Hai hai.. Aku Shikaori Tooya dan ini fanfic pertama di tahun 2016 ini. Thank you buat yang udah klik cerita ini dan saya yakin kebanyakan kalian adalah fans dari Mystic Messenger. Atau minimal yang ikut download game ini dan main routesnya.. ^^

Yah, Mystic Messenger bukan punya saya, tapi punya Cheritz. Jadi saya kreditkan namanya di samping.

Overall, fanfic ini adalah tumpahan drama yang ada di otak saya karena Mystic Messenger. Di fic ini ada dua MC : blondie dan brunette MC. 80% menceritakan apa yang terjadi di game, 20% adalah imajinasi saya. Ini fic bersambung dan satu episode ficnya panjang-panjang seperti fic-fic saya sebelumnya *penyakit saya ini.

Anyway...

Terima kasih buat yang udah klik, selamat baca, maaf kalau garing dan ngebosenin, maaf kalau kurang drama...

Have a bite~~~.. ^^

...


Chapter 1 : R.F.A ?

...

...

Namaku Haneul. Aku tidak memiliki nama belakang, tapi kau boleh memanggilku Park Haneul. Umurku 20 tahun. Aku seorang editor artikel di Pen Ink Paper selama hampir dua tahun, sebuah perusahaan penerbit di Seoul. Aku karyawan penuh waktu di sini. Apa kau ingin tahu bagaimana bisa orang seumurku berakhir di kursi karyawan setiap hari selama hampir dua tahun ini?

Aku akan menceritakannya..

Aku seorang yatim piatu. Nyonya Park pernah bercerita padaku soal ia menemukanku di sebuah kardus buah-buahan depan perpustakaan tempat ia bekerja. Saat itu musim gugur dan cuaca dingin dapat dengan mudah membunuhku jika ia meninggalkanku di sana. Aku tidak akan marah padanya jika itu terjadi. Banyak orang tahu bahwa Nyonya Park memiliki panti asuhan kecil yang dikelola bersama suaminya. Saat itu ia memiliki lima orang bayi seumurku yang ia pungut dari jalanan. Kondisi ekonominya saat itu sedang sulit. Umurnya masih dua puluh tiga tahun dan suaminya hanya seorang staf gudang di sebuah supermarket. Walaupun kondisi mereka saat itu sedang sulit, mereka tetap berhati besar untuk mengurus beberapa bayi tidak beruntung sepertiku. Aku bersyukur karena Nyonya Park tidak meninggalkanku saat itu. Ia membawaku pulang dengan harapan bahwa Tuan Park akan membawa beberapa kaleng susu formula yang dibagikan secara cuma-cuma kepada karyawan supermarket karena tanggal kadaluarsanya semakin mendekat.

Aku tidak pernah tahu siapa ibuku, atau ayahku. Karenanya mereka memargaiku dengan marga mereka. Walaupun begitu, aku sadar bahwa aku bukan bagian dari keluarga berpenuh kasih ini. Aku tetaplah seorang bayi yang mereka pungut dan mereka beri nama Haneul. Dan dengan berbaik hati juga mereka meminjamkan marga Park ini agar aku tidak mendapat 'perlakuan khusus' selama hidup. Apa kau bisa bayangkan kehidupanmu yang tidak memiliki marga di tengah orang-orang bermarga dan berkeluarga? Aku merasakannya. Mendapat cap sebagai anak tanpa orang tua pun sudah cukup bagiku.

Mungkin sebagian dari dirimu akan berpikir aku kuat perihal aku tidak kunjung bunuh diri karena ini. Atau mungkin sebagian dari dirimu akan berpikir bahwa aku terlalu lemah karena mengeluh soal hidup tanpa marga. Tapi percayalah, ini sulit jika aku harus kembali ke masa itu. Ditambah lagi fakta bahwa kau tidak benar-benar pintar untuk menjadi bahan contekan teman-temanmu. Saat-saat itu adalah yang paling menyedihkan.

Aku hidup saat ini karena aku berpikir, akan sangat percuma Nyonya dan Tuan Park membesarkanku hingga sekarang jika akhirnya aku memilih bunuh diri. Mereka memberiku hidup. Setidaknya aku harus membalas kebaikan mereka. Karenanya, begitu lulus SMA aku memutuskan untuk bekerja dan membantu keuangan panti asuhan Tuan dan Nyonya Park. Sahabatku selama SMA, Jiyoong berbaik hati merekomendasikan diriku pada ayahnya. Ayahnya adalah seorang pemilik perusahaan penerbit bernama Pen Ink Paper ini. Jiyoong bilang pada ayahnya bahwa aku memiliki kosa-kata dan bahasa Korea formal yang baik dan berbakat untuk menjadi seorang penulis. Aku bersyukur memiliki sahabat yang baik seperti dia. Pak Ryu pun akhirnya menerimaku untuk bekerja sebagai editor di perusahaan ini.

Aku benar-benar senang. Setidaknya ada satu hal yang dapat kulakukan di hidup ini.

Aku tidak memilih kuliah. Aku tidak pintar sehingga sulit memperoleh beasiswa. Selain itu, jika kupaksakan kehendakku ini, bagaimana dengan nasib-nasib adikku yang lain? Adik-adik kecil di panti asuhan maksudku. Seiring waktu, panti asuhan Nyonya Park ini membesar. Dari sumbangan dan dana pribadilah kami membiayai panti asuhan dan menghidupi diri. Sedikit keberuntungan ini tidak mungkin aku ambil untuk diriku sendiri. Aku harus seperti kakak-kakakku di panti asuhan ini, yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga besar kami. Walaupun tidak seberapa.


Sudah hari ke sepuluh aku duduk di kursi ini. Kursi mahal yang selalu aku lihat di mall-mall besar. Sudah siang ke sembilan aku berada di sebuah apartemen yang katanya milik seseorang bernama Rika.

Rika, huh?

Aku juga tidak kenal siapa dia. Aku hanya mengetahuinya, bahwa dia adalah salah satu pendiri asosiasi amal.

Huft..

Aku bosan, sungguh.

Selama sepuluh hari ini aku tidak banyak keluar dan banyak berbincang dengan teman-temanku. Aku bahkan belum pulang sejak beberapa hari ini. Selama sepuluh hari ini aku menghabiskan waktu di sini. Bekerja pun dari sini. Aku tidak bisa dan tidak boleh menemui siapapun. Lokasi ini pun tidak boleh aku beritahu pada siapapun. Aku merasa diculik, sungguh.

Semua ini berawal dari sebuah stasiun kereta bawah tanah beberapa hari yang lalu. Saat itu aku baru saja pulang dari Olivio Cello, sebuah kafe kopi milik teman SMA yang secara berbaik hati mengundangku ke acara peresmian kafenya ini. Hari itu sabtu malam. Aku sudah minta izin pada Nyonya dan Tuan Park perihal pulang malam karena menemui teman-temanku di Olivio. Mereka berdua mengizinkanku dan berkata bahwa ini bukanlah masalah. Mengingat diriku bekerja sepanjang minggu, mereka pikir aku pantas mendapatkan waktu pribadi.

Alhasil, pukul 11.38 malam aku berdiri di peron untuk menunggu kereta yang akan datang. Kereta selanjutnya akan datang kurang lebih dua belas menit lagi. Aku menunggu di sana bersama sejumlah kecil orang yang akan menaikki kereta tersebut, kurasa.

Aku menunggu dengan sabar sembari menikmati lolipop seukuran ceri rasa kola dan ponsel di tanganku. Perbincangan mengenai pesan misterius sedang booming saat itu. Hal itulah yang membuatku asyik menghabiskan waktu beberapa menit berdiri di peron tanpa merasa pegal. Pesan misterius sedang menjadi buah bibir orang-orang di media sosial. News Feed Picstagram milikku penuh dengan hal tersebut. Seingatku, aku tidak pernah tertarik dengan hal-hal berbau misterius seperti ini. Namun jika hal yang tidak menarik minatku –sebelumnya- membanjiri news feed selama beberapa hari, pastilah pesan misterius ini sesuatu yang besar.

Dikatakan bahwa pesan misterius ini adalah suatu pesan yang tiba-tiba muncul begitu seseorang mengunduh aplikasi tertentu dari Cherry Store, Noogle Play, dan sejumlah situs berbasis unduh aplikasi lainnya. Ada yang bilang bahwa pesan misterius ini adalah sebuah virus, ada yang bilang ini adalah ulah iseng para hacker, ada juga yang bilang bahwa ini adalah cara promosi terbaru yang sedang hits. Apapun itu, ini cukup membuatku merinding, tapi tidak cukup berminat untuk mengetahui soal apa pesan misterius ini.

Di tengah-tengah asyiknya aku melahap isi Picstagramku, aku melihat foto seseorang yang begitu tampan. Aku klik foto tersebut dan kulihat ada banyak sekali komen di sana. Kupikir kebanyakan komen itu dilakukan oleh perempuan seumuranku. Mereka semua banyak berkomen pujian dan kata-kata cinta ala fans pada idolanya. Kurang lebih seperti ini :

"Zen, kau sangat tampan~!"

"Oppa, kapan pertunjukanmu selanjutnya? Aku tidak sabar ."

"Kyaaa~.. andai pacarku setampan dia~.."

"Zen, aku cinta padamuuu…!"

"Zen, menikahlah dengankuu…!"

"Hmm… Namanya Zen, ya?" gumamku pelan.

Jariku dengan cepat dan refleks mengklik akun Picstagram pemostingnya. Oppa ini memang sangat tampan. Dalam hitungan detik, aku merasa diriku seperti tertarik padanya. Diriku fangirling secara bertahap seiring dengan semakin banyaknya aku melihat kumpulan selfie di akun Picstagram itu. Dalam waktu kurang dari lima menit, kini aku tahu siapa dia. Dia adalah seorang aktor pertunjukan musikal yang memiliki banyak fans. Aku tidak pernah menonton pertunjukan musikal sebelumnya, namun berkat melihat oppa ini aku jadi merasa tertarik.

Kupikir Da Hae sempat mengajakku menonton pertunjukan musikal minggu depan. Dia juga bicara soal aktor tampan yang menjadi pemainnya. Jika Zen ada di sana, kurasa aku akan mengiyakannya.

Maksudku, tidak sering aku melihat oppa tampan seperti ini! Jika ada kesempatan, mengapa tidak? Huehehe..

Setelah itu, aku mencoba mencari tahu lebih dalam sosok bernama Zen ini. Aku melihat ia sangat terbuka terhadap fansnya. Alamat rumah, akun sosmed, akun Youjust, nama agensi, no telp, e-mail, dan sebagainya dapat dengan mudah ditemukan. Ia benar-benar sangat terbuka! Apa ia tidak khawatir jika ada orang yang berniat jahat terhadapnya?!

Saat itu aku tidak terlalu memikirkan. Fans mana pula yang begitu? Aku melihat apa saja akun sosial media yang Zen punya. Dari semuanya, kulihat akun ashfm-nya lah yang paling aktif. Banyak sekali fans-fans yang berinteraksi dengannya dan ia pun menanggapinya dengan ramah.

Benar-benar idola masa depan! Aku semakin merasa pantas untuk membuang waktuku demi lelaki tampan ini. Karenanya, aku memutuskan untuk mengunduh ashfm hanya untuk berinteraksi dengannya.

Ya! Ini sangat pantas dengan waktuku!

Aku segera membuka Cherry Store dan mencari nama aplikasi tanya-jawab ini. Begitu menemukan apa yang aku cari, jariku dengan senang hati menekan tombol 'unduh'.

Hatiku berdebar-debar. Kurasa bibirku pun tersungging membayangkan diriku akan bercakap dengan lelaki tampan seperti ini. Terlebih lagi ia sangat ramah. Oh Tuhan, terima kasih karena sudah menunjukkan padaku bahwa masih ada lelaki tampan, aktor, terkenal, rendah hati, dan baik seperti ini. Aku bersumpah tidak akan lagi memandang laki-laki sebagai sosok arogan! Aku harap kekasihku nanti akan setampan, sebaik, dan sehumble Zen!

"Oh. Unduh selesai!" gumamku senang.

Ibu jariku menyentuh icon aplikasi tersebut. Tiba-tiba….

Layar ponselku menjadi aneh. Ada tampilan koding untuk beberapa saat. Setelahnya, sesuatu yang bernama Unknown menyapaku. Seakan dia memang bicara padaku.

Ini aneh.

Kenapa ponselku seperti ini? Ini tidak seperti tampilan ashfm pada umumnya. Oke, aku memang baru saja mengunduhnya, tapi ini sungguh aneh.

Aku merasa merinding. Layar ponselku berubah aneh, sesuatu yang tidak aku tahu menyapaku, dan ini sudah hampir tengah malam di peron kereta!

Aku memberanikan diriku untuk membalasnya. Aku berharap semoga saja ini iklan yang biasa ada di Youjust –walaupun sepenglihatanku tidak ada tanda untuk skip-.

Dengan cepat dia membalas apa yang aku tulis!

Astaga..

Dia kemudian bicara padaku soal keinginannya menemui seseorang yang mana sebenarnya itu bukan kepentinganku. Dia ingin aku menemui orang tersebut karena sesuatu yang ia temukan. Soal ia ingin melakukan hal baik hingga ia memohon padaku untuk melakukannya demi dia. Ia bahkan sampai menunjukkan fotonya agar aku percaya.

Tapi…. Entahlah. Akhirnya aku berbalik untuk mau membantunya. Ia bicara soal ingin melakukan hal baik sekecil apapun karena ia memiliki keyakinan. Di negara ini, jarang sekali orang berkeyakinan seperti dirinya. Mungkin inilah yang membuatku tersentuh dan mau membantu. Dan karena ini jugalah aku tertinggal kereta yang sudah sejak lama aku tunggu.

Singkat cerita, aku pergi ke alamat yang ia tujukan. Sebuah apartemen yang klasik dan mahal kupikir. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk datang ke tempat seperti ini sebagai seorang tamu. Yang paling mungkin jika aku menginjakkan kaki di tempat ini adalah karena aku menjadi seorang pelayan atau resepsionis –jika beruntung.

Aku berjalan menyusuri apartemen itu sambil melihat sekeliling. Takjub dengan semua seni yang ada di sana. Aku pernah ke apartemen. Milik Jiyoong saat dulu kami bersama-sama mengerjakan tugas sekolah. Itu sudah berlalu beberapa tahun yang lalu. Jiyoong kini ada di Inggris, sekolah hukum untuk menjadi seorang pengacara. Ia sungguh beruntung.

Tidak terasa aku sampai di depan kamar yang jadi alamat tujuanku. Aku berdiri di sana mematung karena kulihat sesuatu yang aneh. Seperti tombol ponsel di kenop pintunya. Kupikir ini sejenis alat keamanan yang menggunakan sandi.

Aku mengadukannya pada Unknown.

Tanpa drama, ia dengan cepat memberikan kode untuk diinput dalam alat tersebut. Pintu itu terbuka namun tidak ada siapa-siapa di sana.

Aku tahu ini aneh dan harusnya aku lari keluar dan melapor ke polisi. Tapi… jika aku pergi dan melapor ke polisi sekarang, bagaimana dengan CCTV yang merekamku sejak masuk ke apartemen ini? Apa yang akan mereka lakukan jika melihatku lari dari kamar yang aku buka pintunya tanpa menutup lagi?

Aku mendadak merasa menyesal dan kembali bicara pada Unknown. Namun lagi-lagi ia berhasil meyakinkanku untuk masuk ke sana.

Aku rasa tidak ada pilihan. Aku melanjutkan diriku masuk ke sana dan tiba-tiba..

"…Eh…?" aku melihat ponselku menampilkan layar aneh seperti sebelumnya.

"… A…APA INI?!" aku agak histeris. Wajar saja menurutku. Aku sangat takut perihal virus atau apapun yang dapat merusak ponselku. Aku menabung sangat lama untuk membeli ponsel ini!

Lalu…

Yoosung : "Aku tidak lulus UTS…"

707 : "Karena kau main LOLOL setiap malam LOL."

Jumin : "Jika kau berminat untuk bekerja di perusahaan kami, kau harus mengutamakan IPKmu."

Yoosung : "Kau masih mempertimbangkanku?"

Jumin : "Ya."

707 : "Syukurlah. Kau langsung bekerja begitu keluar dari universitas lol. HARI GINIII…!" *v*

Zen : "Huh, nepotisme.."

Aku memandangi ponselku tidak percaya. Kenapa… kenapa ada tampilan chatting seperti ini? Mereka siapa? Terlebih lagi, lelaki berambut putih itu mirip seperti Zen! DAN NAMA USERNYA PUN ZEN! Tapi aku yakin sekali ini bukan ashfm. Setidaknya aku belum mendaftar atau membuat akun. Lantas, mengapa tampilan seperti ini muncul di ponselku?

Yoosung?

707?

Jumin Han?

Z-Zen…?

SIAPA MEREKA?!

Aku terpaku menatap layar ponsel. Antara membaca percakapan ini dan bingung sendiri.

..

707 : "Tunggu!"

Yoosung : "Kenapa?"

Zen : "?"

707 : "Seseorang log in di chat room ;;"

Jumin : "Haneul…?"

'AAAAHHHH…! Yang satu itu menyebut namaku! Sial, aku harus bagaimana…?!' histerisku dalam hati.

Zen : "Mungkin ada yang download dua kali?"

707 : "Mungkin?"

Jumin : "Siapa yang mendownload dua kali?"

Yoosung : "BUKAN AKU!"

'Aaaah… baiklah. Kurasa aku harus menulis sesuatu.. Mungkin mereka bisa membantu..'

Haneul : "Halo.."

Yoosung : "GAHHH DIA BICARA!"

Zen : "Jadi bukan dua smartphone."

Jumin : "Siapa kau?"

'Mereka merespon.'

Selanjutnya, aku membaca dalam keadaan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka bicara soal Rika. Apartemen Rika, tepatnya. Salah satu dari mereka bicara soal melacakku yang berasal dari sebuah apartemen.

Yang mana adalah benar.

Mereka terus mempermasalahkan kedatanganku yang menurut mereka mencurigakan. Aku pun tidak tahu apa-apa di sini. Mereka pun tidak mengerti mengapa aku ada bersama mereka sekarang dan di sebuah apartemen seseorang yang mereka kenal.

Haneul : "Aku… hanya ingin berbincang dengan orang tampan." Aku lupa nama Zen saat itu. Dan aku merasa lebih bodoh saat kuingat ada yang bernama sama dan memakai foto orang yang kumaksud dalam chatroom tersebut.

Zen : "Orang tampan? Maksudmu…"

Zen : "Kau mau berbincang denganku~?"

Haneul : *TRIGGERED.

Mereka terus ribut.

Tidak berapa lama seseorang bernama V log in dan dia bicara bahwa apartemen tempatku berada adalah milik Rika dengan atas namanya. Dia tidak banyak membantuku untuk mengerti sedikit hal di sini. Ia malah bicara pada yang lain soal kemungkinan seseorang bernama Rika itu ingin aku berada di sini dan mengerjakan pekerjaannya. Ia bahkan bicara soal aku yang tidak boleh menyentuh apapun di sini dan kalau aku melanggar, akan ada alarm dan sebagainya.

Urghhh..

Percakapan di antara mereka berlangsung selama beberapa menit hingga akhirnya kurasa mereka menerimaku secara terpaksa. Mereka menjelaskan ruang chat apa ini, RFA, siapa Rika, apa yang dilakukan Rika, dan sejenisnya. Di tengah kebingunganku, aku menangkap bahwa RFA merupakan satu asosiasi khusus yang bergerak di bidang amal. Dalam perjalanannya, RFA sering mengadakan pesta amal di mana tamu-tamu pesta tersebut adalah orang-orang kaya yang akan berdonasi melalui kami. Katakanlah untuk orang-orang sepertiku dan saudara-saudaraku yang lain. Rika, sebagai salah satunya adalah koordinator pesta yang sering mereka lakukan itu. Hanya saja kini ia telah tiada dan pesta terakhir yang dilangsungkan terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu. Ruang chat itu atau aplikasi tersebut –setelah kusadari dengan baik bahwa ini bukanlah ashfm- adalah satu-satunya yang menghubungkan mereka. Sejenis aplikasi privat untuk anggota RFA sendiri.

Di akhir percakapan dan penjelasan itu, mereka mengajakku bergabung sebagai pengganti Rika. Mereka berpikir bahwa keberadaanku di sana adalah kehendak Rika agar organisasi ini bisa kembali melakukan pesta donasi untuk berbagi kebaikan. Seseorang yang bernama Yoosung terlihat semangat sekali.

Aku tidak punya pilihan. Lelaki bernama V itu berhasil membuatku berpaling dari niat kabur dan melapor ke polisi.

Detik selanjutnya, aku mengiyakan permintaan mereka untuk bergabung dalam RFA.


Banyak hal yang kudapat dari RFA. Hari demi hari aku bertukar e-mail dengan banyak orang penting dan yang MUSTAHIL penting.

Huft..

Aku tidak merengek, juga tidak mengeluh. Lambat laun mereka semakin menerimaku. Aku mulai kerasan dan menerima apa yang terjadi di sini. Aku masih tetap bekerja sebagai editor dengan memohon bantuan Jiyoong agar memberikan pengertian kepada ayahnya bahwa aku sedang merawat seseorang saat ini. Syukurnya beliau mengerti. Ia merasa bahwa pekerjaanku tidak butuh di tempat. Semua pekerjaanku dapat dihubungkan dengan e-mail, pikirnya.

Untuk Tuan dan Nyonya Park, aku mengatakan pada mereka bahwa aku ada tugas di luar kota sementara waktu. Kukatakan pada mereka bahwa Pen Ink Paper telah membuka kantor cabang baru di Ulsan dan pihak Ulsan membutuhkanku untuk memberikan pengarahan sebagai editor.

Faktanya, aku berada di sebuah apartemen dengan tugas penting sebagai koordinator pesta amal.

Aku menyukainya.

Fakta bahwa aku bertemu dengan beberapa orang yang pernah muncul namanya di artikel yang kutangani. Aku tidak akan menjalani kesempatan ini jika aku menolak bergabung di RFA.

Sepuluh hari ini benar-benar berarti.

Banyak yang sudah aku alami. Aku sedih dan tertawa. Hanya melalui smartphone, aku merasa hubunganku dengan para anggota RFA ini kian menguat.

Aku selalu kasihan jika mendapati Jaehee dengan segudang tugas yang Jumin Han berikan. Aku selalu berpikir bahwa menjadi seorang perempuan karir dengan setelan rapi seperti Jaehee akan sangat menyenangkan. Kau akan dihormati, kau akan disanjung, gaji besar, apapun yang kau inginkan akan terpenuhi dengan mudahnya. Namun kulihat bukan itulah yang terjadi pada Jaehee. Kupikir gajinya memang besar, namun tanggungjawabnya pun luar biasa. Mungkin Jaehee adalah role modelku selanjutnya. Ia begitu pekerja keras dan ia sabar menjalaninya.

Namun begitu, kadang aku pun merasa kejam ketika melihat Jumin Han dan Jaehee ada dalam percakapan yang sama. Awalnya kupikir Jumin adalah stereotype pria kelas atas pada umumnya : arogan, sombong, menyebalkan, manja, egois, dan sebagainya. Seiring waktu aku mendapati lelucon garingnya cukup membuatku tersenyum. Di sinilah aku merasa kejam pada Jaehee. Di kala Jaehee sedang merasa kesulitan akan kesibukannya, konglomerat itu mengeluarkan lelucon garing yang justru membuatku tersenyum. Seolah aku mendukungnya. Seperti bagaimana dengan entengnya ia menyuruh Jaehee memacari Yoosung.

Oh… dan Zen! Dia benar-benar Zen sang aktor musikal! Oppa favoritku yang secara tidak langsung menyeretku ke kehidupan ini. Ia memang ramah dan terbuka. Namun… narsisnya itu! Arrrghhh…! Aku sungguh tidak menyangka ada orang senarsis dia! Setidaknya, aku tidak menyangka bahwa ia senarsis ini. Oke, ia tampan, aktor, tinggi, keren, dan (bermulut) manis. Namun ia tidak harus seperti itu juga. Tapi tidak masalah juga sih untukku, hehehe. Toh memang ia patut berbangga karena ketampanannya. Hanya saja kadang berlebihan. Aku ingat bagaimana dulu Jaehee cukup sering menyinggungku soal Zen. Kurasa ia cemburu? Karena Zen sering bermulut manis padaku. Aku memang fans barunya dan kupikir Zen melakukan itu agar membuatku semakin loyal. Dan dari anggota yang lain, aku rasa memang seperti itulah sifat oppa Zen. Semakin hari, eonni Jaehee membaik padaku. Ia banyak memberiku info soal Zen seperti drama Jalapeno yang konon katanya aneh itu. Aku langsung mencarinya di internet dan menontonnya hingga puas. Akan sangat memalukan jika ada yang melihatku fangirling malam itu.

Seven…. uhm… dia lucu… atau tidak ya? Kurasa ia bipolar. Kadang ia sangat normal, kadang berapi-api, kadang sangat bijak, kadang sangat kekanak-kanakkan. Sangat tidak terduga. Aku tidak tahu banyak soal dia karena jarangnya ia berinteraksi dengan kami. Yang aku yakin dia pasti sangat pintar. Sudah banyak cerita bahwa orang dengan kejeniusan luar biasa sikapnya memang aneh. Eonni Jaehee pun mengatakan demikian.

Yang terakhir, Yoosung. Ah, usianya dekat denganku! Ia adalah yang paling ramah di antara semuanya! Aku yakin akan sangat menyenangkan jika aku bertemu dengannya nanti! Ia dengan ramah menyambutku di organisasi ini. Aku turut berduka atas kematian Rika selaku sepupunya. Jika ia sesering ini menyebut nama Rika padaku, aku yakin Rika adalah sosok yang sangat besar peranannya. Andai saja aku kuliah, aku dapat banyak bicara dengannya. Ehm.. maksudku, andai saja aku adalah gamer LOLOL.

Aku tersenyum saat itu. Mengenang semua hal yang terjadi di RFA selama seminggu lebih ini. Baru saja jariku mengklik tombol 'kirim' pada e-mail dari calon tamu pesta besok. Aku mengucapkan rasa terima kasihku atas kebersediannya hadir dalam acara kami. Rasanya usahaku terkurung di sini tidak sia-sia.

Yoosung : "Tidak kusangka akan ada pesta lagi besok! Rika pasti senang di atas sana! Ini semua berkat dirimu, Haneul. Terima kasih ya. ^^ Aku akan bersiap-siap. Sampai nanti..!"

Yoosung left chatroom.

Jumin : "Aku akan istirahat untuk hadir dalam pesta besok. Asisten Kang?"

Jaehee : "Ya, Tuan Han? Haneul pun beristirahatlah. Kau sudah berusaha, selebihnya serahkan saja padaku "

Jumin : "Hubungi Cat Rooms untuk melakukan reservasi besok. Elizabeth 3rd akan berada di sana selama pesta berlangsung. Katakan pada yang berwenang bahwa aku mengharapkan perawatan terbaik untuk Elizabeth 3rd dan aku ingin kau membawa Elizabeth 3rd terlebih dulu ke sana sebelum pergi ke pesta besok."

Jaehee : "Tapi Tuan Han…"

Jumin Han left chatroom.

Jaehee : "… Huft. Aku duluan."

Jaehee Kang left chatroom.

707 : "Kau tahu kan kalau pesta diadakan tengah hari besok? Berhubung tengah hari, aku bisa tidur dulu beberapa jam lolol."

Haneul : "Ya, Seven. Sampai bertemu di sana."

707 : "Yeaaa~"

707 : "Senang"

707 : "Bertemu"

707 : "DENGANMU"

707 : "Adiozz"

707 left chatroom.

'Saatnya memilih gaun untuk besok,' pikirku dalam hati.

Tidak berapa lama, ponselku bergetar. Aku lihat ada nama Lee Min Hyuk di sana. Tanpa menunggu, aku segera menjawab panggilan itu.

"Halo?" sapaku terlebih dulu.

"Hai, kau sudah siap?" tanyanya dari seberang sana.

"Ya. Sebentar lagi aku akan kesana. Kau sudah di sana?"

"Hmm… Ini tempat kerjaku, jadi aku sudah berada di sini sejak lima jam yang lalu~.."

"Hehehe, baiklah. Aku akan segera kesana."

Teman laki-lakiku ini akan membantuku mencari gaun yang pas untuk pesta besok.