Grauk grauk grauk.
Satu kedutan muncul di dahi Sasori.
Grauk grauk grauk.
"Deidara. Stop."
Grauk grauk grauk.
Alis merah bertautan.
Grauk grauk grauk—
"Berhenti ngunyah es sebelum tehmu kuracun, Deidara," desis Sasori sembari melempar lirikan tajam. Wajahnya masih belum berpaling dari Hiruko yang sedang ia otak-atik. Deidara, di sisi lain, mengabaikan peringatan Danna-nya dan tetap asyik mengunyah es batu (dari sisa es teh yang entah dibeli di mana) dengan mata tertutup. Menulikan diri, mungkin.
Suara kunyahan es memenuhi gua tempat mereka berada. Sasori, yang tidak suka kebisingan, jelas risih dengan suara yang didengarnya itu. "Deidara—"
"Tapi panas, Danna! Tubuh bonekamu enggak ngerasain panasnya, un!" Akhirnya Deidara membalas. Namun karena masih ada es batu lumayan besar yang belum terkunyah sempurna di mulutnya, jadilah ucapannya terdengar seperti, "Hahi hanah, hanna! Huhuh hohehahu hehah hehahai hahaha, huh!"
Tidak jelas, iya, makanya Sasori makin dongkol sendiri di sisi lain gua.
"Deidara. Stop."
Telan dulu esnya—"Ogah!"
"Deidara."
Satu es batu dikunyah lagi. Grauk grauk grauk memenuhi gua lagi. Mata biru Deidara terpejam lagi. Masih memunggungi Sasori, lagi.
Sasori mendesah pelan. "Aku nyerah. Kalau mau lanjut curhat soal Tobi, sini kudengerin, tapi stop ngunyah esnya."
Ada suara sesuatu tertelan, lalu Deidara tersenyum lebar. Si pirang itu tidak lagi memunggungi Sasori sekarang.
Dalam hati, Sasori menggerutu.
Ngambek-nya Deidara itu makan hati, seriusan.
.
.
[end]
Pojok Bacotan Arwah Gentayangan:
Saya balik ke fandom Naruto~ Fangirlingan OTP pertama saya selain SasuNaru /uhuk Idenya muncul pas lagi ngunyah es batu sisa es teh (saya hobi makan sisa es batunya sih www). Aniwei, meskipun kayaknya random sangat, RnR-nya ditunggu owo)/ Makasih buat yang udah baca fic ini, bai-bai~ /sokcute /hajared
