibi." Seru Hanchul riang, bagai tahu perasaan Hongki saat ini yang mendadak berubah kacau saat mengetahui jenis dari anaknya berbeda dari dirinya atau bahkan dari ayahnya –Choi Jonghun.
"Dia sama denganku bibi, adik bayi tidak sendirian." Tambah Hanchul.
"***"
Para iblis dan malaikat yang sudah musnah akan bereinkarnasi menjadi seorang manusia di dunia tengah.
"Kau yakin kau mau mencarinya Hongki?" Tanya Heechul.
Hongki mengangguk mantap. "Apa kau bisa menolongku?"
Heechul berpikir sebentar. Matanya teralih pada dua anak kecil manis di atas ranjang. Mata Hongki mengikuti arah pandangan Heechul. "Bawa saja mereka sekalian." Usul Hongki.
"Mereka terlalu menderita di sini. Kita bisa memulai kehidupan yang baru di dunia itu. sudah cuku bagi kita untuk menderita di sini." Seru Hongki sambil mengelus sayang rambut anaknya yang mulai tumbuh. "Aku yakin Jongki pasti rindu dengan ayahnya."
Heechul mengangguk setuju. Tapi detik berikutnya wajahnya berubah serius. "Kalau kita kesana kita akan melepaskan titel malaikat. Dan rela harus terbuang."
"Kita memang telah terbuang hyung, jadi tak masalah kalau kita harus rela melepas sayap indah kita."
Heechul tersenyum mendengar jawaban Hongki. "Kau benar, kita sudah terlalu lama diasingkan dan dikucilkan disini."
"***"
Para malaikat dan iblis yang berpindah dunia akan melupakan semua kejadian di masa lalunya. Semua kejadian, tanpa terkecuali. Tapi bagi mereka yang belum mencapai dunia dewasa tidak akan ikut berpindah. Mereka akan tenang menunggu reinkarnasi agar mereka bisa hidu dan tinggal di dunia yang berbeda.
"Tapi bagaimana kalau Jongki tidak mengingatku?" Seru Hongki takut.
"Bagi para malaikat dan iblis yang belum mencapai umur dewasa akan menjadi manusia di saat reinkarnasi mereka tiba. Mungkin saja di dunia kita yang baru mereka akan menjadi anak kita lagi. Asalkan kita percaya." Jelas Heechul menguatkan Hongki.
"Aku yakin, kami bertiga akan berkumpul bersama lagi. Aku, Jonghun, dan juga Jongki." Seru Hongki mantap.
Heechul tersenyum melihat kesungguhan dari mata Hongki. "Kuharap juga begitu, kurapa kita bisa bertemu di dunia tengah Hongki."
"Kau tidak berharap untuk bertemu Hangeng hyung lagi?" Tanya Hongki heran.
"Aku tidak berharap, tapi aku yakin Hongki. Kita bisa bersama." Jawab Heechul deselingi dengan senyuman lembut yang terkembang di bibirnya.
