DISCLAIMER: GAKUEN ALICE by Higuchi Tachibana
Obsession
Written by Luna Margaretha
Chapter 01: Betrayal
"Luna?!"
Bunyi pintu terbuka sangat keras mengagetkan dua orang yang berada di dalam kamar dalam keadaan telanjang bulat sambil memeluk sangat erat di atas tempat tidur. Pria berusia 27 tahun melihatnya terguncang atas perlakuan wanita tersebut kepadanya. Di depan kedua matanya sendiri!
Seorang wanita berambut pirang pendek sebahu, telanjang bulat di atasnya. Di bawahnya terurai selimut berwarna putih. Wajahnya semakin pucat saat melihat orang pernah ada dalam hidupnya muncul di sini. Wanita tersebut menjauhi laki-laki yang memeluknya, turun dari tempat tidur sambil mengangkat sehelai selimut ke atas.
"Na-Natsume, kenapa kau ada di sini?"
"Kau bilang, kenapa aku ada di sini?" tanya pria dipanggil Natsume, mendengus kesal ditanya seperti itu.
"Bu-bukankah kau ada di luar negeri?" tanya wanita itu pun gugup, tak bisa memandangi kedua pasang mata merah pria tersebut.
Natsume mendengus, lagi. "Jadi, kau menginginkan aku ke luar negeri supaya kau bisa bersenang-senang dengan dia?!" tunjuknya kepada laki-laki yang setengah ketakutan di atas tempat tidur lewat dagunya.
"Ma-maksudku bukan itu," ucap wanita tersebut menggeleng.
"Lalu apa?!"
"A-aku…"
"Jawab aku, Luna!"
Wanita dipanggil Luna menghela napas panjang, mengangkat kepalanya ke atas untuk menatap kedua bola mata merah menyala Natsume. "Sejak kau sering bekerja, kau nggak punya waktu untukku lagi. Kau selalu nggak menepati janji setiap kita pergi kencan atau sering bermalam bersama. Kau semakin jauh. Jauh dariku!"
"Tapi, bukan berarti kau mengkhianati aku!" geram Natsume sangat marah, mengepal erat kesepuluh jari-jarinya.
Luna mengencangkan helai selimut yang menutupi belahan dadanya, gemetaran pada geraman suara Natsume. "Aku memang bersalah, Natsume. Itu supaya kau lebih memerhatikan aku bukan pekerjaan. Asal kau tahu, aku terlanjur melakukan ini agar aku bisa mendapatkan kebutuhanku."
"Kebutuhan?!" decak Natsume. "Kau sebut ini kebutuhan?! Bullshit!"
"Natsume, kumohon dengarkan aku dulu!" ucap Luna lirih setelah melihat Natsume mengucapkan sumpah serapah sesaat dirinya mengatakan sebenarnya. "Aku masih mencintaimu, Natsume. Aku masih menunggumu waktu malam itu, tapi kau nggak kunjung datang. Kau malah memilih pekerjaanmu ketimbang diriku. Makanya aku kesepian," Luna meneteskan air mata.
"Ingatkah kau pada malam di mana kita bersatu?" Luna mengangkat topic kenangan masa di mana mereka menjalin kasih. "Aku sungguh senang. Aku memberikan keperawananku kepadamu. Hingga akhirnya orangtuamu memintamu untuk membantu pekerjaan mereka di perusahaan. Kau mulai berubah. Kita sudah nggak pernah melakukan hubungan itu lagi. Apa kau nggak tahu itu?"
Natsume mengangkat alis, tertawa geli. Luna semakin bingung pada sikap aneh Natsume. "Jadi, itu maksudmu? Gara-gara kita nggak bercinta, kau malah melampiaskan kebutuhanmu kepada pria lain selain diriku." Natsume bertepuk tangan. "Kau sungguh hebat, Luna. Sangat hebat!"
"Na-Natsume…,"
"Cukup!" Natsume mengibas tangannya. "Aku nggak mau dengar apa-apa lagi darimu. Kau sudah mengkhianatiku di saat aku mulai melamarmu lewat usahaku sendiri. Aku sengaja menyibukkan diriku supaya aku bisa mendapatkan uang untuk masa depan kita. Malam ini aku mau melamarmu, tapi kau malah mengejutkanku dengan pemandangan ini. Jadi, nggak ada yang perlu aku bahas denganmu." Natsume beranjak pergi, tapi dihalangi oleh Luna dengan cara meraih tangannya.
"Tunggu!" isak Luna menahan tangisnya. "Kau bilang, kau mau melamarku? Kenapa kau nggak bilang dari awal, Natsume?"
"Dari awal?" tanya Natsume sesaat menarik lengannya dari Luna, dirasakannya dirinya disentuh wanita menjijikkan. "Aku sengaja mengejutkanmu, tapi kau yang mengejutkanku. Makanya aku nggak butuh kau lagi. Mulai saat ini, kita putus! Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!"
"Aku nggak mau!" Luna menggeleng saat Natsume beranjak pergi. "Aku tahu kau masih mencintaiku. Kau masih tetap mencintaiku biarpun kita putus! Kita sudah berhubungan selama 7 tahun. Dan hubungan kita hampir memasuki masa indah, tapi kau yang duluan menjauhiku!"
Natsume berhenti, tak menoleh. "Kau yang duluan, Luna! Sebelum kau melakukan ini padaku, kesibukanku terarah pada usahaku untuk meraih apa yang aku mau agar aku bisa mendapatkanmu. Tapi, itu bukan urusanku lagi. Mulai hari ini, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Hubungan kita sudah berakhir!" teriak Natsume sekilas menatap Luna dan beranjak pergi.
Luna jatuh terduduk dengan lemasnya, tak menyangka Natsume bakalan mengatakan hal sekejam itu kepadanya. Membiarkannya menangis di lorong hotel sambil mengenakan selimut. Semuanya telah berakhir walaupun ini semua adalah kesalahannya sendiri. Luna mengerti bahwa yang mengkhianati hubungan ini adalah dirinya sendiri. Natsume tak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan wanita lain selain dirinya. Kenapa Luna nggak bisa menahan gejolaknya demi mendapatkan kebutuhannya? Seharusnya dia menunggu lelaki itu untuk melamarnya.
Luna benar-benar egois.
.
Mobil sedan merah Natsume melewati jalan-jalan kota Tokyo begitu kencangnya. Dirinya tak peduli pada kendaraan-kendaraan lain yang berjalan di sana. Yang lebih penting, dirinya harus meninggalkan semuanya. Meninggalkan dirinya yang dulu menyukai Luna yang gila kebutuhan.
"Sial!" Natsume mengumpat di belakang stir.
Diinjak pedal gas semakin kuat, menjalankan mobil sedan merah tersebut ke dalam jalan-jalan berliku. Mobilnya terus berbelok seperti zig zag, tak peduli pada semua orang yang ada di sana terutama pejalan kaki.
Tak lama dirinya tak melihat apa yang ada di depannya. Natsume mengerem tiba-tiba. Sosok seseorang menyeberangi jalan berwujud manusia, takut pada mobil di depannya. Dia langsung mundur beberapa langkah hingga akhirnya jatuh terduduk. Supaya tak menabrak tubuhnya, sosok itu memeluk dirinya dan memejamkan mata.
"Sialan!"
Natsume banting stir dan terus menginjak rem. Ban mobil pun berdecit keras di aspal, membangunkan ketertegunan orang-orang yang berjalan kaki. Badan mobil sedan merah berhenti, hampir dan nyaris menyentuh kepala sosok itu. Kemudian Natsume turun dari mobil, menghampiri pejalan kaki itu.
"Hei! Kalau jalan, lihat-lihat dulu!" teriak Natsume keras. Sebenarnya Natsume yang salah karena mengebut di jalan seharusnya tadi lampu merah buat kendaraan, tapi dia malah menerobosnya. "Kau hampir terluka gara-gara seenaknya kau menyebrang!" teriaknya, lagi.
Tak suka dituduh macam-macam. Sosok itu pun mengerahkan kekuatannya untuk melawan lelaki di depannya. Memang tadi, kekuatannya hilang dalam sekejap. Tapi karena tuduhan tak beralasan itu, dirinya pun mempunyai kekuatan.
Dia pun mengangkat tubuhnya. Dibuka topi rajutan warna putihnya. Rambut indah berkibar-kibar di tengah angin yang dingin. Rambut panjang berwarna cokelat. Natsume sampai terkesima dibuatnya.
Kedua mata cokelat bening tersebut menatap Natsume, lelaki itu terpesona lagi. Wajahnya yang cantik diterpa cahaya matahari. Bibirnya merekah seperti mawar merah. Hidungnya mancung. Kulitnya putih. Keteduhan di kedua matanya membuat Natsume menghilangkan amarahnya, dan melupakan kejadian yang menimpa dirinya bersama Luna di hotel.
"Jangan tuduh sembarangan, Tuan!" tunjuknya menghempaskan Natsume kembali ke alam nyata. "Aku menyebrangi jalan karena lampu sudah hijau. Kaulah yang menerobos lampu merah bukanlah aku! Jadi, jangan asal nuduh sembarangan!"
Suara halus sangat nyaring di telinganya bagaikan sebuah music terindah belum pernah didengarnya. Seperti suara bidadari yang turun dari langit. Itu yang dirasakan Natsume, lagi.
Karena tak mendapat respon, sosok perempuan itu cemberut dan mengenakan topi rajutannya dan meninggalkan tempat itu. Natsume terkesima hingga dirinya tak mengetahui gadis itu meninggalkan dirinya dan menghilang ditelan Bumi. Barulah bunyi klakson mobil orang lain menyadarkan dirinya dari keterpanaan pada sosok tadi. Di situlah dia baru mengetahui, gadis itu menghilang tanpa menyebutkan nama.
"Siapa dia?"
Klakson kendaraan-kendaraan di belakang mobil Natsume, menyadarkan lelaki itu agar kembali masuk ke dalam mobil merahnya dan meninggalkan tempat itu supaya kendaraan-kendaraan lainnya bisa berjalan. Tak tanggung-tanggung, Natsume mengendarai mobilnya ke tempat sahabatnya sambil membayangkan bidadari cantik tersebut.
TBC
O(^w^)/\(^w^)O
Masih kenal sama aku? Aku, Luna! Hahaha! Memang aku sengaja berlama-lama karena fict ini harus berada dua bulan dikarenakan aku sibuk banget, nggak kayak dulu lagi. Update-nya juga nggak sesering dulu. Mungkin sama juga seperti dulu, di mana aku pasti memasukkan dua atau tiga chapter sekali update.
Ini buat Glowin' R. Sesuai janji aku. Idenya tiba-tiba muncul di otak tanpa minta ijin dariku dulu. Ini masuk rate M, bukan eksplisit tapi emplisit kok. Jadi, aku berterima kasih pada kalian sudah mau membaca fict aku. Thanks, ya! ;)
GBU!
With Love,
Luna Margaretha
