Seorang anak lelaki berambut hitam, matanya berwarna merah
Seorang anak lelaki berambut hitam, matanya berwarna merah. Termenung di depan jendela kelasnya, memandang langit yang cerah. Pikirannya tertuju pada seorang gadis pujaan hatinya. Gadis berambut panjang berwarna pink yang sangat manis yang bernama Lacus Clyne.
Sudah lama ia menyukai gadis itu tapi tak pernah punya keberanian untuk menyatakan isi hatinya. Apa lagi gadis itu adalah anak dari pengusaha sukses di kota tersebut. Mana mungkin Lacus dapat menyukainya
"OI SHINN!!"
Shinn Asuka tersadar dari lamunannya. Ia langsung melihat ke belakangnya dan melihat 2 sahabatnya, Cagalli Yula Athha dan Athrun Zala memanggil dari depan pintu kelas dan berjalan ke arahnya.
"Apa yang sedang ada di pikiranmu Shinn?" Tanya Athrun
"Kayanya udah 4 hari kita ngeliat kamu berdiri di depan jendela entah melihat apa atau memikirkan apa?" Cagalli melanjutkan
"Ah engga kok, aku cuma lagi…"
"Mikirin Lacus ya!" Cagalli memotong ucapan Shinn dengan suaranya yang keras
Shinn langsung menutup mulut Cagalli
"Jangan keras-keras! Bodoh!" omel Shinn
Athrun hanya tertawa melihat tingkah dari 2 sahabatnya itu
"Hei hei kita jadi tidak ke kantin? Kok jadi berantem sich?" Athrun bertanya
"hmph hmph" Cagalli berusaha berbicara
"Kau bicara apa Cagalli? Aku tak mengerti." Shinn memarahi Cagalli
"Shinn, sebaiknya kau lepaskan tanganmu dulu dari mulutnya" Athrun mengingatkan
"Oya, maaf" Shinn langsung melepaskan tangannya dari mulut Cagalli
"Dasar bodoh!" Cagalli berusaha mengatur nafasnya karena kesulitan bernafas saat mulutnya dibungkam Shinn
Segera mereka bertiga menuju ke kantin sekolah
Mereka langsung mengambil makanan dan mencari tempat duduk. Athrun duduk di sebelah Cagalli sementara Shinn duduk di sisi yang berlawanan
"Jadi…. Kamu…. Beneran mikirin Lacus?" Cagalli berusaha berbicara dalam kunyahannya
"Mank apa hubungannya denganmu?" Shinn memprotes
"Ya ada mungkin. Kami kan sahabatmu! Siapa tau kami bias membantu" Cagalli membalas omelan Shinn
"Itu benar" Athrun menambahkan sambil meminum minumannya
"Haaah…." Shinn menghela nafas. Ia merasa tidak ada pilihan lain selain menceritakannya
"Iya. Aku memikirkan dia"
"Jadi… Kau menyukainya? Walau…. Kau… bilang tidak… tapi sudah terlihat sejak lama?" Cagalli berbicara sambil mengunyah
"Cagalli, telan dulu makanannya baru bicara" Athrun mengingatkan
"Bukan… Urusuanmu" Cagalli memprotes omongan Athrun
"Iya,memang menyukainya. Padahal aku tau dia tidak mungkin suka padaku"
"Kenapa kamu berpikir begitu? Apa alasanmu berkata itu" Athrun bertanya
"Ya bayangkan aja. Dia anak dari pengusaha sukses, tinggal di rumah yang seperti istana. Sementara aku, anak orang biasa dan tinggal di apartemen. Mana mungkin"
"Itu engga jadi alasan untuk menentukan dia suka kamu atau tidak" Cagalli memprotes
"Benar Shinn, apa hubungannya hal itu dengan perasaan? Tidak ada" Athrun juga ikut memprotes
"Lagi ngomongin apa sih? Kok kayanya seru banget?"
Kira Yamato datang dan langsung duduk di sebelah Shinn
"Eh, engga ngomongin apa-apa kok" Shinn berbohong
"Shinn akhirnya mengakui kalau dia menyukai Lacus" Cagalli membongkar rahasia
Shinn memberi tatapan marah kepada Cagalli tapi Cagalli tidak menghiraukan
"Wah, akhirnya kamu ngaku ya" Kira menepuk bahu Shinn
"Memangnya kamu sudah tau?" Shinn bertanya
"Sudah sejak lama. Dari caramu melihatnya, bagaimana kamu bertingkah kalau dekat dia. Sepeti itulah" Kira menjelaskan
"Jadi kapan kamu mau menyatakan cintamu itu Shinn?" Athrun bertanya dengan sedikit mengejek
"APA?! GA?!" Shinn merengut
"Kenapa engga? Nanti keduluan orang lain gimana?" Kira memanas-manasi
"GA!" Shinn berteriak
"Hei tenang kenapa? Jangan triak-triak!" Cagalli mengeram marah
Kriiiiiiing
"Bel sudah berbunyi, ayo kita ke kelas" Kira mengajak sahabat-sahabatnya menuju ke kelas
--
Di Dalam Kelas
"Saya akan memberi tugas kelompok kepada kalian." Suara sang guru mengelegar
"Kalian akan saya bagi dalam kelompok berjumlah 2 orang tiap kelompok. Supaya adil ini ada potongan-potongan kertas. Yang saya panggil harap maju ke depan dan ambil satu potongan dan baca isinya"
"Ah tugas lagi" Cagalli mengeluh
"Ya mau gimana lagi" sahut Kira
"Athrun Zala" sang guru memanggil
Athrun maju ke depan dan mengambil satu kertas
"Cagalli Yula Athha" Athrun berkata
"Baik. Dia akan jadi teman sekelompokmu" Sang guru menjelaskan
'Dia? Kenapa harus dia sih?' Cagalli merengut dalam hati
"Flay Alster" panggil sang guru
'Ah, aku mau sekelompok sama Lacus. Tapi… ah sudahlah. Siapa saja juga engga apa-apa' pikir Shinn dalam hari
"Lacus Clyne"
Giliran nama Lacus di panggil. Ia maju ke depan dan membacakan
"Shinn Asuka"
Shinn terkejut bahwa namanya yang dibacakan Lacus
Setelah membacakan nama teman kelompoknya Lacus kembali duduk
Wajah Shinn memerah. Ia bisa merasakan pipinya memanas
'Aku… sekelompok… dengan…. Lacus?' Shinn termenung
"Baik. Tugas kalian adalah mencari data tentang perang Valentine berdarah yang pertama dan kedua. Di kumpul 2 bulan lagi. Minimal 8 halaman"
"HAAAAAH" Seluruh kelas mengeluh
"JANGAN MENGELUH!" Omel sang guru sambil menggebrak meja yang membuat kelasa terdiam
--
Sepulang Sekolah
Shinn berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motornya
"Sukses ya menyatakan cintamu ke Lacus" Athrun mengejek sambil tersenyum dan menepuk kepala Shinn
"Bukan seperti itu Athrun" Shinn protes
"Kesempatan yang bagus" Kira menambahkan
"Jangan ikut-ikutan Kira!" Shinn merengut
Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahunya
"APA LAGI SIH?!" Shinn menoleh sambil marah dan ketika dia melihat tangan siapa itu dia kaget
"Eh… Lacus…. Maaf…. Aku piker kamu siapa" Shinn terbata-bata sambil menggaruk kepalanya
"Tidak apa-apa. Aku hanya kaget kamu tiba-tiba berteriak" Lacus tersenyum
"Kamu engga pulang?" Shinn bertanya
"Pulang kok. Itu aku sudah dijemput supir papa" Lacus menunjuk limosin hitam di depan sekolah
"Oh, ya sudah. Aku juga mau pulang" Shinn berbalik dan menuju motornya
"Shinn!" Lacus memanggil
"Ada apa?" Shinn bertanya
"Keberatan kalau aku minta nomormu? Supaya aku mudah menghubungimu untuk membicarakan tugas" Lacus menjawab
'Dia… minta nomorku?'
"Engga kok. Aku minta nomormu juga deh. Biar sama-sama gampang" Shinn memberi nomornya dan mencatat nomor Lacus
"Oke. Aku duluan ya. Sampai ketemu minggu depan Shinn." Lacus melambai padanya
"Sampai ketemu" Shinn melambai
Shinn menaiki motor merahnya dan langsung menuju pulang
End Chapter 1
Tolong kasih pendapat ato masukan ya
