Note: Eh… Udah lama ngak nulis jadinya aku buat sedikit cerita sangat pendek deh.

Disclaimer: bla bla bla bukan bla bla

Lubang

"Sensei! Tolong!" Ujar anak itu namun tidak terdengar nada panik di dalamnya. Untuk kesekian kalinya, Hyoga terjerembab ke dalam lubang salju dan untuk kesekian kali pula Camus menghela nafas dan berjalan menuju tempat itu. Entah sudah berapa ratus kali dia mengingatkan anak kecil itu untuk selalu berhati-hati bila sedang menyusuri lapangan putih namun selalu tersembunyi bahaya itu. Salju memang indah tapi sangat berbahaya, sedikit salah langkah, nyawa bisa melayang meskipun mereka saint dan calon saint yang tahan terhadap suhu di bawah nol derajat. Aneh sekali, entah karena umur Hyoga yang terlalu kecil atau memang otaknya sedikit tumpul. Isaac tidak pernah tersungkur masuk ke dalam lobang salju berkali-kali.

"Hyoga, ini sudah ke dua ratus kalinya, bisakah kamu lebih berhati-hati bisa berjalan di atas salju seperti ini? Siberia terdiri dari es yang membeku, salju yang lembut dan tidak semuanya tanah." Dia melihat ke bawah, tangannya melipat di depan dadanya. Bukannya menunduk dengan rasa bersalah, Hyoga malah tersenyum manis dan melihat ke atas dengan mata khas layaknya anjing yang sedang memohon.

"Menurutmu ini sebuah permainan, Hyoga?" Dia menatap dengan rasa curiga sebelum Camus menghela nafas dan mengangkat badan kecil Hyoga. "Sekali lagi ini terjadi, kamu lebih baik diam di situ selamanya." Ucapnya dingin sambil berjalan ke arah desa penduduk yang terletak tidak jauh dari situ. Mata biru anak pirang tersebut menatapnya dengan termenung, mungkin sudah saatnya dia mengakhiri permainan ini. Dia hanya suka dengan tangan hangat Camus yang mengangkat tubuh kecilnya itu dan Camus hanya memberikan sentuhan fisik bila ia sakit atau sedang dalam keadaan bahaya seperti tadi…

Saint

Seiya

Di lain pihak, Camus sempat menyesali kata-kata yang dilontarkannya itu, namun ia mendidik seorang saint bukan seorang yang lemah… rambut Aquarius yang panjang tersibak angin dingin yang seketika bertiup kencang. Hem… dia harus dengan cepat berjumpa dengan temannya, teman sebayanya itu tidak seperti dirinya yang tahan dingin dan … dia terdiam ketika melihat sesuatu di depannya... Baru saja pikiran mengenai sahabatnya itu terlintas, anak itu sudah ada dalam pandangannya. Camus melihat ke bawah dengan ekspresi muka sangat datar.

"Hey, Camus…" Sahut Milo dengan senyum khas yang menghiasi wajahnya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Camus, satu alis matanya bergerak ke atas, bukan karena bingung tapi karena curiga. Tangannya langsung melipat di depan dadanya.

"Em… baru saja mau naik dari lubang sialan ini ketika kamu datang. Hehe." Teman berambut birunya itu tersenyum jahil sambil mengaruk kepalanya yang pasti tidak gatal.

"Kamu bukannya sengaja kan? Setiap kali kamu ke sini sepertinya memang selalu jatuh ke lubang salju seperti itu."

"Apa maksudnya?" Jawab teman karibnya itu pura-pura bodoh. Camus hanya bisa menghela nafas sebelum dia menarik tangan sahabatnya itu. Begitu ditarik datanglah pelukan yang sudah dapat ia kira. "Makasih, Mus."

"Milo, bisa ngak kamu tidak melakukan hal seperti ini. Aneh sekali, Hyoga sepertinya mulai meniru kamu." Katanya datar tanpa melakukan sesuatu untuk melepas pelukan eratnya itu. Dia sudah pasrah, apapun yang dia lakukan sama sekali tidak bisa menghalau kebiasaan Milo untuk memeluk dia. Meski… dia sendiri tidak terlalu keberatan…

"Hehe, Anak itu pintar donk, you know, tidak semua seperti kamu yang anti dengan kontak fisik." Milo tertawa kecil sebelum melepaskan sahabatnya itu. Camus hanya bisa memutar bola matanya sebelum ditarik oleh saint Scorpio menuju satu-satunya café desa.

Owari

Note: XD ngak komentar deh