Title : To Get Him Back

Author : Kay Yamanaka

Genre : Adventure, Crime

Pairing : GaaraXIno

Slight : NaruHina (yang lain nyusul XD)

Rating : T+/M-

Summary : Ino, aktris cantik yang tengah naik daun, kembali memasuki dunia mata-mata demi mencari sang suami yang hilang dalam misi. Dengan begitu banyak musuh dan berbagai rintangan yang ada, akankah ia berhasil menemukannya?

Disclaimer :-Naruto belong to Masashi Kishimoto

-To Get Him Back belong to Kay Yamanaka

Warning : Typo, OOC, AU, a little bit lime (maybe), and many more..

Chapter 1-What happen to Gaara?

Sang mentari baru saja menampakkan dirinya, namun sepasang pengantin baru itu telah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Sang suami, seorang pria bertubuh kekar dengan rambut merah dan mata turqouise itu tengah sibuk membereskan barang-barang yang akan dibawanya ke Amerika, tepatnya Washington DC untuk menjalankan sebuah misi. Sedangkan isterinya, seorang wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai dan rambut pirang panjangnya yang masih tergerai juga tengah sibuk bersama sang manager diruang tamu untuk membahas jadwal kegiatannya hari ini. Jika dilihat sekilas, dua sosok ini sama sekali tak menunjukkan kesan sebagai pasangan yang baru menikah. Keduanya memang sama-sama workaholic, sang suami dengan pekerjaannya sebagai agen intelijen Jepang, sedangkan sang isteri dengan kesibukannya sebagai seorang aktris. Namun pada kenyataannya, mereka hanya dua orang mencintai yang saling memahami kesibukan pasangannya masing-masing.

"Gaara-kun?"

"Hn?"

"Kau akan berangkat ke bandara jam berapa?" tanya sang isteri yang kini ikut membantu kegiatan suaminya.

"Jam delapan. Tapi setelah ini aku harus ke kantor dulu, ada sesuatu yang perlu kuambil."

"Sou ka?... Berapa lama misimu kali ini, Gaara-kun?"

"Sekitar dua minggu. Jangan khawatir, kita akan langsung berbulan madu begitu tugasku selesai." Jawab pria itu sebelum mencium kening isterinya dengan lembut. "Aku pergi dulu, hime."

"Hati-hati, Gaara-kun!" bisik sang wanita tepat ditelinga suaminya sebelum memberi sebuah kecupan singkat dibibirnya.

"Hn. Kau juga."

Wanita cantik itu tertegun, menatap punggung suaminya yang semakin menjauh. Entah kenapa ada perasaan tak nyaman menelusup kedalam hatinya melihat kepergian sang pria tercinta. 'Kuharap kau akan baik-baik saja, Gaara-kun'.

"I-Ino-chan, apa kita berangkat sekarang?" tanya sang manager yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya.

"Eh?" wanita yang dipanggil Ino tersebut terperanjat sekilas, namun kemudian tersenyum dan menjawab,"Tentu saja, Hinata-chan."

-K-A-Y-

PSIA's Office

Ruangan berukuran sedang itu tampak tenang, hanya ada seorang wanita paruh baya yang masih cantik tengah sibuk membolak-balik sambil sesekali membaca dokumen-dokumen yang tersusun rapi dimejanya. Namun beberapa kali matanya tampak melirik kearah pintu didepannya, seolah tengah menunggu kedatangan seseorang,

Tok! Tok! Tok!

Dan benar saja, seseorang memang berniat menemuinya saat itu…

"Masuk!" perintah wanita berambut pirang dengan kuncir dua itu pada seseorang yang baru saja mengetuk pintunya.

"Tsunade-sama.."

"Ah! Akhirnya kau datang juga, Gaara. Jadi, apa kau sudah siap untuk misi kali ini?" tanya wanita itu pada sosok tersebut yang ternyata adalah Gaara.

"Hn. Apa semua yang kubutuhkan sudah disiapkan?"

"Tentu. Ini… ambillah, semuanya ada didalam." jawabnya seraya menyerahkan sebuah amplop besar berwarna cokelat.

"Terima kasih, Tsunade-sama." Ucap Gaara sambil menunduk dan berniat untuk keluar dari ruangan itu. Namun langkahnya sempat terhenti saat wanita bernama Tsunade tersebuk kembali berbicara,

"Ingatlah, waktumu hanya dua minggu, Gaara. Selesaikan misi ini dengan sempurna, hanya kau yang bisa kami andalkan. Dan... hati-hati." Gaara hanya mengangguk sekilas tanpa membalikkan badannya sedikitpun mendengar pesan sang pimpinan, kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan tersebut.

...

"Hei, Gaara!" panggil seorang pemuda berambut pirang jabrik saat melihat Gaara yang baru keluar dari ruangan pimpinan mereka.

"Ada apa, Naruto?" tanyanya datar.

"Jadi kau benar-benar berangkat hari ini?"

"Hn. Kenapa tidak?"

"Kau kan baru dua hari menikah dengan Ino-chan, apa dia tak marah kau tinggal-tinggal?"

"Dia mengerti kesibukanku, Naruto. Lagipula aku sudah berjanji padanya akan mengajaknya bulan madu begitu aku kembali dari Amerika nanti."

"Wah-wah, beruntung sekali kau menikah dengannya. Kira-kira Hinata-chan nanti seperti itu tidak ya kalau kami sudah menikah?" Naruto bertanya-tanya, entah pada Gaara atau pada dirinya sendiri. Sedangkan Gaara hanya menatap Naruto datar sebelum pergi meninggalkan pemuda energik itu tanpa disadarinya.

"Gaara! Hei! Tunggu!" teriak Naruto begitu sadar Gaara telah melangkah jauh meninggalkannya. "Tck! Bisa-bisanya meninggalkan kakak sepupu isterinya sendiri dengan tidak sopan!" gerutu Naruto sambil berjalan kembali ke mejanya.

-K-A-Y-

Dorr! Dor! Dorr!

Bunyi tembakan terdengar diseluruh ruangan dirumah itu, seorang perempuan berambut pirang tergerai tampak tersengal-sengal saat bersembunyi untuk mengisi peluru pistolnya yang telah kosong. Tak jauh dari tempatnya, seorang pemuda berambut hitam juga tampak terengah-engah, sesekali ia memberikan kode pada teman perempuannya tersebut sambil tetap waspada dengan pistol ditangannya. Seluruh ruangan itu kini telah dikepung oleh serombongan penjahat bersenjata. Mata mereka tampak awas, mengamati setiap sudut secara hati-hati, berharap segera menemukan sosok yang dicari-carinya. Sesekali juga ada yang tak sabar hingga mengedarkan tembakan kesegala arah, namun kejadian itu tak pernah berlangsung cukup lama karena salah satu dari mereka yang terlihat seperti ketuanya memerintahkan untuk menangkap kedua orang itu hidup-hidup.

"Cari mereka disemua ruangan! Aku yakin mereka tak mungkin bisa keluar dari tempat ini. Tapi ingat! Tangkap mereka hidup-hidup! Itu perintah bos!" teriak sang ketua yang ditanggapi anggukan oleh anak buahnya dan kembali menyebar mencari dua sosok tersebut.

"Ai-chan, bagaimana ini? Kita terjebak!" bisik pemuda berambut hitam itu pada temannya yang kini telah berada disampingnya.

"Sepertinya kita harus melawan lagi. Tapi… peluruku hanya tersisa sedikit, bagaimana denganmu, Saito-kun?"

"Ah, aku juga begitu. Lagipula, jumlah mereka teralalu banyak, apa sebaiknya kita menyerah?"

"Tidak! Kau tau apa tujuan mereka menangkap kita, Saito-kun! Kita tak boleh tertangkap!"

….

"CUT!" teriak sang sutradara dengan tiba-tiba, menghentikan adegan syuting yang tengah berlangsung.

"Ada apa?" tanya sang pemeran wanita heran, pemeran prianya pun tampak menoleh pada sang sutradara yang tiba-tiba menghentikan adegan.

"Hari ini cukup sampai disini dulu, ada urusan mendadak. Saya harus pergi. Silakan bubar!" perintah sang sutradara yang lantas membuat sweatdrop semua kru dan para pemeran.

"Seenaknya saja!" gerutu sang pemeran wanita dengan bibir mengerucut.

"Sudahlah, Ino-san. Setidaknya kita bisa pulang lebih cepat, bukan?" ucap sang pemeran pria menghiburnya.

"Um, kau benar juga, Sai-san. Tapi..." mendadak wajahnya terlihat sedikit lesu.

"Ada apa, Ino-san?" tanya Sai heran.

"Ano… tak ada apa-apa!" sanggah Ino sambil menampilkan senyuman cerianya lagi.

-K-A-Y-

Drrtt…! Drrttt…!

"Moshi-moshi….. Aa… Ino-chan? Ada. Tunggu sebentar, Gaara-san." Ucap gadis berambut indigo tersebut lembut, sembari bergegas menyerahkan ponsel ungu tersebut pada pemiliknya, "Ino-chan… Gaara-san meneleponmu.."

Wanita berambut pirang itu menoleh, matanya tampak berbinar mendengar nama sang penelepon,"Benarkah, Hinata-chan? Kemarikan ponselku." Dengan gerakan cepat wanita itu mengambil benda mungil tersebut dan menempelkan ditelinga kanannya.

"Moshi-moshi, Gaara-kun. Apa kau sudah sampai? Bagaimana keadaanmu? Daijoubu ka?" belum sempat seseorang dari seberang sana menyahut, wanita itu sudah memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.

"Apa kau lupa siapa suamimu ini, hime? Tentu saja aku baik-baik saja. Aku hanya merindukan suaramu, jadi sebelum memulai pekerjaan aku menyempatkan meneleponmu. Kau tau kan, setelah ini kita tak bisa berhubungan untuk sementara waktu." Sahut sang suami.

"Ya, aku tau, Gaara-kun. Aku juga merindukanmu. Dan... err.. kuharap kau lebih berhati-hati kali ini, Gaara-kun. Perasaanku tak enak."

"Tenanglah, dua minggu lagi, aku akan kembali. Dan aku akan memenuhi janjiku, jadi.. jangan khawatir." Ucap pria itu lembut.

"Hm.. baiklah..."

"Ah, sepertinya aku harus pergi sekarang, sampai jumpa dua minggu lagi, hime. Aishiteru."

"Hn. Watashi mo."

Tut! Tut! Tut! Panggilan terputus. Wajah cantik wanita tersebut tampak lesu, entah kenapa, perasaan tak enak kali ini terasa sangat kuat. Ia mendadak merasa takut, takut kehilangan suami tercintanya. Sang manager, Hinata, yang menyadari perubahan mimik sang aktris pun menepuk lembut bahu wanita itu, "Ino-chan, Gaara-san pasti baik-baik saja. Tak perlu khawatir." Ucapnya lembut.

"Ya, dia pasti baik-baik saja." Ino meyakinkan dirinya sendiri.

-K-A-Y-

"Are you Gaara?" sapa seorang wanita (err… maksudnya pria) berambut pirang panjang dengan poni menutup sebagian wajah bagian kirinya.

'Ino?' batin Gaara heran, tapi setelah diteliti lagi, 'ah, bukan. Dia pria! Kenapa mirip Ino?'

"Yes, I am. Who are you?" tanya Gaara datar namun waspada.

"I'm Deidara, my order is taking you to our office."

"Okay." Pria itu kemudian melangkah kearah sebuah mobil BMW S.X, diikuti oleh Gaara yang mengikutinya dengan tatapan tetap waspada.

….

Mobil silver tersebut melaju kencang sambil menyalip mobil lain yang cukup ramai hari itu. Pria berambut pirang panjang tersebut tampak tenang sambil mengemudikan mobilnya, membawanya dan pria yang terus waspada disampingnya ke kantor utama CIA.

"Are you who'll be my partner in this mission?" tanya Gaara setelah terdiam sekian lama.

"Yea. I'm your partner here." Jawab pria disampingnya santai.

Dan suasana kembali hening.

-K-A-Y-

Ciiitt!

Suara decit ban yang beradu dengan aspal akibat rem mendadak itu terdengar begitu memekakkan telinga. Mobil silver itu kini telah berhenti sempurna, tepat didepan pintu gerbang raksasa yang membatasi dunia luar dari bangunan besar nan megah didalam sana.

Kreett…!

Gerbang raksasa dihadapan mereka terbuka secara otomatis setelah sang pria pirang memindai kartu pengenal serta kornea matanya di mesin pemindai yang terletak di samping kiri maupun kanan gerbang.

"So, this is the CIA's headquarters?" tanya pria berambut merah yang masih duduk tenang didalam mobil.

"No, no, no, it's just our office. The headquarters isn't here." Jawab sang pria pirang sambil menyeringai. Gaara hanya mengangguk mengerti. Mobilpun kini kembali bergerak pelan melewati pintu gerbang, melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan mereka. Kantor CIA.

-K-A-Y-

Ino tengah sibuk didapur, tepatnya di tempat pencucian piring. Wanita cantik itu tengah serius mencuci piring maupun gelas yang baru saja dipakainya, saat perasaan tak enak itu kembali mengganggunya.

Prakkk!

Tanpa disadari, pegangannya pada sebuah cangkir keramik berwarna merah itu terlepas dan menyebabkan cangkir kesayangannya itu pecah berantakan. Cangkir itu adalah cangkir pemberian Gaara, bersama sebuah cangkir lain berwarna ungu yang selalu dipakai pria itu. Dan kini, pecahnya cangkir merah itu membuat perasaan Ino semakin tak nyaman. Ia yakin, sesuatu yang buruk pasti sudah terjadi pada suaminya.

Tanpa memedulikan pecahan cangkir dilantai keramik itu, Ino melepas kedua sarung tangan karet yang digunakannya untuk mencuci piring dan segera berlari ke arah kamarnya di lantai dua. Di ambilnya dengan cepat sebuah ponsel berwarna ungu muda itu dan jari-jari mungilnya dengan cekatan menekan beberapa nomor disana.

Tuuutt… tuutt…

Belum ada jawaban, hanya terdengar nada tunggu dari nomor yang tengah dihubunginya. Perasaannya kini semakin kacau, ia yakin sekali, ada masalah dengan misi Gaara kali ini. Dan dia harus segera mencari tahu! Atau setidaknya meyakinkan bahwa perasaannya kali ini salah (meski hal itu tak pernah terjadi).

"Moshi-moshi. Maaf, Ino-chan, aku sedang sibuk, nanti aku akan menghubungimu."

Tut! Tut! Tut!

Sambungan terputus begitu saja secara sepihak, bahkan tanpa sempat membiarkan wanita pirang itu berbicara sepatahkatapun. Ia berdecak kesal. Sepertinya tak ada pilihan lain, ia harus mendatangi kantor PSIA.

….

Ciiitt!

Mobil biru yang tadinya melaju cukup kencang itu kini dipaksa berhenti secara tiba-tiba oleh sang pengemudi begitu sampai disebuah gedung yang cukup besar didepannya.

Bruakk!

Pintu mobil tak berdosa itupun baru saja menjadi korban bantingan oleh sang pemiliknya dengan kasar. Aquamarine di balik kacamata hitam itu tampak berkilat, andai saja orang bisa melihatnya, semua pasti tahu bahwa sang pemilik mata itu tengah marah saat ini. High heels 15 cm itu sama sekali tak menghambatnya untuk mempercepat langkah memasuki gedung itu. Wanita itu tampak terburu-buru. Saat ia sampai didepan lift, lagi-lagi ia menekan-nekan tombol disana secara kasar dan berulang-ulang, tanda bahwa wanita itu sudah kehabisan kesabaran.

Ting!

Pintu lift terbuka, memunculkan beberapa orang agen yang tempak terburu-buru namun tak menggagalkan keterkejutan mereka saat melihat seorang wanita cantik yang tengah menunggu mereka untuk keluar dan segera masuk kedalam lift itu. Menuju lantai tiga dimana meja sang sepupu berada, meninggalkan tatapan heran dan bisik-bisik para agen yang baru bertemu dengannya.

"Bukankah dia Ino?"

"Ya, aku tau. Aktris laga itu kan? Aku sering melihat fotonya dijalan."

"Untuk apa dia kemari?"

"Bagaimana caranya mengetahui tempat ini?"

"Entahlah."

...

Ting!

Pintu lift kembali terbuka, tepat dilantai tujuannya. Ino kembali melangkahkan kaki jenjangnya memasuki ruangan itu lebih dalam. Lantai tiga yang biasanya cukup tenang itu tampak sedikit ricuh. Beberapa agen terlihat tengah terburu-buru, keluar masuk ruangan, beberapa tampak serius didepan komputer masing-masing, ada juga yang tampak menghubungi seseorang. 'Mana Naruto?' batin wanita itu sambil mencari-cari keberadaan sang sepupu pirangnya.

"Kita benar-benar kehilangan jejak Gaar..." seruan Naruto terputus saat melihat sesosok pirang berdiri dibelakangnya. "Ino?" gumam Naruto dengan tatapan horor.

"Apa yang baru saja kau katakan! Siapa yang hilang? Apa Gaara?" tanya Ino pada Naruto dengan suara nyaring hingga menghentikan kegiatan semua agen yang terkejut akan keberadannya.

"Ino?" gumam hampir semua agen bersamaan, kecuali para agen baru yang masih bertanya-tanya siapa wanita cantik yang berada didekat Naruto itu.

"Siapa dia?" tanya seorang agen bercepol dua pada agen berambut cokelat pendek disampingnya.

"Apa kau tak tau? Dia itu isteri Gaara, agen kita yang hilang saat ini. Namanya Ino, wanita itu mantan agen terbaik PSIA sebelum mengundurkan diri tiga tahun yang lalu."Jelas Matsuri yang hanya ditanggapi anggukan berulang dari rekannya.

"NARUTO JAWAB AKU!" lagi-lagi teriakan Ino mengejutkan seisi tempat itu, hingga menyebabkan Tsunade keluar dari ruangannya.

"Ada apa ini?!" seru wanita berambut pirang dengan kuncir dua itu penuh amarah. Namun seluruh amarah itu lenyap seketika, digantikan oleh keterkejutan saat menyadari siapa yang menyebabkan keributan itu. "Ino?" gumamnya.

"Tsunade-sama, maaf sudah datang tiba-tiba dan membuat keributan, aku hanya ingin mengetahui kabar suamiku. Apa benar terjadi sesuatu padanya?" tanya Ino lebih tenang pada wanita paruh baya dihadapannya. Wanita itu hanya memejamkan matanya sambil menarik nafas.

"Maaf, Ino. Gaara menghilang." Jawab wanita itu dengan berat hati.

"APA? Bagaimana bisa?"

"Kami kehilangan jejak dan kontak dengannya beberapa jam setelah ia sampai di Bandara Internasional Dulles. Info terakhir yang kami dapat, Gaara pergi bersama seorang anggota CIA berambut pirang panjang bernama Deidara."

"APA?" seru Ino dan Naruto bersamaan.

"Ada apa? Kalian mengenalnya?" Tsunade bertanya dengan sebelah alis terangkat.

Ino terdiam, beberapa detik hingga akhirnya Naruto yang memilih untuk membuka suara,"Deidara-nii... adalah kakak kandung Ino-chan."

Tsunade terbelalak, begitupun agen lain yang mendengar pembicaraan itu. Semua mendadak hening, sebelum Ino kembali berseru,

"Gaara dalam bahaya! Izinkan aku masuk dalam misi ini Tsunade-sama, aku harus menemukan Gaara!" pinta Ino mantap.

"Tapi kau bukan lagi agen PSIA, Ino. Aku tak bisa memberikan misi ini padamu."

"Aku harus menemukan Gaara, Tsunade-sama! Dia suamiku! Aku mohon, izinkan aku kembali bergabung dalam PSIA, aku tak akan mengecewakanmu, aku janji!"

Tsunade memejamkan matanya, tampak berpikir keras,"Masalahnya..."

"Izinkan saja dia, Tsunade-sama." Pinta Naruto dengar ekspresi serius. Sungguh tak tampak seperti dia yang biasanya. Tampaknya masalah kali ini cukup berbahaya.

"..."

"Kumohon, Tsunade-sama?" Ino memelas.

"Baiklah. Bersiaplah segera, besok pagi kau akan menyusul Gaara ke Washington DC. Data-datamu akan segera diurus, kembalilah besok sebelum berangkat."

"Hontou ni arigatou, Tsunade –sama."

-K-A-Y-

Washington DC, 09:00 P.M

Beberapa orang dengan seragam serba putih tampak sibuk disebuah ruangan penuh peralatan canggih. Di tengah ruangan itu, tampak seorang pria berambut merah yang entah tertidur atau bahkan tak sadarkan diri, terbaring diatas sebuah tempat tidur beralaskan seprai putih. Berbagai macam peralatan terpasang ke tubuh dan kepalanya. Seorang wanita berambut merah muda dengan seragam sama seperti yang lain, serba putih, tengah sibuk didepan sebuah komputer yang menyala dengan berbagai kode didalamnya. Sesekali matanya tampak melirik pria ditempat tidur tersebut, kemudian kembali mengetik sesuatu dikomputernya. Entah apa sebenarnya yang diperbuat orang-orang diruangan itu.

...

"Jadi, bagaimana keadaannya?" tanya seorang pria berambut merah dengan babyface begitu memasuki ruangan tersebut.

Wanita berambut merah muda itu tampak terkejut, sekilas, namun kemudian tersenyum, "Sebentar lagi pekerjaan kami selesai, dia akan sadar setelah kami menyelesaikannya. Tenang saja, Sasori-sama."

"Hn. Baguslah, lebih cepat, lebih baik." Pria itu mengangguk sekilas sebelum keluar dari ruangan itu. 'Kalian kerahkan agen terbaikpun tak akan berguna melawanku khufufufu...'

-K-A-Y-

Tokyo, 05:00 A.M

Hari masih begitu pagi, bahkan mataharipun seolah masih enggan untuk memancarkan kehangatan sinarnya. Namun wanita berambut pirang itu sudah siap dengan semua yang perlu dibawanya. Semua jadwal syuting, dan berbagai acara lain sudah dimintanya sang manager untuk membatalkan semuanya. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah, menemukan suaminya apapun yang terjadi!

"Ino-chan, apa kau yakin akan menyusul Gaara-san? Sendirian?" tanya Hinata khawatir.

"Tentu saja, Hina-chan. Jangan khawatir, aku pasti akan segera pulang, bersama Gaara." Jawab Ino bersemangat. Gadis berambut indigo itu hanya menunduk, tak tahu harus mengatakan apa lagi. Hanya berusaha meyakinkan dirinya bahwa sang sahabat akan baik-baik saja.

"Baiklah, aku harus berangkat sekarang. Ada yang perlu kuambil di kantor. Tolong tangani semua yang ada disini ya, Hina-chan. Dan ingat, tak boleh ada satupun wartawan yang tahu kemana aku pergi!"

"Tentu saja, Ino-chan. Hati-hati.."

"Tentu saja!" sahut Ino sambil menarik kopernya keluar.

...

Brakk!

Kali ini pintu mobil lain lah yang menjadi korban bantingan sang wanita pirang saat memasukinya, sebuah mobil Jaguar C-X16 berwarna merah. Dengan kecepatan maksimal, Ino melesat keluar melalui gerbang belakang, kembali ke kantor PSIA.

Drrtt! Drrrtt!

"Moshi-moshi?"

"Ino-chan, apa kau sudah akan berangkat? Cepatlah, Tsunade-sama menunggumu." ujar sang penelepon dengan suara cemprengnya.

"Hai', wakarimashita!" ujarnya seraya kembali memaksimalkan kecepatan mobilnya yang sempat melambat akibat adanya telepon barusan. 'Tunggu aku, Gaara-kun. Aku pasti menemukanmu. Segera!'

...

Ciiiittt!

Mobil merah itu kini berhenti sempurna. Lagi-lagi, Ino harus terburu-buru memasuki gedung itu. Sama seperti hari sebelumnya, menekan-nekan tombol lift dengan tak sabar, dan mendapati tatapan heran –lagi- dari agen-agen disana. Sepertinya kabar kembalinya wanita itu kedalam PSIA masih belum tersebar dilingkungan agen baru. Tapi tentu saja, ia tak memedulikan hal itu. Sama sekali tak peduli. Sekali lagi, yang ada dipikirannya hanya suaminya, Sabaku no Gaara.

Ting!

Pintu lift yang membawa sang wanita Sabaku itu telah sampai dilantai tiga, lantai yang sama dengan sebelumnya. Dimana ia dikembalikan kedalam PSIA secara tidak resmi. Semata-mata karena keadaan yang mendesak.

...

"Tsunade-sama, apa semua yang saya butuhkan sudah siap?" Tanya Ino to the point begitu memasuki ruangan sang atasan.

"Ini semua data yang kau butuhkan." Ucapnya sambil menyodorkan sebuah amplop besar berwarna cokelat, persis seperti yang pernah ia berikan pada Gaara,"Dan ingat, bekerja dengan hati-hati, jangan biarkan emosi menguasaimu." Lanjut wanita itu dengan tenang.

"Saya tahu, Tsunade-sama."

"Baguslah kalau begitu. Kami akan terus memantaumu dari sini, beberapa agen juga mengawasimu disana. Selesaikan misi ini, dan bawa Gaara kembali secepatnya!" Perintah sang pimpinan.

"Baiklah. Aku akan berangkat sekarang." Ujar Ino lirih. Beberapa detik kemudian ia sudah sampai dipintu, ia menoleh kebelakang dan berkata,"Mobil merah diluar, tolong dikirim ke Amerika begitu aku berangkat." Kemudian melanjutkan langkahnya tanpa menunggu persetujuan dari sang pimpinan.

To be continued...

Haloooooooo...! Kay baliiikk! Ada yang kangen nggak? XD (reader: Nggak adaaa!) *Author pundung

Kali ini Kay mengangkat tema Spionase dengan pairing GaaIno. Awal munculnya ide ini sebenernya waktu Kay nonton film (lupa judulnya) dan denger salah satu aktrisnya ngomong, "Where is my husband?" Aneh ya? Mungkin XD tapi yang namanya ide selalu muncul secara tak terduga kan? :v

Kuharap fic kali ini nggak menuai flame lagi ya ^^ yah, kayaknya cukup sekian cuap-cuap dari Kay. Jangan lupa RnR ya! ^o^/

Oh iya, hampir lupa! Kay minta maaf buat fic-fic yang belum sempat di update ya? Soalnya Kay masih stuck soal idenya ^^a Udah, kali ini benar-benar cukup Kay ngomong. Sekali lagi, jangan lupa RnR! XD

Kay Yamanaka