TITLE : Enchanté

GENRE : Romance, Humour

LENGTH : 1 of (..)

RATE : T+

CAST : Wonwoo (GS), Mingyu, Jungkook (GS)

DISCLAIMER : semua tokoh punya YME, yang saya punya Cuma plot dan typo yang bertebaran di ff gaje ini. Jika ada kesamaan plot, nama tempat, dll. Itu semua murni Cuma kebetulan. Karena saya bikin ff ini karena dapat inspirasi pas liat Mingyu lagi fansign..

SYNOPSIS : Jeon Wonwoo yang mencintai keluarganya demi apapun dimintai tolong agar bisa meminta tanda tangan seorang idola yang sedang naik daun oleh adiknya yang sakit. Tapi bagaimana jika ditengah acara fansign itu ia malah salah orang? Ia salah mengenali sang idola yang malah membuat semuanya jadi runyam!

This is a Genderswith. Please just close the tabs if you don't like any of 'genderswitch'. Please do not bash. I was just write my wild imagination into this absurd ff please enjoy

.

.

.

Kaki jenjang seorang gadis yang beralaskan high heels setinggi sepuluh cm melangkah berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sedari tadi senyum terus mengembang di wajahnya. Tak luput juga tangannya menggenggam sebouquet bunga baby's breath yang disukai oleh orang yang akan sang gadis kunjungi.

Setelah pada sampai kamar yang dituju, gadis tersebut membuka pintu kamar dan menemukan seorang perempuan mungil dengan kepala dan tangan, serta kaki penuh perban. Adik kesayangannya tersebut, sang pasien yang ingin ia kunjungi, sedang menangis di brangkar, tersedu-sedu.

"jungkookie! Waeyo? Apa ada yang sakit? Beritahu pada eonni! Aku akan memanggilkan dokter!" baru saja gadis tersebut tiba dan mendapat pemandangan menyedihkan seperti itu, ia segera bergegas menuju bel untuk memanggil seorang dokter untuk keadaan darurat.

Namun tepat sebelum gadis itu menekan tombol panggil, sang pasien yang tadi dipanggil Jungkookie segera menahan tangan eonninya.

"aniya eonni, nan gwenchana."

Gadis dengan pakaian kantor yang formal berwarna gading tersebut segera mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter.

"benarkah kau tidak apa-apa? Lalu kenapa kau menangis?" tanya sang eonni prihatin. Ia bahkan sudah lupa dengan barang bawaannya, dan meletakkan bouquet baby's breath itu begitu saja diatas nakas tanpa ada niatan untuk memberikannya pada adiknya.

"aniya wonwoo eonni, aku takut kau marah." Cicit kecil gadis mungil bernama Jungkook sambil menundukkan wajahnya dalam, takut pada amarah sang eonni yang terkadang suka meledak-ledak dan sulit ditenangkan, terlebih mengenai soal sepele.

Jungkook mungkin berkata tidak apa-apa, namun air matanya terus mengalir, dan isakan kecil dari bibir tipis nya tidak bisa berhenti, membuat gadis bernama Jeon Wonwoo, mau tak mau merasa penasaran dan jengkel.

"kau bilang tidak apa-apa, tapi kenapa masih menangis? Apa ada yang sakit?" akhirnya Wonwoo berkata dengan lembut, mengingat kondisi adik kandungnya, Jeon Jungkook sedang sakit cukup parah.

"eonni benar tidak akan marah?" tanya Jungkook mulai menengadahkan wajahnya, menatap Wonwoo dengan matanya yang agak sembab dan sayu.

"ne."

"jeongmalyo, eonni? Jinjja?" tanya Jungkook lagi, namun itu adalah keputusan yang salah karena hal itu malah membuat Wonwoo yang notabene orang yang kurang sabaran, kesal.

"jika kau terus bertanya seperti itu, aku malah akan kesal. Cepat katakan, Kookie. Atau aku akan berubah pikiran." Wonwoo mulai melipat tangannya didepan dada, gaya khasnya jika sudah tidak sabar akan sesuatu.

Wajar. Wonwoo adalah kepala keluarga sejak kematian ayahnya lima tahun yang lalu. Sejak saat itu ia harus membanting tulang menjadi serbuk demi bisa menghidupi keluarganya. Sambil terus berkuliah ia mati-matian bekerja part time agar bisa meringankan beban ibunya yang sering sakit-sakitan. Sejak saat itu ia belajar bahwa waktu sama pentingnya dengan uang. Ia habiskan masa mudanya dengan belajar dan bekerja tanpa pernah menginjakkan kakinya sekalipun di sebuah tempat untuk menghamburkan uang percuma.

Akhirnya setelah gelar sarjana melekat, ia mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai di sebuah kantor kelas menengah. Dengan gigih ia melakukan pekerjaannya setiap hari, hingga sampai tahap ini, dimana ia dipanggil ketua tim Jeon.

Tidak ingin Jungkook merasakan hal yang sama dengannya, ia membiayai seluruh biaya kuliah Jungkook, memberikannya uang makan dan sedikit melebihkannya agar adiknya bisa menghabiskan masa mudanya bermain dengan temannya, tidak seperti Wonwoo.

"eonni, sesungguhnya aku baru dapat kabar…" Jungkook menjeda ucapannya demi melihat reaksi sang kakak. Namun nihil, reaksi eonninya hanyalah sebuah kerutan di dahi.

"kabar apa Kookie? Ayo cepat. Aku tidak suka bertele-tele."

Ada banyak hal yang berubah pada diri Wonwoo semenjak kematian ayah mereka yang Jungkook sadari. Salah satunya adalah kakaknya berubah menjadi orang yang sangat tidak sabaran.

Jungkook mulai menangis lagi, mengeluarkan jurus andalannya. Jungkook adalah anak bungsu. Semua menyayanginya, terlepas dari sifatnya yang manja. Wonwoo yang sudah berubah sekeras batu bahkan masih bisa luluh jika melihat tangisan Jungkook.

"aigoo, jangan menangis, dongsaeng. Baiklah, katakan pelan-pelan, aku tidak akan memaksa." Wonwoo akhirnya menyerah dan berbicara dengan lembut sambil terus mengelus rambut Jungkook yang coklat sebahu.

"eonni. Eonni tahu 'kan aku seorang carat?" tanya Jungkook setelah menghentikan acting menangisnya.

Kerutan di dahi Wonwoo semakin dalam. Apa itu carat? Dia tidak tahu. Yang dia tahu hanyalah jumlah karat pada emas.

"carat? Emas? Dua puluh empat karat? Kau ingin emas, Jeon Jungkook?" tanya Wonwoo mulai menaikkan nada suaranya kembali.

Jungkook kembali mencebikkan bibirnya. Sungguh, ia tidak ingin melihat wajah Jungkook hari ini, Karena itu membuatnya tidak kuasa berkutik.

"jangan menangis, dong… aku 'kan tidak tahu, makanya beritahu aku."

"baiklah. Tapi eonni sudah berjanji tidak akan marah, kan?" tanya Jungkook sekali lagi sambil mengusap air mata diujung kelopak matanya.

"ne, yagsoghe"

"jadi, carat itu adalah sebutan bagi kami, para fans boyband bernama Seventeen. Aku sangat mencintai idolaku itu, eonni. Aku bersedia melakukan apa saja demi mereka. Dan masalahnya adalah…" Jungkook mulai memperkenalkan idolanya itu pada eonninya yang kuper karena kebanyakan bekerja.

"apa masalahnya?" tanya Wonwoo jengah. Rasa-rasanya ia sudah bisa menebak keinginan si magnae Jeon Jungkook.

"mereka akan mengadakan fansign hari ini, pukul tiga siang di gedung Pledis." Lanjut Jungkook yang hanya ditanggapi dengan naiknya sebelah alis Wonwoo.

"lalu? Dimana letak masalahnya?" tanya Wonwoo lagi-lagi dengan sarkastik. Ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran anak gadis zaman sekarang. Oke, dia juga masih gadis, tapi Jeon Wonwoo adalah kasus berbeda, mengerti?

"ish! Eonni sama sekali tidak mengerti! Maksudku adalah, aku tidak bisa mengikuti acara fansign itu, eonni. Kau tahu sendiri keadaanku, kan?" tentu saja, patah tulang kaki sebelah kanan akibat kecelakaan saat menyebrang di malam hari. Pelakunya orang mabuk yang tidak tahu diri. Untung saja sudah tertangkap, dan Jungkook sudah sadarkan diri. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jungkook, bisa Wonwoo pastikan ia akan mengejar pelaku tabrak lari tersebut hingga keujung dunia.

Wonwoo menghela nafasnya agak kasar. Sekarang ia benar-benar mengerti keiginan adiknya. "Jeong Jungkook, inilah hidup. Tidak semua hal yang kau inginkan akan langsung kau dapatkan. Mungkin kau memang belum berjodoh dengan para oppa-oppamu diluar sana. Lain kali mungkin kau bisa lebih beruntung mengikuti acara fansign itu." Ucap Wonwoo berusaha menasehati adiknya.

Jungkook sadar eonni-nya ada benarnya, namun hanya kali ini ia ingin egois. Ia sungguh-sungguh ingin mendapatkan tanda tangan idolanya secara langsung. Meski bukan ia sendiri yang bertemu idolanya, tidak apa. Asalkan tanda tangan sudah digenggaman.

"tidak bisa eonni, tidak akan ada fansign dalam waktu enam bulan kedepan. Mereka akan melakukan tour seluruh asia. Kumohon eonni, kali ini saja." Jungkook mulai memohon dengan pandangan sayu andalannya. Ia benar-benar terlihat menggemaskan. Tidak akan ada seorangpun yang mampu menolak keinginannya.

"yasudah kalau begitu tunggulah hingga enam bulan lagi. Bukankah itu justru bagus? Kau bisa memiliki waktu untuk memulihkan kesehatan. Lalu enam bulan lagi kau bisa mengantri paling depan di acara fansign oppa-oppamu itu."

Hah, tidak akan ada yang pernah bisa mengalahkan Wonwo dan pikian rasionalnya itu.

"eonni, jebalyo.." rengek Jungkook.

"loh? Kenapa jadi aku yang jadi sasaran rengekanmu? Bukan salahku jika kau tidak bisa mengikuti acara oppa-mu itu." Wonwoo mulai cuek dan beralih untuk memasukkan seikat bunga baby's breath yang sempat ia lupakan itu kedalam vas bunga.

"itu memang bukan salah eonni. Tapi eonni setidaknya bisa membantuku, 'kan? Eonni, kumohon pergilah kesana dan mintalah tanda tangan mereka untukku…" rengek Jungkook mulai bersimbah air mata.

"aniya, Jungkookie. Aku sudah cukup sibuk. Lagipula hari ini saja aku bisa cuti setengah hari dan pergi untuk menjengukmu. Tapi kau malah menyuruhku pergi lagi untuk menemui oppa-oppamu disana yang bahkan tidak aku kenal." Wonwoo kembali melipat tangannya dan beranjak untuk duduk di sofa yang disediakan disana sambil membaca majalah, tidak mempedulikan sama sekali Jungkook yang sudah menangis meraung-raung, dengan bersimbah air mata di kedua kelopak matanya, hingga -

"CKLEK"

"aigoo.. Jungkookie, ada apa denganmu, sayang? Apa kau sakit?" tanya ibu mereka yang baru saja tiba dan disuguhi pemandangan tidak mengenakkan ini.

Ibu mereka beranjak menghampiri brangkar Jungkook dan segera memeluk putri bungsunya itu. Ia mengelus rambut anaknya yang coklat sebahu dengan sayang sambil terus mengucapkan kata-kata penenang.

Untung saja mereka Cuma sendiri di kamar ini. Jika ada pasien lain, dapat dipastikan mereka pasti dimarahi karena sudah membuat keributan.

"ada apa, Jungkookie? Katakan pada eomma, ne?" bujuk nyonya Jeon pada anak bungsunya.

"eo-eomma… hiks. Aku hanya ingin minta tolong pada eonni.. hiks. Tapi eonni tak mau…" ujar Jungkook sedemikian rupa, membuat seolah-olah Wonwoo-lah yang jahat disana.

"aigoo.. Wonwo-ya, kenapa begitu? Kalian bersaudara, harus saling tolong menolong. Terlebih keadaan adikmu yang sedang sakit begitu. Kau tidak kasihan?" tanya sang eomma membuat emosi Wonwoo meningkat.

"eomma, Jungkookie ini meminta sesuatu yang aneh. Aku tidak bisa mengabulkannya. Lagipula aku masih lelah, eomma.." Wonwoo ikut merengek pada ibunya meski itu sama sekali bukan gayanya. Tapi jujur hari ini ia sangat lelah. Ia memang diperbolehkan cuti setengah hari saat ini, namun dengan syarat seluruh pekerjaan harus tetap ia kerjakan di rumah.

"memangnya apa yang Jungkookie inginkan, eoh?" tanya nyonya Jeon pada Jungkook.

"aku hanya ingin eonni untuk mengikuti acara fansign yang diadakan idolaku dan meminta tanda tangan mereka, eomma." Isak Jungkook masih dalam pelukan ibunya.

"Wonwoo-ya, itu bukan hal yang sulit, kan? Eomma mohon demi adikmu, demi eomma, ne?" kini tidak hanya Jungkook yang memohon pada Wonwoo, ibunya pun turut memohon pada dirinya. Akhirnya dengan sangat berat hati, ia mengiyakan permintaan aneh adiknya itu.

.

.

.

Disinilah Wonwoo sekarang, mengantri didalam sebuah ruangan yang sangat penuh sesak hanya demi mendapatkan sebuah tanda tangan.

Kira-kira ia bisa melihat terdapat hampir tiga ratus orang gadis remaja berada disini. Dan hampir kesemuanya memegang sesuatu di tangan mereka. Ada yang membawa boneka, ada yang membawa sekotak kado, ada yang membawa buket bunga, dan masih banyak lagi. Tidak seperti dirinya, yang hanya dipersenjatai sebuah kertas tanda tangan yang agak tebal berwarna kuning yang dijual diluar gedung.

Akhirnya setelah pukul tiga lewat sepuluh menit, Wonwoo baru benar-benar bisa mengantri ingin mendapatkan tanda tangan idola adiknya. Tubuhnya tertubruk oleh banyak gadis yang langsung merangsek maju demi mendapat barisan pertama di barisan idolanya.

Dan celakanya, Wonwoo bahkan tidak tahu harus mengantri dimana.

Wonwoo bahkan baru tahu bahwa Seventeen adalah grup boyband bejumlahkan dua belas orang lelaki muda. Yah, syukurlah. Sesuai namanya, Wonwoo kira Seventeen berjumlah tujuh belas.

Sekarang semua barisan sudah sangat panjang. Sesuai perjanjiannya, ia hanya akan meminta satu buah tanda tangan dari salah satu dari mereka. Hanya saja, siapa yang menjadi idola Jungkook, Wonwoo lupa.

Wonwoo berusaha mengingat nama idola dari Jungkook. Dan setelah memutar otak selama beberapa saat, akhirnya Wonwoo dapat kembali mengingat bahwa pria yang diidolakan Jungkook bernama Seungchol.

Masih blank dengan keadaan sekitar yang benar-benar ramai seperti festival musim panas, akhirnya Wonwoo berinisiatif untuk bertanya kepada salah satu dari fans. Ia menarik lengan seorang gadis yang lewat tepat dihadapannya.

"ah, annyeong. Apa aku boleh tau dimana barisan Seungcheol oppa berada?" tanya Wonwoo berusaha ramah.

Gadis yang ia tarik begitu saja kaget. Ia menilai penampilan Wonwoo dari atas kebawah-hingga keatas lagi. Dan hal itu sukses membuat Wonwoo risih. Ada yang salah dengan penampilannya?

Ah, dia lupa. Pakaiannya saat ini masih berupa blazer berwarna kuning gading dengan dalaman tanktop hitam serta rok pensil agak ketat yang membungkus pinggang hingga lututnya dengan sempurna yang juga berwarna gading. Tidak lupa dengan high heels Wonwoo yang setinggi sepuluh cm.

Gadis yang kelihatannya masih berusia akhir belasan itu memperhatikan Wonwoo dengan menaikkan sebelah alisnya, dan kerut yang dalam di dahi. Tapi tidak lama, karena setelahnya ia tersenyum.

"ada disana, eonni. Barisan paling ujung. Barisan seungcheol oppa." Gadis dengan rambut pirang tersebut menunjuk barisan ketiga belas, yang juga merupakan barisan yang paling ramai.

Seketika Wonwoo mendenguskan nafasnya kasar, karena itu berarti ia harus mengantri di tempat yang paling ramai. Akhirnya ia mengucapkan terima kasih pada gadis pirang tersebut yang dibalas kekehan.

Wonwoo berjalan menuju barisan yang penuh anak muda, tanpa tahu bahwa gadis pirang tadi masih memperhatikannya sambil tersenyum picik.

Ia akhirnya sudah masuk kedalam barisan tersebut. Penuh dengan jeritan gadis muda, terlebih anak gadis yang berada didepannya bersama teman-teman mereka. Sangat bising. Wonwoo sudah membayangkan bahwa setelah ini, ia akan segera berendam dalam air hangat dan menyetel music ciptaan Mozart kesayangannya yang menenangkan hati, juga telinga.

.

.

Setelah empat puluh lima menit menunggu, akhirnya tibalah giliran Wonwoo untuk mendapatkan tanda tangannya.

Hanya berjarak satu anak gadis lagi, kini Wonwoo dapat melihat dengan jelas bagaimana rupa idola Jungkook.

Lumayan tampan, pikir Wonwoo. Dengan bahunya yang kelihatan lebar dan tegap. Matanya tajam meskipun agak kecil, tapi masih oke. Hidungnya cukup mancung, serta menurut Wonwoo, taring pria itu terlihat sangat jantan . Yah, meskipun kulit pria itu kelihatan lebih hitam daripada pria lainnya, tapi menurut Wonwoo dialah yang paling manly.

Oh, dan satu lagi kelebihan pria ini. Wonwoo dapat melihatnya karena pria itu sempat berdiri untuk mengambil sesuatu dibelakang. Yaitu, pria itu tinggi. Melebihi tinggi badannya. Meskipun tanpa high heels, tubuh Wonwoo sudah semampai, berbeda dengan Jungkook yang berperawakan imut.

Tubuh Wonwoo langsing dan berisi di tempat yang pas. Tingginya juga diatas rata-rata ukuran tinggi badan wanita korea pada umumnya. Dan yang membuat ia paling bangga adalah, dada dan bokongnya yang tumbuh sempurna dengan ukuran memuaskan, yang lagi-lagi tidak seperti Jungkook yang agak rata.

Akhirnya setelah puas meneliti idola adiknya, tiba giliran Wonwoo untuk maju. Setelah sampai dihadapan pria itu, mereka berdua sama-sama terdiam.

Wonwoo terdiam karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, karena ini merupakan pengalaman pertamanya. Sedangkan pria itu, entahlah… Wonwoo tidak tahu.

Akhirnya keheningan dihapuskan oleh senyuman sang pria. Ia menyapa Wonwoo lebih dulu dengan menampilkan senyum manisnya beserta tampilan taring indah itu.

"annyeong.." sapa pria itu, membuat Wonwoo ikut tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.

Lalu tanpa diperintah ia memberikan kertas kuning yang sedari tadi dipegangnya kehadapan pria berkulit tan tersebut.

"tolong tanda tangannya…" ucap Wonwoo singkat masih dengan senyum sopan pada bibirnya. Begitu pula dengan pria tersebut. Senyum manis itu tidak juga pudar.

Selama pria di hadapannya menanda tangani kertasnya, Wonwoo kembali memperhatikan penampilan pria tersebut. Dari dekat, idola ini benar-benar tampan.

Rambutnya yang berwarna ash grey ditata keatas memperlihatkan dahinya yang mulus dan berbentuk kotak. Bibirnya berwarna pucat alami, tidak menggunakan pewarna bibir yang sering digunakan oleh para idol yang kadang membuat Wonwoo jijik. Dan pria itu yang saat ini sedang mengenakan turtleneck berwarna hitam dipadankan dengan blazer berwarna biru pastel menurut Wonwoo terlihat sangat keren. Yah, selera adiknya ternyata sebelas-dua belas dengan dirinya, batin Wonwoo.

Tiba-tiba ia merasa ada yang sedang memperhatikannya, dan itu tenyata adalah idola adiknya yang sedang bertanya padanya, namun tidak ia gubris karena sedang melamunkan betapa tampannya pria didepannya sekarang.

Ketahuan melamun membuat Wonwoo malu, sangat malu. Wajahnya yang merah merona seperti tomat ia tundukkan agar tidak terlihat. Namun sepertinya tidak berguna karena ia bisa mendengar dengan jelas kekehan pria dihadapannya.

Akhirnya pria tersebut kembali mengulang pertanyaannya

"untuk siapa?"

"ah, tolong tulis untuk Jeon Jungkook." Ucap Wonwoo pelan.

Idola adiknya, yang Wonwoo kira juga bernama Seungcheol menuliskan sesuai dengan yang Wonwoo perintahkan, dengan beberapa kata tambahan yang tidak bisa Wonwoo lihat jelas, namun ia tidak peduli, ia hanya ingin segera keluar dari tempat ramai ini dan pulang ke rumahnya.

Pria itu mengembalikan kertas kuning Wonwoo setelah ia menanda tanganinya. Dan segera secepat kilat Wonwoo menganggukkan kepalanya memberi tanda terima kasih dan berkata

"gamsahamnida, Seungcheol-ssi." Lalu beranjak pergi.

Hingga sebuah suara menahannya.

"chakkaman!"

Wonwoo menolehkan kepalanya pada pria itu, dan hal itu membuat beberapa orang yang berada di barisan penasaran dan melihat kearah mereka.

"barusan, tadi kau panggil aku apa?" tanya pria tan tersebut.

"gamsahamnida, Seungcheol-ssi?" ulang Wonwoo dengan nada tidak yakin.

"Seung…cheol?" tanya pria itu. Kerutan di dahinya terlihat agak dalam. Juga alisnya yang naik sebelah membuat Wonwoo bertanya apa kira-kira kesalahan yang sudah ia perbuat.

"aku… bukan Seungcheol." Ucap pria itu agak pelan, terdengar sedikit kecewa, namun Wonwoo masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Wonwoo merasa heran. Ia kemudian membalik kertas kuning tersebut dan terbelalak saat melihat tanda tangan yang diberikan pria tersebut.

Yang bertuliskan

"untuk Jeon Jungkook yang hari ini terlihat hebat, dari Kim Mingyu."

"kau bukan Seungcheol?!" tanya Wonwoo shock.

TBC

Halo from the other side everibadeh.. aku bawain ff MEANIE couple. Semoga suka ya. Sebenernya baru beberapa hari ini sih suka sama MEANIE, tp pancuran ide terus bermunculan meminta untuk direalisasikan (ih sombong pisan).

Disini aku pake karakter jungkook sbg adiknya wonwoo. Tapi please, no offense ya, jan bash akuuu… karakternya juga kusesuaikan dengan kebutuhan cerita. Aslinya ga gini kok orangnya (sotoy bat emg ud pernah ketemu). Hehehe…

Tadinya mau kubuat oneshot/twoshot, tapi setelah diketik ternyata ini panjang, jadinya mungkin ini akan jadi beberapa chapter.

At last but not least, review juseyooo..