For Life

SuLay Fanfiction Indonesia

Flying White Unicorn

Kim Suho Junmyeon

Zhang Yixing

BxB

Yaoi

I mean it till the day I die

…..

China masih sama menurut Yixing, tidak banyak yang berubah semenjak kepergiannya ke Sidney untuk menuntut ilmu. Yixing sengaja pergi sejauh mungkin, melintasi banyak negara dan benua hanya untuk pergi sejauh-jauhnya dari negara kelahirannya. Bukan tanpa alasan, menurut Yixing anak lelaki memang harus melangkahkan kaki beribu kilometer baru bisa disebut laki-laki.

Total 6 tahun kepergiannya untuk merahi gelar masternya kini Yixing kembali ke dalam rumah besarnya. Memandangi beberapa maid yang asyik membentuk cemara di sepanjang laluan halaman rumahnya.

" Akan kalian bentuk apa pohon itu?." Yixing sengaja berteriak dari lantai 3 rumahnya. Berharap orang yang ditanyainya bisa mendengarnya.

" Tuan muda! Hari tengah panas. Ini hari pertama di musim panas. Saya mohon anda tidak berdiri di atas balkon." Ucap maid yang langsung menghentikan pekerjaannya.

Yixing terdiam sedikit kecewa karena pertanyaannya tidak dijawab. Ia lalu melompati balkon dan duduk di atasnya.

" Tuan muda!." Kali ini suara maid terdengar lebih kencang dan panik.

" Aku sudah menurutimu. Aku tidak berdiri lagi di atas balkon. Lanjutkanlah pekerjaanmu. Seperti yang kau bilang udara hari ini tengah panas. Jika kau terus menyibukkan tentangku. Lama-lama kau yang akan mimisan dibawah sinar matahari ini." Ucap Yixing sambil melambai dan tersenyum manis.

Begitulah Tuan muda Zhang Yixing, pria yang baru saja pulang dari pengembaranya. Anak kesayangan dan semata wayang Zhang Lin sosok berpengaruh dalam perekonomian negara China. Yang tidak pernah bersikap seperti sosok tuan muda. Bahkan di Sidney Yixing sengaja mencari orang tua angkat dalam laman website pendidikan. Dia menyembunyikan identitas dirinya agar di terima dengan tulus. Beruntung dia mendapatkan sepasang orangtua suami istri Brian Ken yang tidak memiliki anak karena usia mereka yang sudah tua.

" Lalu mengapa mom mau menikah dengan daddy? Mom tau daddy sudah tua kan." Yixing kembali ke ingatannya ketika makan malam bersama orang tua angkatnya di Sidney.

" Karena mom sudah tua juga. Dan daddy mu lah satu-satunya yang melamar mom."

" Ah aku tidak percaya. Mom cantik, daddy menyeramkan."

" Kau tahu? Aku menyeramkan tapi dulu belasan gadis mengantri untuk pergi kencan denganku." Jawab laki-laki besar berbulu pirang itu.

" Untuk apa? Untuk kau kuliti?." Tanya Yixing mengejek.

" Yixing. Kau tidak boleh seperti itu kepada daddy. Mom mencintai daddy apa adanya. Begitu juga daddy. Kau bisa menikah dengan siapa saja Yixing. Tapi kau tidak bisa menentukan dengan siapa kau jatuh cinta." Ucap bijak wanita bertubuh langsing dalam usianya yang tidak muda itu lagi.

" Kalau begitu akan ku sebut sebagai bad romance." Ucap Yixing yang langsung di sambut gelak tawa kedua orangtua angkatnya.

Yixing rindu Sidney, rindu masa-masa dia belajar di kamar dan kedua orangtuanya dibawah menunggunya untuk makan bersama. Keluarga Brian Ken mungkin memang tidak memiliki anak, namun rumah mereka penuh dengan cinta. Sekali lagi Yixing merasa bersyukur dengan apa yang telah di jalanin nya selama kurang lebih 6 tahun belakang ini.

Tin! Tin!

Lamunan Yixing kembali keadaannya di atas balkon. Sebuah mobil hitam terlihat memasuki area halaman rumahnya. Si maid terlihat cemas sesekali memandangi tuan mudanya yang masih duduk di atas balkon. Yixing langsung melompat untuk kembali masuk ke kamarnya. Dia tahu masa bahagianya dengan sinar matahari telah usai.

Ayah telah kembali.

.. For Life ..

Beberapa reporter sudah menunggu di depan bangunan tinggi menjulang. Hari ini bisa disebut sebagai hari bersejarah bagi negara Korea. Salah satu astronot mereka akan mendarat di bulan dan melakukan realty show selama empat belas hari di luar angkasa. Tapi bukan tempat pelepasan roket yang penuh dengan reporter itu melainkan perusahaan Kim Corp sebagai satu-satunya penaja peristiwa itu terjadi. Udara yang sedikit hangat. Jas-jas hitam mulai terlihat gerah dan gelisah.

" Itu dia! Itu mobilnya datang!."

Banyaknya bodyguard langsung membentuk jalan untuk isi dalam mobil itu lewat. Akhirnya yang ditunggu pun keluar dari dalam mobil hitam. Seorang laki-laki berusia lebih kurang tiga puluh satu dengan senyum hangat dan mata ramah.

Para reporter langsung mengikuti laki-laki itu bagaikan dia sebuah magnet untuk mereka.

" Kim Junmyeon! Kim Junmyeon! Apakah benar bahwa roket yang akan meluncur sore ini bertuliskan nama anda?!."

" Apakah benar jika ide dari cemerlang reality show luar angkasaini ide anda sendiri?."

Laki-laki bernama Junmyeon itu akhirnya menghentikan langkahnya dan memandang semua sorot kamera dan mata reporter secara bergantian. Tidak ada rasa gugup dalam dirinya, seakan dia memang dilahirkan untuk berdiri di depan umum dengan rasa bangga.

" Semua atas dukungan pemerintah Korea. Kalau soal ide, itu juga hasil perbincangan antara perusahaan dan pemerintah. Kita harus berterimakasih dengan Bapak Presiden yang mau mengapresiasikan hingga terlaksana nya acara ini nanti." Ucap Junmyeon dengan senyum manisnya.

" Apa benar anda akan mencalonkan diri menjadi presiden di masa kedepan?."

" Soal masa depan kita tidak ada yang tahu. Tapi sekarang aku lebih senang untuk fokus dengan pekerjaanku. Terimakasih." Junmyeon meninggalkan kerumunan untuk masuk ke dalam perusahaan keluarganya dengan lambaian tangan sebelum benar-benar hilang di balik pandangan awak media.

" Daebak kurasa dia akan menjadi presiden di masa depan. Bahkan jika dia sendiri tidak mencalonkan pasti dia akan terpilih dengan sendirinya." Ucap seorang reporter wanita yang terpesona dengan Junmyeon.

" Aku melihat masa depan anak-anak ku lebih cerah nantinya." Tambah seorang reporter laki-laki yang juga masih terkesima dengan Junmyeon.

.

Junmyeon merapihkan kembali dasinya, di dalam ruangannya yang dingin dan sunyi itu Junmyeon asik memandangi beberapa berkas pekerjaannya. Tidak ada kata bosan walaupun setiap hari yang di lakukannya hanya seperti ini. Junmyeon menyentuh kertas bergambar sebuah roket berwarna merah dan hitam. Di sisi roket itu terdapat tulisan emas KJ yang merupakan singkatan dari namanya.

Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya, dan dia tidak akan membiarkan seorang pun merusak momen yang telah dia bangun selama bertahun-tahun itu. Perusahaan bisnis keluarganya yang di kelola Junmyeon awalnya hanyalah perusahaan di bidang Industri tekstil. Junmyeon dengan pemikiran mudanya mulai membuka cabang bidang industri hiburan. Junmyeon ingin membuktikan bahwa dia mampu menjadi sosok pemimpin perusahaan bukan karena perusahaan itu milik keluargannya.

Teeet teeet

Ponsel Junmyeon berdering, sebuah panggilan dengan nama yang di nanti Junmyeon.

" Halo."

" Apa mau mu? Kenapa kau kirim orang memata-mataiku?."

" Aku ingin kita berjumpa."

" Aku tidak mau."

" Sebentar saja! Kumohon." Ucap Junmyeon memelankan suaranya.

"…."

" Hanya sekali ini."

" Baiklah. Kalau kau masih kirim aku mata-mata. Akan ku kirim kepalanya di meja kerjamu!."

…..

Panggilan terputus tapi setidaknya Junmyeon mendapat jawaban yang dia inginkan.

.

.

Mengaduk taburan coklat di atas kopinya merupakan kebiasaan Junmyeon yang membuat pria di depannya kesal. Sehun seorang atlet memanah kaya raya dan berparas menawan berada di depan Junmyeon. Dia teman sekaligus guru bagi mereka satu sama lain. Sehun sendiri tidak menganggap Junmyeon teman nya karena mereka dekat bukan karena sifat mereka yang sama ataupun pekerjaan mereka. Sehun dekat dengan Junmyeon hanya karena takdir.

Semua bermula dari kota London, ketika itu Sehun yang baru pulang dari aktivitas setelah kemenangan yaitu minum-minum hingga dini hari lupa kata sandi apartemen nya tidak menemukan pertolongan. Sehun terpaksa harus mengedor apartemen disampingnya yang ternyata milik Junmyeon.

Junmyeon yang baru pulang rapat semalaman suntuk itu merasa terganggu karena Sehun terus-terusan menekan bell sambil berteriak di dalam pengaruh alkohol. Akhirnya dia memutuskan untuk membawa Sehun kedalam dan meletakkannya ke sofa hingga dia terjatuh tidur hingga esok pagi.

Paginya Sehun yang merasa segan langsung bangun dan menunggu pemilik apartemen bangun. Mereka berkenalan singkat dan menjadi akrab dalam kehidupan yang membosankan.

Junmyeon yang anti party, Sehun pecandu dunia malam. Junmyeon si pecinta daging dan Sehun si pecinta ikan. Bahkan di meja kopi seperti ini Sehun dengan kopi hitamnya dan Junmyeon dengan kopi bertabur coklat yang kini telah menjadi satu dalam cangkirnya.

" Kau jadi menemuinya?." Tanya Sehun mencoba mengalihkan perhatiannya dari adonan yang menjijikan di cangkir Junmyeon.

Junmyeon menggangguk dan menyeruput kopinya.

" Aku tidak mungkin membatalkannya. Kau tahu kan hanya dia satu-satunya yang aku cemaskan menggagalkan usahaku."

" Usaha menjadi presiden?." Ucap Sehun menahan tawanya.

" Hais itu hanya buatan para media. Aku masih senang menjadi pembisnis." Ucap Junmyeon

" Kau terlalu ambisius. Tapi itu bagus, bahkan untuk para atlet itu merupakan batu asahan."

" Aku bukan atlet."

" Tapi hidup ini seperti olahraga bung. Senang tidak senang setiap apa yang kau lakukan selalu memerlukan satu pemenang."

Junmyeon mengangguk lagi.

" Aku setuju. Kalau begitu kita satu profesi."

Kali ini Sehun menggeleng tegas.

" Aku tetap satu tingkatan profesional di atas kau." Ucapnya

" Terserah saja. Lihat itu." Junmyeon menunjuk televisi di dalam café yang mereka duduki.

Menampilkan sebuah roket yang sedang melunjur ke atas dengan api dan asap yang memenuhi pemandangan.

" Selamat jalan mimpi Junmyeon! God will bless you." Sehun memberikan cangkir kopinya ke arah televisi seakan memberikan dukungan dengan caranya.

Junmyeon hanya tersenyum, untuk kali ini dia benar-benar merasakan puas.

.. For Life ..

Makan malam tanpa bicara, hanya suara denting yang terkadang muncul. Yixing memandang maid nya yang mencoba untuk tidak membalas tatapan matanya. Yixing senang menggoda, seakan jika maid nya itu tersenyum dia seperti mendapatkan lottre. Yixing tidak usil, dia hanya bosan dengan bersikap seperti biasa saja. Dia senang berbicara sambil makan, tertawa atau bahkan bernyanyi seperti yang dilakukan keluarga Brian Ken. Jika itu makan malam bersama maka rasanya nyanyian Disney pun akan kalah karena Mr Brian si pencipta lagu-lagu aneh akan segera mengeluarkan bakatnya. Membuat Yixing tertawa bahkan kadang sampai mengeluarkan airmata karena dia tidak bisa berhenti.

Yixing tersenyum sendiri mengingat kejadian-kejadian menyenangkan di Sidney. Andai saja dia bisa lebih lama lagi berada disana. Mungkin kehidupannya tidak sedatar ini.

" Yixing minggu depan kita akan ke Korea."

" Korea? Untuk apa?."

" Untuk berjumpa dengan rekan bisnis dan saling mengakrabkan saja." Jawab sang ayah

Yixing tidak menjawab, dia memang tidak mengerti bisnis. Namun Yixing tetap mengambil sekolah tentang bisnis seperti yang ayahnya sarannya. Yixing memang seorang anak penurut. Karena dia tidak mungkin membangkang. Dia anak satu-satunya. Ibunya telah meninggal, tidak ada salahnya dia menjadi anak yang berbakti kepada sang ayah yang semakin memasuki usia senja itu.

" Baik ayah." Jawab Yixing

Tuan besar Zhang mengangguk dan kembali makan dalam diam bersama anak laki-lakinya.

.

.

Yixing memandang koper yang telah di persiapkan maid nya itu. Dia hanya membawa sedikit baju dan peralatannya. Mungkin berbelanja di Seoul bisa mengembalikan moodnya yang masih rindu Sidney.

" Apa benar kau tidak mau oleh-oleh? Lihat bahkan yang menjaga DolDol anjing ayah saja memesan serbuk green tea sebagai oleh-oleh." Ucap Yixing memeriksa kembali daftar pesanan di ponselnya.

Seharian ini dia telah berkeliling rumah hingga kebun untuk bertanya apakah para pekerja di rumahnya menginginkan oleh-oleh dari Korea. Jika Yixing sedih harus berpisah dengan Sidney maka berbeda dengan para pekerja dirumahnya yang senang Yixing telah kembali.

Keberadaan Yixing berarti makan siang tambahan, cemilan di sore hari dan extra pijat di saat weekend. Yixing dengan senang menyewa 1 panti pijat datang kerumahnya hanya untuk pekerja dirumahnya.

" Tidak usah Tuan muda." Jawab maid nya lagi.

" Apa kau tidak tertarik apapun dari negara sana?." Tanya Yixing memastikan lagi. Yixing hanya tidak mau jika dia pulang nanti ada salah satu pekerja di rumahnya yang tidak merasakan oleh-olehnya.

" Saya hanya tau Lee Min Ho saja dari Korea Tuan."

" Jadi kau mau aku bawa Lee Min Ho kesini?." Tanya Yixing

" Bukan seperti itu Tuan muda. Maksud saya, saya tidak tahu apa-apa lagi dari Korea."

" Astaga.. Kalau kau tahu pasti kau sudah membujuk aku untuk pindah disana dan membawamu." Ucap Yixing

" Memang disana ada apa saja Tuan muda?." Tanya maid penasaran

" Semuanya ada. Atau… Baiklah aku akan membawakan mu jodoh orang Korea saja bagaimana? Tidak dapat Lee Min Ho yang penting dapat orang Korea kan? Mereka tampan-tampan."

" Ti-tidak usah Tuan muda. Saya belum mau menikah." Maid Semakin tersipu mendengar perkataan Yixing.

" Ah kau ini semakin membuatku pusing saja. Ya sudah nanti kubawakan permen gingseng saja."

" Apa saja Tuan Muda. Asal tidak merepotkan Tuan muda."

" Tentu tidak. Aku senang melakukannya."

" A-apa Tuan muda ke Korea untuk mendapatkan jodoh juga?." Tanya maid pelan

" Apa? Jodoh? Tidak. Aku hanya menemani ayah saja. Ada urusan bisnis kau tahu kan aku tidak mengerti. Mungkin ada baiknya aku ikut sekalian mempelajarinya." Ucap Yixing sambil tiduran dan mengunyah permen jelly.

" Tidak ada salahnya juga kan Tuan. Seperti Tuan muda katakan tadi, laki-laki Korea tampan-tampan."

" Lalu apa itu artinya aku akan menikahi seorang laki-laki? Tentu tidak. Aku hanya ingin membuat kau tertarik dengan tawaranku. Aku mungkin akan mencoba mengencani seorang member girlband bagaimana menurutmu?."

Maid dengan cepat menggelengkan kepalanya.

" Kenapa?." Tanya Yixing heran melihat reaksi maid nya.

" Mereka selalu memakai pakaian sexy. Apa Tuan Muda mau mempunyai istri yang tubuhnya di lihat oleh banyak orang?."

" Hmm. Tidak apa toh kan hanya aku yang menikmatinya." Ucap Yixing tertawa membayangkannya.

" Tidak Tuan. Tuan muda lebih cocok bersanding dengan laki-laki penerus yang memiliki masa depan cerah."

" Apa? Kenapa aku harus mempunyai jodoh seperti itu?!."

" Karena menurutku Tuan muda lebih cocok di jaga daripada menjaga." Ucap maid dengan yakin.

" Hei kau meremehkanku." Yixing melemparkan bantalnya yang ditepis maid.

" Tidak Tuan muda. Hanya saja hati dan perasaan Tuan muda terlalu lembut bagiku. Aku bahkan tidak rela jika Tuan muda akan dipermainkan dengan wanita-wanita."

" Jadi lebih bagus aku yang mempermainkan laki-laki?." Tanya Yixing yang semakin terbuai dengan obrolan jauh dari topik awalnya.

Maid menanggguk.

" Tapi kurasa Tuan muda juga tidak akan mempermainkan perasaan seseorang. Karena aku tahu bagaimana Tuan muda. Pakaian Tuan muda semua sudah masuk dalam koper. Hari sudah malam. Lebih baik Tuan muda beristirahat saja."

" Baiklah-baiklah. Terimakasih sudah membantuku membereskan koper. Nanti aku akan membelikanmu ekstra oleh-oleh."

" Terimakasih Tuan muda. Saya permisi pamit."

Maid menutup pintu kamar Yixing. Meninggalkan Yixing sendirian di dalam kamar dengan sebungkus permen jelly di tangannnya. Masih memikirkan perkataan maid tadi. Apakah benar bahwa dia lebih baik berjodoh dengan seorang laki-laki. Yixing tersenyum kecil, dia pun tidak bisa menemukan jawabannya. Alangkah baiknya perempuan ataupun laki-laki jodohnya kelak merupakan seseorang yang dia cintai.

Yixing membenamkan dirinya dalam selimut putih miliknya. Entahlah sekarang dia merasakan panas di sekitar pipinya. Obrolan ringan bersama maid nya kali ini benar-benar membuat moodnya meledak mengeluarkan kupu-kupu tanpa sebab yang nyata. Yixing seperti merasakan jatuh cinta. Padahal dia sendiri pun tidak yakin dengan siapa dia merasakan hal ini.

" Yixing! Sadarlah! Ini Cuma imajinasimu saja." Ucapnya menenangkan hatinya sendiri.

.. For Life..

Jalanan kering dan panas itu seakan membakar kulit Junmyeon. Andai saja mobilnya tidak diminta berhenti di ujung jalan tadi mungkin dia tidak akan merasakan sepanas ini. Laki-laki berparas mengerikan dengan sebuah tusuk gigi di sudut bibirnya memerintahkannya untuk keluar dari mobil dan menjalani pemeriksaan jika ingin masuk wilayah ini. Andai saja Junmyeon tidak benar-benar perlu dia bisa saja menghajar laki-laki itu. Namun yang Junmyeon butuhkan saat ini hanyalah bersabar dan menuruti keinginan konyol mereka.

" Dimana dia! Aku sudah berjalan sejauh ini!." Junmyeon mulai menggurutu.

Menurut laki-laki mengerikan tadi dia hanya perlu jalan 5 menit untuk bisa sampai ke lokasi perjanjian dalam telepon. Namun ini sudah hampir 20 menit dan Junmyeon tidak membaca satu plang menyebutkan bahwa dia berada di tempat yang benar.

" Sialan! Apa dia menipuku lagi!."

" Pelankan suaramu Junmyeon. Ini daerahku kau tidak berhak untuk memaki disini."

Seorang laki-laki berpakaian hitam dengan rambut berwarna coklat keluar dari salah satu sudut bagunan. Tampaknya dia daritadi telah menunggu Junmyeon untuk kehilangan kesabarannya.

Junmyeon menatap namja di depannya, bola mata yang sama namun sorot yang berbeda. Bibir yang hampir sama namun dihiasi smirk yang menjengkelkan.

" Suho. Mari kita berbicara."

TBC

Jadi begini…

Kenapa FF aku yang lain tidak aku lanjutkan itu bukan karena aku ga nerusin. Tapii… laptop ku lagi rusak keyboard nya dan semua FF ku pakai kata sandi untuk buka di MC word nya (laki aku kepo banget sih suka buka-buka file aku) Karena rata-rata lanjutan FF ada di laptop semua dan sudah 80% aku buatnya. Makanya aku ga lanjutkan dulu sampai laptop baik.

Nah kenapa upload judul baru karena judul ini dibuat di word hp ga di laptop hiks. Dan aku udah rindu SuLay bangeeet T.T makanya nekat upload aja.

Mohon di maafkan yah….