Malam jatuh ketika Alejandro bersiap untuk mengembangkan layar. Bulan dan bintang penuntun sepertinya tertutup oleh kabut tebal, sehingga menyisakan gelap gulita yang mengekang hawa dingin. Setiap hebusan napas menimbulkan uap yang terlihat dengan jelas, dan setiap denting gelas kaca yang berbenturan merupakan bunyi yang nyata.
Malam ini, sang kapten kapal beserta para awaknya sudah membulatkan tekad untuk segera berlayar ke dunia baru, benua luas yang berada di ujung barat nan jauh di sana. Terima kasih untuk Christopher Columbus yang sudah bersusah payah berlayar ke seluruh dunia untuk menemukan daratan tersebut. Jasanya tak akan pernah dilupakan para pecinta ekspedisi dan pemerkosa daratan, serta para penjarah di lautan.
Dan satu per satu manusia iblis muncul dari dasar laut untuk menghunus dan merampok, serta berpesta pora dan mengecupi tiap wanita.
Blackbeard.
[Terakhir kali ia melihat Blackbeard, lelaki itu sedang memenggal seorang pria yang tidak mau tunduk padanya. Butuh saat yang benar-benar tepat untuk membunuh bajak laut satu ini.]
William Kidd.
[Pria ini memang layak menerima hukuman gantung.]
Calico Jack.
[Sampai mati akan ia kejar lelaki ini.]
Henry Morgan.
[Tak akan pernah dia lupakan sosok satu ini. Betapa kewibawaannya selalu beriringan dengan kebengisan dan campur tangan iblisnya. Dialah raja bajak laut. Dialah ayah para perompak. Tak akan pernah ia mati.]
.
Infierno
Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya
Infierno © Nanami-Kun
I don't own the characters, i just own the idea and the plot of the story.
.
Warning: Rate M, bahasa yang kasar, OOC, OC, sejarah yang bakal saya belak-belokkan, yaoi/ yuri mungkin bakal lewat, hal-hal yang complicated, dan mungkin pindah-pindah setting.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa Infierno yang dulu saya hapus kini kembali muncul. Satu jawaban saya, saya remake fic satu ini supaya menjadi lebih baik, dan dapat lebih memuaskan para pembaca.
.
Nightmares
.
.
Kedua matanya mengerjap-erjap ketika merasakan cahaya dari lilin mulai menyakitkan mata. Meski tak menimbulkan kepulan asap yang bikin sesak napas, namun cahaya yang terang itu terasa memedihkan kedua intan hijaunya, nyaris menyamai ketika tangannya terkena lilin cair yang mengalir ke bawah dan segera mengeras.
Tahun 1701, hanya beberapa hari setelah eksekusi mati yang dilakukan pada William Kidd, Antonio memutuskan untuk segera berlayar mengejar kekayaan di dunia baru. Bukannya ia jenuh pada kegiatan perompak saat ini— bagaimana ia bisa jenuh? Banyak sekali musuh hebat yang dapat ia tantang dan ia jarah hartanya—, tapi ia memilih untuk mencoba menjelajahi dunia yang ia tak ketahui sama sekali.
Antonio Fernandez Carriedo bukanlah seorang privateer. Ia murni bajak laut. Ia terlahir sebagai seorang iblis yang selalu meringkuk di bawah bendera Joly Roger dan tak mau tunduk pada segala jenis hukum dan pemerintahan yang dijalankan oleh semua negara. Ia hanya mau tunduk pada hukum bajak laut. Darah perompak telah mengalir turun temurun di keluarganya sejak abad ketiga belas. Itulah mengapa ia bisa memiliki banyak relasi dengan orang-orang yang sekaum dengannya, baik yang sudah berhenti atau terus melanjutkan kegiatan menjarahnya.
Ia menjadi buronan di mana-mana. Dan begitu namanya meluncur dari mulut seseorang, semua yang memasang kuping akan mengernyitkan mata dan segera menutup pintu kayu dengan kencang.
Yang ada hanya ketakutan, baik di permukaan maupun yang masih terpendam dalam bongkahan emas bernama harga diri.
Alejandro, galleon milik Antonio yang merupakan hadiah spesial dari Henry Morgan untuk ulang tahun ketiga belasnya, selalu mengiringi setiap perjalanan Antonio dalam mengarungi lautan sejak ia berusia tujuh belas tahun, saat di mana ia memutuskan untuk mengikuti jejak leluhurnya.
Tak pernah ia sangka, pertemuan ketiganya itu juga merupakan pertemuan terakhirnya dengan Henry Morgan. Beberapa bulan setelah ulang tahun ketiga belas Antonio, terdengar kabar jika sang raja meninggal dengan tenang di Jamaika, juga pada tahun 1688.
.
[Banyak orang Spanyol membenciku, karena aku telah membinasakan keluarga dan kekasihnya. Tapi kau tidak, kan, Antonio?]
[Bocah lelaki yang baru saja menjejakkan kaki di usia tiga belas itu tak dapat membalas ucapan sang raja. Ia termangu. Tangannya memangku dagu, dan matanya menerawang menuju bongkahan berlian yang tertancap erat pada cincin emas sang pria.]
[Meski kau murni berdarah Spanyol, kau masih mau menjalin pertemanan denganku, kan?]
[Lagi, lidahnya serasa kelu. Ingin bicara, yang keluar hanyalah karbon dioksida. Di hadapan pria ini, ia hanya akan menjadi sebuah patung bisu.
Pria berkebangsaan Inggris Raya itu hanya menyunggingkan senyum khasnya. Senyum yang dapat membuat semua orang tunduk pada kuasanya.]
[Jadilah sepertiku, Antonio. Arungi lautan ini. Jadilah bebas, dan berdirilah dengan tegak, angkat wajahmu meskipun kau sedang berada dalam perang.
Anggaplah bunyi bedil dan meriam sebagai musik pengantar tidur, begitu pula pedang yang nyaring berdenting di telingamu. Anggaplah mereka sebagai musik yang membuat kau dapat tidur nyenyak.]
[Lalu ia mengeluarkan sebuah pisau kecil, di mana pada pegangannya telah diukir sebuah nama yang asing untuk Antonio.]
[—Alejandro—]
[Anak adam itu terdiam dan segera menengadah untuk bertanya. Sebelum ia membuka mulutnya, titah sang raja sudah memasuki kedua telinga.]
[Nama kapalmu, sebuah galleon untukmu, Anakku. Modal bagimu untuk mengarungi ketujuh samudera. Berjanjilah, Antonio. Berjanji sebagai seorang pria. Dan segeralah tepati janji itu.]
[Suara yang menyengat, elektrik, magis, memasuki telinganya dan berdiam di dalam sekat hatinya.
Tanpa menunggu lama, sebuah anggukan mantap dari sang bocah yang beranjak remaja itu merangkul titah raja. Pria itu kemudian berbalik, bahkan jubahnya memberikan sentuhan ganjil dan menunjukkan jika lelaki itu memiliki jabatan, dan sang raja mulai melangkah menjauh. Jauh lagi, hingga tak terlihat sama sekali.
Sejak hari itu, bahkan sampai akhirnya ia menutup mata, Henry Morgan tak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi pada Antonio.]
.
.
Seperti terbangun dari mimpi, Antonio segera membuka matanya lebar-lebar. Sudah dua belas tahun berlalu sejak peristiwa magis satu itu, di mana setelahnya, Antonio memilih minggat dari rumahnya dan tinggal di galleonnya, belajar beradaptasi dengan Alejandro. Sampai saat ini ia masih bertanya-tanya, apakah hubungan keluarganya dengan sang raja bajak laut, hingga ia bisa mendapatkan Alejandro sebagai sebuah hadiah ulang tahun? Rasa-rasanya, perompak Spanyol dan bajak laut Inggris tidak menjalin hubungan yang baik. Begitu pula dengan angkatan lautnya.
"Hei," Sebuah suara mengalun di udara. Membangunkan sang kapten sepenuhnya, setelah baru saja terombang-ambing dalam masa lalunya.
"Malam, Willem. Apa ada yang menarik di lambung kapal? Apa persediaan rumnya cukup?" Beribu pertanyaan yang meluncur dengan nada dilontarkan oleh Antonio. Seperti biasa, basa-basi saja yang ia lakukan.
Willem meraba saku celananya dan merogoh sebatang rokok, melangkah mendekati lilin yang berada di meja kerja Antonio, kemudian menyulut benda itu. Asap memenuhi beberapa bagian dari ruangan tersebut, dan sesekali membuat Antonio terbatuk.
"Kapan kau akan berhenti merokok, sih?"
Bola mata Willem segera beralih menatap Antonio.
"Kapan kau akan berhenti menjadi bajak laut?" Lelaki Belanda itu balas bertanya.
"Tidak akan, kurasa."
"Kalau begitu, itu juga jawabanku atas pertanyaanmu."
Dan Willem segera melengos pergi tanpa lupa meninggalkan polusi udara di kamar sang kapten.
.
.
[Aku tidak takut mati.]
"Bunuh bajingan itu! Bunuh! Gantung!"
Mereka meraih kedua tangannya yang dipenuhi oleh peluh dan segera merantainya. Kepalanya ditutupi kain serba hitam, dan mulutnya diganjal menggunakan lemak hewan. Kakinya dilumpuhkan, dan tubuhnya dibuat bersujud dengan paksa.
"Bunuh! Gantung! Nyawanya tak lebih berarti dari nyawa lima ekor babi!"
Lalu kepalanya dibuat menunduk, sebab sebuah tongkat kayu didaratkan dengan keras di tengkorak belakangnya. Bunyi sesuatu yang retak terdengar di telinganya. Dan cairan merah kental mengalir perlahan, menyusuri pipi dan turun ke leher. Kain hitam itu telah dirembesi oleh darah.
"Siapkan tiang gantungnya,"
Dan bunyi palu yang bertabrakan dengan paku juga kayu saling kejar-mengejar. Lalu datanglah bunyi yang lebih menyeramkan. Bunyi yang menandakan jika tiang gantungan sudah siap untuk mengeksekusi mati.
"Sudah siap. Bawa tawanan ke sini."
Kedua kakinya melangkah gontai. Bukan karena takut, melainkan karena sakit yang ia rasakan. Namun, sebisa mungkin ia berjalan tegak, dan wajahnya menengadah, meskipun yang ia saksikan hanyalah gelap. Ia naiki sebuah kursi dengan perlahan-lahan. Dapat ia rasakan atmosfer negatif di sekitarnya.
Tiba-tiba sebuah tangan kekar meraih tubuhnya. Beberapa kali ia meronta karena kehilangan udara, dan kulitnya merasakan sesuatu yang asing. Benda dingin dan keras, itu adalah besi. Besi-besi itu dibuat seakan untuk memerangkapnya. Tubuhnya sengaja dikekang. Ia merasakan rasa sakit dan pedih, lalu dirasanya ia tak dapat lagi bergerak bebas.
"Bukalah kain penutup wajahnya."
Terang tiba-tiba menyambar kedua mata sang tawanan. Rasanya perih. Ia menyesal, mengapa penutup wajah tadi harus ditanggalkan? Dan lalu ia melihat sosok yang sepertinya tadi mencengkeram tubuhnya, kini sedang membawa sebuah tangkup kepala— yang terlihat seperti sebuah perangkap besi.
Ia tahu ada yang tidak beres. Sebelum dapat menyangkal, kepalanya ditarik dan dipegangi dengan kuat, dan besi-besi itu mulai memerangkap wajahnya juga. Lagi, ia meronta, mencari sedikit rasa nyaman, namun hanya pukulan telak di kaki yang ia dapatkan.
Kepalanya dimasukkan ke dalam tali temali yang sudah dipersiapkan untuk menjadi eksekutor.
Napasnya memburu.
"Any last words?"
Ia menunduk dan menatap kedua kakinya. Bayangan hari-hari yang ia lalui di lautan bermain-main di pikirannya. Terlalu banyak kenangan, ia tak dapat mengurutkan dan mengingat satu persatu.
Kini yang ada hanyi sakit, dan sakit lagi. Ia sedang menyeberang ke jempatan kematian.
Lalu kepalanya menengadah dan menatap semua manusia yang berdiri di hadapannya. Ia membuka mulut untuk bersuara.
[My Lord, it is a very hard sentence. For my part, I am the innocentest person of them all, only I have been sworn against by perjured persons.(1)]
Dan setelahnya, ia membuat seluruh mulut terkunci.
Semua diam, bahkan burung yang tadi bercuap-cuap enggan membuka paruh.
Dan seperti yang sudah ia duga, pijakannya ditarik, membuatnya kehilangan keseimbangan. Hanya seutas tali yang dapat menahan tubuhnya. Dan tali itu pulalah yang menyebabkan kematiannya.
Tubuh sang tawanan menggelepar berkali-kali, sebelum akhirnya kegaduhan yang ia timbulkan makin lemah, lemah, dan tidak ada lagi. Tubuhnya diam, dan lidahnya menjulur keluar.
William Kidd sudah mati.
.
.
"Mierda!(2)" Antonio terbangun dengan peluh memenuhi keningnya. Sudah beberapa hari ini ia tidak dapat tidur nyenyak. Wajah Kidd yang sudah mati terus membayangi malamnya. Apakah karena Antonio ikut menyaksikan eksekusi matinya? Atau karena mereka saling bermusuhan?
Memang, kedua orang itu sama-sama membayangi Antonio, meskipun dalam konteks yang berbeda. Keduanya menimbulkan perasaan tersendiri pada lelaki Spanyol itu, dan meskipun keduanya telah mati, mereka seakan tak mau berhenti menghantui.
"Kapten, kau baik-baik saja?" Suara merdu Bella membuat Antonio merasa lebih baik.
"Ya. Masuklah, Bella."
Wanita berambut pirang dengan bandana berwarna hijau menghiasi rambutnya itu segera melangkah masuk. Di tangannya terdapat sebuah nampan yang membawakan secangkir teh dan sarapan.
"Kau bermimpi buruk, Tonio?" Wanita itu bertanya. Jemarinya menata meja kerja Antonio.
"Sepertinya," Sang kapten mendesah dan mengusap peluh di dahinya. Ia segera berbalik dan menatap sang navigator, meraih tangan Bella dan memeganginya dengan erat.
"Apa kau butuh pelukan?"
Keduanya tersenyum.
"Sepertinya aku butuh."
.
"Kondisinya memburuk, huh?" Willem menghisap rokoknya dan mengeluarkan asap dari mulutnya. Punggungnya ia sandarkan pada pintu dapur.
"Ya, akhir-akhir ini dia sering bermimpi buruk." Sang adik menimpali dengan santai, sedangkan tangannya masih sibuk mencuci perkakas masak. Rupanya masih ada noda yang belum mau hilang juga.
Noda di lehernya.
Willem menatap Bella dengan tajam, kemudian segera membuang muka. Asap rokok kembali membumbung di udara, dan angin segera membubarkannya.
"Kali ini, apa yang kalian lakukan?"
Bella segera menghentikan aktivitasnya dan berbalik. "Maksudmu?"
Lelaki Belanda itu segera menunjuk-nunjuk lehernya sendiri, membuat Bella tanpa sadar meraba lehernya, dan menemukan bekas merah yang nampak. Seketika itu juga kedua pipinya memerah.
"Hanya ini." Bella memalingkan wajahnya yang merah dan kembali melanjutkan kegiatannya. "Sebaiknya kau pergi. Aku mau sendiri," Ia melanjutkan ucapannya tanpa melirik Willem barang sekalipun.
"Wanita," Sang kakak segera beranjak pergi, enggan menggoda Bella lebih jauh lagi.
.
.
.
Chapter 1: end
-Pieces of Eight-
My Lord, it is a very hard sentence. For my part, I am the innocentest person of them all, only I have been sworn against by perjured persons.(1): Perkataan William Kidd sebelum digantung.
Mierda! (2): Sh*t!
Galleon: Jenis kapal.
Hai :) Maaf ya, Infierno yang dulu itu saya hapus. Heheh, soalnya mau saya remake. Semoga yang ini lebih memuaskan. Oke, ijinkanlah saya memperkenalkan nama-nama pirates yang muncul di sini!
Blackbeard & Calico Jack: Bakal keluar di chapter entah keberapa ;) Tungguin aja ok? #taboked
Henry Morgan: Bajak laut yang dulunya merupakan privateer. Privateer sendiri adalah bajak laut yang memiliki ijin untuk melakukan pembajakan. Dia disebut-sebut sebagai raja bajak laut. Kenapa dia dibenci di Spanyol? Well, karena dia menyerang koloni Spanyol dan melakukan pembantaian orang-orang Spanyol. Dia juga sudah pernah masuk ke Royal Navy, jadi admiral. Berkebangsaan Inggris. Untuk penjelasan lain, tungguin di chapter berikutnya ya~
William Kidd: Bajak laut. Kriminal, dan ya, begitulah cara dia mati. Sebenernya saya juga kurang tahu seperti apa dia sebelum mati, tapi pokoknya dia dinyatakan berasalah.
Mereka berdua (tentu saja) gak punya relasi dengan Antonio. Semua yang saya tulis (galleonlah, bencilah, temanlah) itu fiksi.
Kenapa saya mulai lanjutin fic ini lagi? KARENA AKU SUKA WAKTU RISETNYA DEMI APA. Ukh, maaf kalau chapter 1 masih belum jelas, ya? Saya bakal berusaha supaya fic ini lebih teratur dan nggak seburu-buru versi lamanya. Lalu, ya saya tau Infierno sang satu ini bener-bener beda dengan yang sebelumnya. Openingnya beda hehehe.
Semoga hasil remake ini bisa lebih baik daripada yang sebelumnya! Kritik/ saran, silakan tuliskan di kotak review! Buat yang log in/ enggak, pasti bakal saya balas OwO
