Selama satu hari ini, ada yang aneh dengan Midorima Shintarou.
Ia selalu menutup telinganya, entah kenapa. Sepanjang hari, kecuali dalam pelajaran dan rapat kegiatan OSIS, shooter nomor satu Shuutoku itu menutup telinganya dengan telapak tangan. Seakan ia tidak ingin mendengarkan siapa pun berbicara.
"Shin-chan, kau kenapa?" bahkan ia menghindar dari partner-nya dalam basket, Takao Kazunari, yang –tentu saja- amat khawatir dengan keanehannya hari ini. "Shin-chan?" sebelum memutuskan untuk berlari pergi dari hadapan pemuda berambut hitam itu.
'Ada apa dengan Shin-chan?'
.
.
Telinga
Kuroko no Basuke (C) Fujimaki Tadatoshi
Warning:
Abal, OOC, ga jelas, pendek, shonen-ai, awas merusak mata
.
.
.
Pemuda hijau itu, ya, itu Midorima Shintarou, sedang meminum shiruko sepulang sekolah. Kebiasaan yang selalu dilakukannya sebelum pulang ke rumah. Ia duduk santai di kursi kelasnya, tanpa menyadari adanya 'makhluk' lain yang belum pulang, sama sepertinya.
Pelan, Midorima meneguk shiruko-nya. Sembari mengelus lucky item-nya hari ini, sebuah bandana warna pelangi, yang tentu saja tidak dipakai, hanya dipegang saja.
"Shin-chan.."
DEG
Refleks, Midorima menutup telinganya lagi. Astaga, padahal ia pikir tidak ada lagi orang di kelas ini, dan ia hanya sendiri. Kenapa bisa ia tidak menyadari adanya 'makhluk' berambut hitam dengan mata kucing yang masih berada dalam kelas.
Terlebih, 'makhluk' ini –oh, sebut saja dia Takao Kazunari- memanggilnya.
"Shin-chan?"
Menggoyangkan bahunya.
"Shin-chan..."
Berbisik di telinganya.
"Shin-chan!"
DEG
Jantung Midorima hampir saja meledak. Ia mendengarnya, suara Takao. Begitu dekat di telinganya. Begitu hangat saat ia mendengarnya.
Takao mendudukkan dirinya di kursi samping si hijau. Ia mendekatkan kursi itu tepat di sebelah Midorima. "Shin-chan, aku suka kamu..."
Tutup. Tutup telinga, Midorima.
Sesuai kata hari, Midorima menutup telinganya, kuat-kuat.
"Shin-chan, aku mencintaimu.."
Namun tentu saja Takao tidak menyerah.
"Shin-chan, aku sangat suka kamu. Aku ingin jadi pacarmu..."
Tutup. Tutup telingamu, Midorima. Jangan dengarkan apa yang orang ini katakan.
"Shin-chan, kau dengar aku?"
Wajah si hijau –yang sebenarnya sudah dari tadi- memerah, namun ia masih tetap teguh untuk menutup telinganya. "Shin-chan, aku sayang pada Shin-chan. Shin-chan sayang aku tidak?"
Menggeleng kuat-kuat, Midorima sangat tahu sekarang wajahnya sudah panas sampai ke telinga.
"Shin-chan, kau dengar aku?"
Menggeleng lagi.
Terdengar suara helaan napas, tentu saja dari Takao, siapa lagi?
Pemuda itu bangkit dari duduknya, mengambil tas, dan membawa kursi yang ia pakai kembali ke tempat ia mengambilnya. Sejenak, ia memandangi si hijau, yang masih menutup telinga dengan wajah memerah dan mata terpejam.
"Shin-chan, selamat ulang tahun."
Eh?
Pelan –lagi-, Midorima membuka mata dan telinganya. Menatapi Takao yang berdiri menyampirkan gakuran di bahu, pemuda bersurai hitam itu tersenyum polos seperti biasanya.
"Hari ini ulang tahun Shin-chan, kan? Tujuh Juli. Selamat, ya!"
Untuk pertama kalinya, Midorima Shintarou menemukan sesuatu yang dapat membuat wajah dan hatinya hangat. Senyuman Takao.
"A-aku bukannya ingin mengucapkan terima kasih padamu, nanodayo. Tapi aku terpaksa," namun tentu saja, sifat alami jelas tak mungkin dihindari.
Tsundere tetap saja tsundere.
END.
A/N:
Happy Birthday, Midorima~!
