Banyak yang mengatakan Kise Ryouta adalah orang yang sangat ramah dan berkharisma, namun tetap memiliki sisi manis yaitu cengeng dan mudah diganggu. Banyak yang menganggap Kise Ryouta adalah seseorang yang dilimpahi keberuntungan yang besar. Dan banyak orang yang menjadi iri dengan segala sesuatu yang dimiliki seorang Kise Ryouta, wajah tampan, pekerjaan mapan, fans yang banyak, keluarga yang baik, dan kekasih yang manis.
Banyak yang mengatakan Kuroko Tetsuya adalah orang yang tenang, baik dan dapat diandalkan, mengesampingkan keberadaannya yang sering menghilang tiba-tiba dan mudah terlupakan. Banyak yang menganggap Kuroko Tetsuya sangat beruntung bisa menjadi kekasih dari Kise Ryouta sang model terkenal. Dan banyak wanita yang mencemburui Kuroko Tetsuya karena wajah manis, kulit seputih porselen, dan yang paling utama karena Kise Ryouta tergila-gila padanya.
Namun tidak banyak orang yang mengetahui sisi lain dari Kise Ryouta mau pun Kuroko Tetsuya. Sisi yang tidak akan pernah mereka tunjukkan pada orang lain, bahkan pada kekasihnya sendiri. sisi gelap yang akan membuat orang-orang tidak akan menyangkanya sama sekali.
Their Secret
Kuroko no Basuke Fanfiction
By : Dee Cavallone
KnB © Fujimaki Tadatoshi-sensei
Rating : M
Genre : Crime
Warning: Psikopat! Gore! Bukan fic M karena adegan nganu.
Summary : Setiap orang punya rahasia masing-masing yang tidak diketahui orang. Setiap orang punya sisi gelap yang tidak dilihat orang. Ketika rahasia dan sisi gelap itu kau ketahui, akankah kau menghentikannya? Atau malah membiarkannya? Special birthday fiction #1 for CALICO.
Pairing : KiKuro (Kise Ryouta x Kuroko Tetsuya)
Chapter 1 - Kise's Side
Ah, lagi-lagi Kise melihatnya. Melihat kekasih mungilnya berjalan dengan pemuda lain yang memiliki alis cabang, temannya mungkin? Kise melihat tangan sang 'teman' mengacak rambut baby blue kekasihnya yang amat digemari Kise itu. Kemudian Kise melihat kekasihnya menaiki bus bersama dengan si alis cabang. Menatap sinis pemandangan itu, Kise berbalik dan menikmati kopi pahitnya.
.
.
"Tadaima." Salam Kuroko.
"Okaeri ssu, Kurokocchi!" balas Kise sambil berlari menerjang memeluk Kuroko di genkan.
"Kise-kun, berhentilah menerjangku setiap kali aku pulang."
"Tapi kan aku rindu ssu…. Kurokocchi tidak merindukanku?"
"Tidak juga."
"Hidoii ssu….."
"Sudah, lepaskan aku. Aku ingin memasak makan malam. Kise-kun belum makan bukan?"
"Hai ssu! Aku sudah lama tidak makan masakan Kurokocchi ssu!" jawab Kise semangat sambil melepas pelukannya. Kuroko menghela nafas lega karena akhirnya pelukan maut Kise dilepaskan. Dengan segera, Kuroko berjalan menuju dapur, diikuti oleh Kise.
"Kise-kun tunggu saja di ruang televisi." Ujar Kuroko.
"Tidak mau ssu! Aku masih rindu Kurokocchi… Aku mau memuaskan diri memandang Kurokocchi ssu…"
"Terserah Kise-kun saja." Kemudian Kuroko mulai menyibukkan diri memasak makan malam mereka. Setelah selesai, Kuroko menata makan malam mereka di atas meja makan.
"Selamat makan." Ucap Kise dan Kuroko bersamaan.
"Omong-omong, Kurokocchi….. Bagaimana harimu ssu?" tanya Kise memulai pembicaraan.
"Sama seperti hari-hari sebelumnya, Kise-kun. Ah, tapi tadi siang aku pergi bersama dengan temanku." Jawab Kuroko.
"Teman ssu?"
"Hai. Namanya Kagami-kun, Kise-kun. Dia yang mengajarkanku bagaimana memasak tumis daging."
"Oooohhh…. Pantas saja Kurokocchi masak tumis daging untuk makan malam ssu…. Tapi ini enak sekali ssu…. Kurokocchi hebat ssu…"
"Yang hebat itu Kagami-kun. Dia bahkan memberiku buku resep buatannya sendiri untukku. Dengan begini aku bisa menambah variasi masakanku untuk Kise-kun."
"Hontou ssu? Ureshii ssu! Kurokocchi, daisuki ssu!"
"Hai, hai. Sekarang habiskan makanannya, Kise-kun."
"Haaaaii~~~"
.
.
Seorang pemuda berambut merah dengan gradasi hitam terlihat keluar dari kombini. Dia memasang headphone-nya dan berjalan melintasi gelapnya malam. Tak terlihat raut ketakutan sedikit pun jika dilihat dari gayanya berjalan. Tanpa keraguan dia melangkahkan kakinya menapaki jalanan yang remang akibat lampu penerangan yang redup. Beberapa blok dari rumahnya, pemuda itu berhenti berjalan. Karena dia melihat ada orang yang tengah berdiri bersandar pada tiang listrik.
"Kagami Taiga-kun?" orang itu bertanya pada sang pemuda.
"Siapa itu!?" bentak sang pemuda yang diketahui bernama Kagami pada orang yang menegurnya. Orang itu beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan mendekati Kagami. Sekarang Kagami bisa melihat rupa orang tersebut.
"Salam kenal ssu…. Aku Kise Ryouta ssu…. Aku mendengarmu dari Kurokocchi…" sapa Kise sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"O-oh… Kau teman Kuroko ya?" balas Kagami yang juga mulai mengulurkan tangannya.
"Bukan ssu… Aku pacar Kurokocchi... Dan kau mengganggu ssu!" Kise mencengkram tangan Kagami dan menusukkan stun-gun di dada Kagami.
"Ap—" seketika pandangan Kagami gelap akibat sengatan listrik dari stun-gun Kise. Tubuh Kagami roboh di tempat, dan Kise menyeringai melihat tubuh tak berdaya di hadapannya.
"Naaaahhh~~~~ Saatnya berpesta ssu~~~~"
.
.
Kuroko mendengar bahwa Kagami absen ketika ia masuk kuliah keesokan harinya. Padahal Kuroko berharap Kagami bisa mengajarinya memasak lagi. Dengan perasaan kecewa, Kuroko pun memutuskan untuk berjalan-jalan sebelum pulang ke apartement miliknya dan Kise. Hari ini Kise akan pulang larut malam karena jadwalnya, membuat Kuroko sedikit kesepian.
"Haaah…. Semoga Kise-kun tidak pulang terlalu larut setelah menyelesaikan urusannya." gumam Kuroko sambil menghela nafas panjang.
.
.
Di dalam sebuah gubuk kecil yang terletak jauh di tengah gunung, seorang pemuda pirang tengah sibuk mencetak sesuatu dari adonan berwarna putih. Di sisi lain meja terdapat potongan tangan berukuran kecil yang retak disana-sini. Bukan, bukan potongan tangan manusia, melainkan potongan tangan boneka porselen yang gagal. Ternyata pemuda itu tengah membuat sebuah boneka porselen.
"Hm~~ Hm~~~ Mmm~~~" pemuda itu bersenandung pelan. "Ah, kau sudah bangun—" tanya pemuda itu pada temannya yang tidur di atas kursi, "—Kagami Taiga-kun?"
Kagami mengerang pelan, berusaha mengangkat tangannya. Namun ternyata tangannya tidak bisa terangkat karena terikat kencang pada tangan kursi.
"Ngghh! Hmmphh?" bermaksud melontarkan kata-kata, namun mulut Kagami tersegel oleh jahitan rapi di sekitar mulutnya.
"Jangan memberontak begitu ssu…. Nanti jahitan di mulutmu robek ssu…" sang pemuda pirang, yang bernama Kise, menegur Kagami. Beranjak bangkit dari pekerjaan mencetak bonekanya, Kise berjalan menuju sudut ruangan, mengambil seperangkat alat-alat pertukangan. Lalu Kise mendekati Kagami sambil memain-mainkan golok besar.
Mata kagami melotot melihat Kise mendekatkan golok itu pada batang lehernya. Kagami berharap tebakannya meleset, dan sedikit bernafas lega ketika golok itu dijauhkan dari lehernya dan kembali disimpan bersama dengan alat-alat mengerikan lainnya.
"Hnngghh! Hnggh! Grrrhhh!" Kagami mencoba memprotes dan mempertanyakan kenapa Kise melakukan hal ini padanya. Kise menatap Kagami sambil tersenyum manis.
"Ssssttt…. Jangan berisik ssu…. Yah, tapi nanti kau akan tenang seperti mereka semua kok…" Mendengar ucapan kise, Kagami reflek menoleh ke samping kiri dan kanannya, hanya untuk melihat beberapa mayat pemuda seusianya yang tubuhnya sudah tidak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh mereka termutilasi. Dan tidak ada satu pun dari mayat-mayat itu yang memiliki mata dan batok kepala sehingga Kagami dapat melihat otak mereka yang mulai membusuk.
"HHHHHGGGRRRRHHHH!" teriakan Kagami teredam oleh jahitan di mulutnya. Beberapa bagian jahitannya mulai mengeluarkan darah segar karena Kagami ingin membuka mulutnya namun tertahan oleh jahitan super kuat yang dilakukan Kise.
"Moouuu… Berisiknya…." Kise yang kesal melayangkan celurit pada betis kagami, mencongkel daging betisnya hingga tulang kaki kagami terlihat. Teriakan Kagami kembali tertahan oleh jahitan di mulutnya. Kise mendekatkan celurit yang bersimbah darah dan daging segar itu pada hidungnya, mengendusnya nikmat.
"Ha… Hahaha…Ahahahahahahaha!" Kise mulai tertawa kegirangan. Kagami melihat Kise tertawa kesetanan dengan air mata bercucuran dan wajah pucat menahan sakit di mulut dan betisnya. Kise mendekat dan mengelus pipi Kagami, menghapus jejak air matanya dan menatap manik crimson Kagami.
"Jangan menangis ssu…. Pestanya baru dimulai…." Lalu kise kembali mengambil sebuah bor dan menghidupkannya. Suara raungan bor bak melodi neraka di telinga Kagami.
"Daaannn~~~~ Tangan inilah yang menyentuh Kurokocchi~~~~" lalu bor pun berpindah tempat menembus tangan Kagami yang terikat di tangan kursi. Kagami kembali berteriak tertahan. Kise menggerakkan bor itu ke atas, menuju lengan Kagami, dengan bor yang masih menancap pada daging dan tulang kagami, membelah tangan Kagami menjadi dua. Mata Kagami mulai kehilangan fokus akibat rasa sakit yang datang bertubi-tubi. Kise menghentikan kegiatannya mengebor tangan Kagami. Meninggalkan bor yang masih menancap, Kise menangkup wajah Kagami dengan tangannya.
"Matamu indah juga ssu…. Apalagi ketika berkaca-kaca begini…. Kira-kira Kurokocchi akan suka tidak ya? Tapi aku mau ambil rambutmu juga ssu…." Kise mengeluarkan sebuah pisau bedah dari dalam sakunya, menelusuri garis wajah Kagami dengan pisau itu. "Ah, sudah kuputuskan. Mata kanan dulu, lalu rambut, kemudian mata kiri ssu!"
Kemudian Kise langsung mengiris kulit di sekitar mata kanan Kagami, berusaha mencongkel mata Kagami utuh, tanpa merusak bola mata tersebut. Sedikit sulit dilakukan karena tubuh Kagami memberontak akibat rasa sakit yang tak terhingga di mata kanannya dan sekujur tubuhnya.
"Se…dikit lagi… Yosh, selesai!" ujar Kise seiring dengan terpotongnya optic nerve mata kanan Kagami. Tubuh Kagami tidak lagi bergerak, apalagi memberontak. Tubuh yang masih mengucurkan darah segar itu mulai mendingin dan kaku, seiring denyut jantung yang telah berhenti berdetak.
"Eh? Sudahan ssu? Padahal kita baru main sebentar ssu…. Yasudahlah, kau tidur saja dan aku akan bereskan semuanya…. Oyasumi ssu, Kagami Taiga-kun."
.
.
Kise memasuki apartement-nya yang ditinggalinya bersama Kuroko dengan perlahan. Menatap keadaan apartement yang gelap, Kise berpikir jika Kuroko sudah tidur. Memutuskan untuk melewatkan makan malam, Kise masuk ke dalam kamar mereka. Betapa terkejutnya Kise ketika mendapati Kuroko masih terjaga dan sedang membaca buku di atas ranjang mereka.
"Okaerinasai, Kise-kun." Sambut Kuroko.
"E-eeh? Kurokocchi kenapa belum tidur ssu?" tanya Kise sambil mendekati Kuroko dan duduk di pinggir ranjang.
"Aku menunggumu, Kise-kun. Dan mana salamnya?"
"A-aahh… Tadaima ssu, Kurokocchi…." Kise mengecup pucuk kepala Kuroko. Kuroko melirik jam pada nakas ranjang mereka, pukul 11 malam, sepertinya urusan Kise cepat selesai.
"Omong-omong, aku punya hadiah untuk Kurokocchi… Tadinya ingin kuberikan besok karena kupikir Kurokocchi sudah tidur ssu…" Kise mengeluarkan sebuah kotak besar dan memberikannya pada Kuroko.
"Boneka porselen lagi, Kise-kun?" tanya Kuroko yang membuka kotak itu dan mendapati dua buah boneka.
"Iya ssu…"
"Boneka kita sudah banyak Kise-kun…"
"Tapi ini unik dan langka ssu… Lihat, yang ini memiliki rambut dan mata sebiru lautan… Yang ini juga rambutnya unik, merah dengan gradasi hitam, matanya juga membara sepeerti api ssu…"
"Hm… Kau benar, mereka berdua memang unik. Akan kusatukan mereka berdua dengan yang lain. Semoga mereka bisa berteman dengan yang lainnya. Kise-kun mandi saja sementara aku akan memperkenalkan mereka berdua pada yang lain." Ujar Kuroko yang bangkit dari ranjang, kemudian berjalan menuju ruang boneka. Dan sebuah seringai mengerikan yang tercetak di wajah tampan Kise.
— End of Kise's Side —
Mdn 15112015
