Drabble of Len x Miku
Genre: Romance
Category: Drabble
Disclaimer: Vocaloid © Yamaha Corp.
Summary: beberapa momen yang tercipta diantara Len dan Miku. Walaupun mereka tidak tahu perasaan masing-masing, mungkinkah mereka menjadi sepasang kekasih?
*Special to Mr. Chocolate :D
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
(Lupa)
"Oi, Miku!" teriak Len.
Miku hanya bisa diam di tempat. Ia nampak bingung dengan seorang lelaki berambut pirang dengan mata blue sapphire yang ada dihadapannya.
"Anda siapa, ya?" tanya Miku dengan nada bingung.
Jederr!
Rasanya Len habis disambar petir di siang bolong seperti ini. Well, yeah! Len memang bener-bener merasa disambar geledek kali ini.
"Demi hartanya Eyang Subur, lu masih belum hafal nama-nama temen sekelas lu, Mik? Kita udeh sebulan loh!" teriak Len frustasi. Maklum, niatnya Len ingin minta contekan PR ke Miku. Eh, tak tahunya Miku masih belum hafal nama dia. Poor Len Kagamine!
Miku terdiam sejenak. Otaknya kini tampak sedang berpikir.
"Ah, maaf. Aku memang bener-bener lupa sama namamu," balas Miku dengan muka watados.
Nampaknya sekarang Len harus mengingat kalau Miku adalah anak yang lamban dalam menghafal nama orang. Yup, sangat lamban!
(Film Horror)
Langkah pembunuh itu terdengar sangat jelas. Matanya berwarna merah darah seakan ingin membunuh siapa saja yang sedang ada dihadapannya pada saat itu juga.
'Kemana kita harus pergi?' tanya seorang gadis berambut panjang pada kekasihnya yang merupakan seorang lelaki berambut pirang dengan nada suara yang sangat pelan.
'Entahlah,' jawab lelaki berambut pirang itu.
Pembunuh itu berjalan pelan dan pada akhirnya menemukan sepasang kekasih itu lalu …
"Kyaaa!" teriakan anak perempuan di kelas Miku terdengar dengan sangat keras dan nyaring. Mereka nampak berpelukan dengan sahabat masing-masing, ataupun dengan kekasih mereka.
"Enggak takut lo, Mik?" tanya Len yang tepat disamping Miku.
"Enggak tuh, kan aku udah pernah nonton film ini di rumah temen," jawab Miku dengan ekspresi datar.
Len hanya bisa face palm saja. Rupanya bayangan Len tentang lengannya akan dipeluk Miku saat nonton film horror seperti ini harus ia tepis jauh-jauh.
(Kacamata 1)
Miku menatap tulisan yang ada dipapan tulis dengan kaca mata ber-frame merah muda miliknya. Kini pandangan dimatanya terlihat lebih jelas dari sebelumnya.
"Tumben pake kacamata, Mik," celetuk Len yang duduk di samping kiri Miku.
"Soalnya mataku terkena minus sih," jawab Miku.
Len menatap wajah Miku sejenak. Ia merasa Miku tampil terkesan lebih 'culun' dari biasanya.
"Coba deh, lepas kacamata-nya sebentar," pinta Len.
"Untuk apa?" tanya Miku.
"Udah, lepas aja!" perintah Len dengan nada memaksa.
Pada akhirnya, Miku pun melepas kacamatanya itu. Yah, walaupun pandangannya sedikit buram sih.
"Menurut gue, lu lebih cantik enggak pake kacamata tau," komentar Len sambil tersenyum manis ke arah Miku.
Blush!
Tanpa Len Kagamine sadari, rona merah muncul dikedua pipi Miku yang kini sedang memalingkan muka saking tersipunya.
(Yandere Miku?)
Miku itu Yandere menurut Len. Bagaimana tidak? Hari ini, dengan mata kepalanya sendiri, Len melihat Miku yang nampak tertawa psikopat dan dihadapan Miku adalah film tentang orang yang dimutilasi.
"Hahaha … lucu sekali!" tawa Miku sambil menonton adegan mutilasi yang membuatbulu kunduk Len berdiri.
Tubuh Len gemetar dengan hebat. Keringat dingin nampak terlihat dengan jelas dimuka Len.
"Ng … Len, menurutku film orang yang dimutilasi itu seru, ya! Ingin rasanya aku memutilasimu saat ini," celoteh Miku dengan mata berkilat-kilat tajam. Kira-kira itulah yang Len dengar disela-sela saat Miku menonton film mutilasi-mutilasian itu.
Tubuh Len benar-benar merinding dengan sangat hebat. Seragam sekolah yang kini ia kenakan tampak telah basah oleh keringat dinginnya. Jantungnya kini berdebar-debar dengan sangat amat kencang.
"Maaf, Mik. Gue takut!" teriak Len sambil berlari kencang meninggalkan kelas dan membuat anak sekelas 'cengo' dengan reaksi Len.
Setelah Len berlari dengan kencang meninggalkan kelas, anak sekelas spontan langsung memandang ke arah Miku yang tadi sempat berbicara dengan Len.
"Apanya yang salah? Aku hanya ingin menunjukkan cara memutilasi kodok padanya," tanya Miku dengan nada polos dan watados.
Len, Len, sepertinya kali ini kau salah dengar. Tapi sebenarnya, yang salah itu Miku atau Len, ya?
(Kacamata 2)
Ada yang berbeda kali ini dengan tampilan Len. Kini kacamata ber-frame hitam menghiasi wajahnya. Ia kini tampak terlihat lebih smart dan lebih cool.
"Tumben pakai kacamata, ada apa kenapa nih?" tanya Miku sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Mata gue kena plus sebesar 1 disetiap mata," jawab Len.
"Terus kenapa mesti makai kacamata?" tanya Miku lagi. "Plus-mu kan enggak terlalu besar."
Len tersenyum. Sebuah ide kini terbesit diotaknya.
"Supaya aku bisa melihat wajah cantikmu dengan jelas," gombal Len.
Blush!
Muka Miku memerah, rupanya ia tersipu lagi.
"Dasar tukang gombal!"
(Sleep in the Bus)
Miku menguap lebar. Kepalanya terasa berat dan matanya terasa mengantuk. Apalagi ditambah dengan rasa pusing yang kini melandanya.
"Kamu ngantuk, enggak?" tanya Miku sambil memandangi Len yang kebetulan sebangku dengannya dalam bus yang sedang dalam perjalan menuju salah satu tempat wisata.
"Enggak terlalu," jawab Len. "Lu ngantuk? Tidur aja!"
Miku mengangguk pelan. Kemudian gadis berambut hijau toska itu memejamkan kedua kelopak matanya hingga iris berawarna hijau miliknya tidak terlihat lagi. Lalu ia menyenderkan kepalanya dibahu Len layaknya sepasang kekasih, namun sayangnya mereka bukanlah sepasang kekasih.
"Kamu benar-benar ngantuk, ya?" tanya Len dengan nada pelan. Kini ia ikut memejamkan matanya dan tidur.
Clik! Clik! Klik!
Rupanya tanpa mereka sadari, teman-teman mereka malah usil memfoto mereka yang kelihatannya mesra itu.
(Kiss?)
Miku bangun dari tidurnya. Nampaknya perjalanan masih panjang karena terjadinya macet akibat banjir yang setinggi mata kodok itu.
"Udah bangun?" tanya Len yang sedang membuka bungkusan roti isi cokelat dan keju itu.
"Iya," jawab Miku sambil melihat pemandangan dari jendela bus.
"Mau makan?" tawar Len.
"Boleh juga," jawab Miku sambil menoleh kearah Len.
Len kini memotek rotinya menjadi dua bagian. Setelah itu ia memberikan setengahnya pada Miku.
"Makasih," ucap Miku sambil menerima dan kemudian melahap roti yang diberikan oleh Len itu. Rupanya, perut Miku kini nampak keroncongan minta diisi oleh makanan.
"Sama-sama," balas Len sambil memakan bagian roti miliknya dengan tenang.
Hening, suasana diantara mereka kini kembali hening. Hanya suara anak-anak sekelas mereka yang nampak asik bernyanyi-nyanyi 'gak danta'.
"Hey, Miku. Ini buatmu," kata Len sambil memberikan bagiannya. "Gue udah kenyang sama pisang-pisang tadi.
Miku mengambil roti yang diberikan Len dengan cepat. Kemudian ia memakan roti tersebut dengan sedikit perlahan-lahan.
"Tenang aja, gue makan dipotek sedikit-sedikit pake tangan kok! Jadinya itu roti enggak ada bekas gigitan gue," kata Len sambil mendengarkan musik di hand phone miliknya.
Dalam sekejap, Miku langsung melahap habis roti tersebut. 'Padahal aku ingin ciuman tidak langsung dari Len,' batin Miku histeris.
"Baka Len," gumam Miku ketus.
"Apanya yang salah?" tanya Len bingung sekaligus tidak peka. Namun Miku hanya membuang muka.
(Cemilan)
Setelah sampai ditempat tujuan, semua anak-anak langsung menggelar tikar dan memakan cemilan masing-masing sembari menunggu Kiyoteru Hiyama-sensei yang sedang memesan makanan untuk semua murid-murid.
"Miku, makan tuh pelan-pelan," tegur Len sambil menjilat bumbu balado yang ada dijarinya.
"Kamu sendiri makannya kayak orang norak," balas Miku yang masa bodoh dengan teguran Len. Gadis itu terus saja makan biskuit dengan cepat.
"Ih, dibilangan juga!" kata Len sambil menutup mulut Miku dengan jari bekas jilatannya itu.
Muka Miku memerah. Tanpa Len sadari, Miku dan Len telah melakukan ciuman tidak langsung! Suatu hal yang tadi sempat Miku dambakan.
"Cie …," sahut Gumiya dan Gumi yang kebetulan sadar dengan apa yang terjadi pada Len dan Miku.
Len masih menutup mulut Miku dengan tangannya. Sementara muka Miku semakin memerah. Sesaat kemudian, Len baru saja menyadari apa yang sedang terjadi.
"E-eh, tadi gue cuma nyuruh Miku makan pelan-pelan kok," kata Len gugup sambil melepaskan tangannya dari mulut Miku.
Mau bagaimanapun juga, Miku dan Len telah melakukan ciuman tidak langsung.
(Sakit)
Hari ini Miku terbaring di kasurnya. Kakinya tampak diperban karena kemarin tergores oleh benda tajam hingga terluka. Badannya terasa cukup lemas. Ia hanya mampu membuka buku pelajarannya dan belum diizinkan untuk bersekolah.
"Miku, kamu sudah ganti perbannya?" tanya Mrs. Hatsune.
"Sudah," jawab Miku sambil menutup buku pelajarannya dan membuka sebuah komik.
Ting! Tong!
Suara bel pintu dikediaman Hatsune terdengar jelas hingga sampai di kamar Miku.
"Miku, ada temanmu!" teriak Mikuo, kakak Miku, yang kebetulan sekolahnya sedang libur karena anak kelas 3 SMA sedang menjalani Try Out.
"Ng … siapa?"
Miku menutup komiknya. Gadis itu kemudian berjalan cukup tertatih-tatih menuju ruang tamu.
"Hai, Miku. Gimana kabarmu?" tanya Len dengan cengiran lebar.
Miku terdiam sejenak. Ia sangat tidak menyangka kalau ada orang yang akan menjenguknya saat ia sakit seperti ini.
"K-kenapa kau kesini?" tanya Miku ragu.
"Ng … hanya ingin memberi catatan saat kau tidak masuk sekolah," jawab Len sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Miku tersenyum manis. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia memang sangat menyukai Len dan sangat terharu kalau hari ini Len sedang menjenguknya. Jika ini mimpi, mungkin Miku tidak ingin pagi segera datang.
(Pelajaran)
Hari ini, Mrs. Lola mengajarkan tentang Microsoft Excel pada anak kelas 2 SMP Vocaloid High School. Materinya cukup ribet, apalagi bagi seorang Len Kagamine.
"Miku, ajarin gue!" teriak Len.
Miku menghela nafas. Gadis itu memang sangat jago dalam pelajaran TIK atau Teknologi Komunikasi dan Informasi. Sehingga jika ada yang tidak mengerti, pasti pada nanya ke Miku, bukan ke Mrs. Lola-nya langsung.
"Masukkin dulu formula-nya," perintah Miku.
"Ng … begini?" tanya Len.
"Ya, begitu," jawab Miku sambil tersenyum.
Len kini mengangguk mengerti. Kini tangannya dengan terampil mengetik formula tersebut dengan cepat.
"Sudah ya, aku pergi dulu!" kata Miku sambil beranjak meninggalkan Len.
"Eh, jangan tinggalin gue!" pekik Len sambil memegang lengan Miku.
Miku terdiam sebentar. Kemudian senyuman tulus terukir diwajahnya.
"Iya, aku tidak akan meninggalkanmu," balas Miku.
Len tersenyum. 'Kuharap kau tidak melanggar perkataanmu,' batin Len.
.
.
.
Nah, para pembaca sekalian, apakah suatu saat mereka akan menjadi sepasang kekasih? ^^
.
.
.
Kyaa! Inilah drabble gaje yang saya buat karna belum melanjutkan fanfic saya sebelumnya. Semoga kalian tidak kecewa ya! ^^
