Berlari melewati undakan-undakan luas dan panjang terbuat dari marmer terbaik, dua pemuda kembar ini seakan tidak merasa lelah dalam menapakinya, rambut panjang sepunggung berwarna biru bergerak seirama langkah-langkah kaki. Di bukit yang dulunya tampak agung dimana menjadi kediaman Dewi Athena dengan para pelindungnya yaitu Saint-Saint yang menjaga kuil-kuil Zodiac, kini tidak menyisakan apapun. Di puncak tempat patung Athena menjulang selama mencapai ribuan tahun, sekarang musnah—bahkan puncak tertinggi telah terpangkas, sebagai gantinya berdiri pusat pemerintahan penguasa seluruh Yunani.
Sanctuary telah lama runtuh, menyisakan nama-nama Dewa yang diyakini namun tidak lagi turun ke kehidupan di dunia, apakah ini kemudian menjadi mitos—tapi semua itu pada masanya memang pernah terjadi.
Jaman sudah berganti dengan berdirinya kekuatan baru untuk sebuah pemerintahan mutlak—yang dahulu pernah terjajah berbagai perang baik perang para Dewa antara Athena, Ares, Hades, Poseidon, berganti perang antar manusia, Roman Empire, Ottoman Empire, dan terus berlanjut. Kini datang masa kemerdekaan, kekuasaan yang menaungi Yunani bernama Republic dengan President sebagai pemimpin tertinggi. Namun kekuatan-kekuatan kuno yang berhubungan dengan para Dewa tetap berlanjut. Cloth, Surplice, Scale, semua tersebar di seluruh dunia—di berbagai negara, menunggu siapapun yang cukup pantas mengenakannya, menjadi sosok yang berpengaruh untuk mengatur peradaban manusia.
"Saga, tunggu aku."
Seorang yang dipanggil menoleh ke arah asal suara, mendapati adik kembarnya tertinggal beberapa meter di belakang, bukan karena kalah cepat—tapi pasti tadi memang menyempatkan berhenti. "Kita sudah terlambat, Kanon."
Di ujung mata memandang, batas dari undakan terdapat lapangan luas yang merupakan halaman sebuah istana megah dengan dua menara tertinggi di ujung kiri dan kanan—menara kembar yang sering disebut Gemini Towers, seakan menunjukkan siapa yang berkuasa. Kedua pemuda belia berumur 15 tahun itu tidak menuju istana, tapi kemudian berbelok ke kanan dimana terdapat jalur diapit pepohonan, menuju sebuah komplek dengan bangunan besar lain, juga arena berlatih para prajurit di belakangnya. Sang adik sesekali masih menoleh ke belakang pada jalur lain yang menuju sisi sebelah kiri, melihat salah satu dari 8 General yang berdiri di balkon tertinggi salah satu bangunan sayap istana.
"Kanon!" sang kakak kembali memanggil, "Tidak usah macam-macam dengan memandangi Rhadamanthys-sama, apa kau mau dibunuh Regulus-sama?"
Berdecak sekali, ucapan yang tentunya tidak membuat pemuda bernama Kanon itu gentar. Dari 8 General terpilih, ditambah President yang merangkap General pemimpin 8 General tersebut, mungkin hanya satu yang membuatnya takut selain sang President sendiri—ada sosok yang memliki aura luar biasa kuat namun sering disembunyikan, tidak bisa dideteksi kecuali memang ingin menampakkan diri—tahu-tahu lawan terbunuh tanpa menyadari telah diserang, tidakkah itu mengerikan?
Matanya kemudian mengarah ke sisi hamparan laut, dan terpusat pada sebuah pulau dengan gunung berapi aktif yang mengeluarkan asap terus-menerus. Pulau dimana sang General tersebut tinggal, di sana tepatnya dibangun kediaman 4 General yang memiliki tugas memimpin perang, tempat kekuatan militer dan prajurit tertangguh Hellenic Republic.
-o-o0o-o-
A Defteros and Asmita Fanfiction
(Aspros x Sisyphus – Rhadamanthys x Regulus – Minos x Albafica)
Alternate Time, Alternate Reality, Romance, Angst
Our Story Sounds Like A Dark Tragedy
By Niero
Saint Seiya © Kurumada Masami
Saint Seiya Lost Canvas © Teshirogi Shiori
-o-o0o-o-
.
Part I: Pilot
.
Hellenic Republic (Greece).
Ruang-ruang bawah tanah di sisi bagian belakang istana merupakan penjara khusus tahanan perang, menahan orang-orang yang dirasa penting untuk dimanfaatkan dalam politik dan kekuasaan. Di sana tampak lengang, hanya beberapa ruang saja yang ditempati. Bunyi gemerincing rantai sebagai penanda bahwa tawanan masih hidup, kadang kala begitu sepi tidak ada suara yang menunjukkan aktifitas apapun. Dan di antara penjara sempit dengan jeruji berkarat, di ujung terdekat dengan tangga merupakan ruang yang cukup luas—namun tidak memungkiri bahwa ruang tersebut adalah tempat tahanan juga.
Pintu ruang itu kemudian terbuka, menampakkan pemandangan di dalamnya—sosok pria paruh baya dengan kaki terikat rantai besar serta tangan berlumur darah. Di sekitarnya berserakan segala model metal yang membentuk sosok-sosok berbagai jenis Cloth dan Surplice, ia sedang memperbaikinya di tengah todongan siksaan fisik dan mental.
"Semakin lama dia semakin lambat dalam bekerja, Sisyphus-sama." lapor salah satu penjaga pada sosok General yang baru masuk ke ruangan tersebut. "Dan tidak mau bicara juga,"
"Tinggalkan kami," ucapnya, meminta penjaga untuk keluar dan mengunci pintu.
Sisyphus. General berambut coklat pendek dan dengan ikat kepala kecil berwarna merah itu semakin mendekat. Dari seragam hitam berlapis coat yang dikenakan lengkap dengan beberapa lencana dan satu lencana khusus bernomerkan angka romawi dua, menunjukkan posisinya dalam urutan 8 General utama Hellenic Republic—8 General yang terbagi menjadi 4 General Perang dan 4 General Pertahanan. Orang-orang terpilih yang menyangga keutuhan Republic.
Ia memeriksa beberapa Cloth yang telah diperbaiki dan siap pakai, tidak begitu puas sekalipun ekspresi wajahnya tidak menunjukkan kegusaran sama sekali. Perhitungannya tentang satu orang memperbaiki banyak kerusakan tentu akan memakan waktu, jelas saja masih lebih banyak jumlah Cloth yang belum diperbaiki daripada yang sudah.
"Sage," lanjutnya. "Masih belum mau mengatakan di mana keberadaan bangsamu yang hilang dari peradaban?"
Pria bernama Sage tersebut bungkam.
"Jika kau mengatakan dimana saudara-saudaramu sekarang, mau bekerja sama dengan kami. Kalian akan mendapat tempat yang lebih baik, tidak di dalam penjara dan disiksa." kata Sisyphus, nada ucapannya semakin tajam selayak jika ia di medan perang menggunakan Sagittarius Surplice alih-alih Gold Cloth. "Atau, jika kami menemukannya sendiri, itu akan lain perkara lagi."
"Kau tidak akan menemukan mereka, dan aku pun tidak akan mengatakannya. Lemurian tidak akan pernah menjadi budak Hellenic!" balas Sage keras. "Kau bisa memaksaku memperbaiki semua Cloth dan Surplice, tapi tidak jika mereka juga kalian kejar untuk dijadikan budak memperbaiki senjata ini! Lemurian adalah ras yang lebih maju dari kalian, kami hidup bukan untuk tunduk pada pemerintahan manapun."
"Kami tidak ingin menjajah bangsa kalian, tapi jika kalian memang tidak ingin bersatu dengan Hellenic Republic, kami pun tidak mempunyai pilihan." tegas Sisyphus, sekalipun tahu berdiplomasi dengan orang ini tidak akan berhasil.
"Kalian hanya ingin memanfaatkan sumber daya kami."
"Dengan imbalan kedudukan yang pantas,"
Sage berusaha berdiri, bertumpu pada lututnya yang berat. "Dengar, lebih baik aku mati membusuk di sini, daripada mengatakan di mana keberadaan bangsa Lemurian."
Mendengarnya, Sisyphus mengerti bahwa kekeraskepalaan Sage sama sekali tidak bisa diruntuhkan. Berbalik keluar, ia memerintahkan penjaga untuk kembali menjalankan tugasnya. Sebagai salah satu dari 4 General yang memimpin pertahanan Republic, ia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melindungi Republic dari ancaman kekuatan besar lain—untuk tidak terjajah lagi seperti masa-masa lampau. Bukan berarti Lemurian termasuk ancaman tersebut, sekalipun secara tidak langsung hal itu bisa saja terjadi. Namun, Republic menginginkan para Lemurian untuk tujuan lain.
Selain tugas ringan—seperti disempatkannya untuk mengawasi pelatihan prajurit secara langsung. Sebuah misi penting yang diemban seluruh General, termasuk dalam rangkaian tugasnya juga. Jelas adalah pencarian panjang menemukan bangsa Lemurian—peradaban yang diduga telah hilang. Namun bagaimana mungkin dapat dipercaya begitu saja kalau kemudian mereka berhasil menangkap seseorang dari bangsa tersebut. Banyak mata yang dikirim ke seluruh dunia untuk menyelidiki keberadaan kaum ini—sayangnya belum ada satupun yang kembali untuk memberikan laporan, atau banyak yang bahkan kemudian hilang tanpa jejak.
Tapi bayangkan kekuatan yang akan memperkuat Republic jika dapat bersekutu dengan para Lemurian. Cloth juga Surplice tidak akan pernah mati, selalu bisa diperbaiki dan dihidupkan kembali oleh mereka.
.
Arena berlatih tampak ramai, banyak jenis latihan yang dijalankan disana. Dan satu bagian arena tersembunyi—dengan beberapa rintangan untuk mencapainya digunakan bagi mereka yang diberkahi cosmo, tempat mengasah bakal alami untuk bisa sampai level kekuatan tertinggi, yang nanti menjadi tangan kanan General utama, atau bahkan terpilih menggantikan General tersebut. Sedangkan pada sisi lain, arena untuk prajurit-prajurit yang berlatih keras dengan memaksimalkan kekuatan fisik untuk bisa sejajar dengan mereka yang memiliki cosmo.
Sisyphus mengawasi sekilas, hanya memastikan bahwa semua berjalan lancar. Dan sampai pada arena khusus, matanya mendapati pria yang berseragam sema sepertinya—sosok General ke-8 tersebut tengah menyidang dua pemuda kembar, ia pun mendekat dengan cepat.
"El Cid," panggilnya, "Mereka terlambat lagi?"
"Ya," jawabnya sekilas. "Kuserahkan padamu, Sisyphus. Aku harus mengawasi yang lain."
Sisyphus memberikan anggukan sebagai jawaban. Kemudian melihat pemuda-pemuda yang berdiri seakan tanpa dosa tersebut dengan lelah, seakan ini bukan pertama kalinya mereka membuat ulah. Kalau tidak bertengkar hebat, sekalinya kompak mereka akan entah melakukan apa di luar sana sampai terlambat seperti sekarang.
"Saga, Kanon," panggilnya. "Apalagi yang kalian lakukan kali ini?"
Kanon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Er, itu… Sisyphus-sama, er—"
"Tidak usah mencari alasan macam-macam," kata Sisyphus tegas, "Disini kedisiplinan yang paling penting, kalian sadar itu. Dan di masa depan, kalian memiliki tanggung jawab besar untuk Republic. Tidak ada waktu untuk bermain-main dengan hal yang tidak penting."
"Maafkan kami, Sisyphus-sama." ucap Saga.
"Aku tidak perlu permintaan maaf, tapi aku perlu kesungguhan kalian bahwa tidak akan menyepelekan latihan dan tugas lagi. Atau kalian mau terkurung di Another Dimension seperti minggu lalu?"
"Ti—tidak." Kanon menggelengkan kepala mengingat hukuman yang ia dan kakaknya terima karena hampir berkelahi di depan Sang President.
"Besok jika aku mendapati kalian tidak disiplin lagi, akan aku kirim kalian ke Pulau Kanon. Sekarang, kembali berlatih," ucap Sisyphus kemudian.
Menangani para junior memang jauh lebih melelahkan, sekalipun untuknya yang telah terbiasa dengan anak-anak dan ketegasannya diikuti keramahan. Pekerjaan sebagai General Pertahanan terasa lebih rumit jika ditambah kesediaan melatih pemuda-pemuda spesial untuk mengembangkan cosmo yang dimiliki. Tapi terkadang melihat semua latihan di sini, sejenak bisa menjadi pengalih dari beratnya pekerjaan di Republic. Ia jadi berpikir tentang 4 General Perang yang berada di Pulau Kanon, dan kemudian menggelengkan kepala—semua yang disana dikenal tanpa ampun dan suka menyiksa lawan, jelas bukan tipe yang suka mendidik murid dengan jalan wajar.
"Saga dan Kanon itu seperti tidak ada kapoknya," ucap El Cid yang berdiri tepat di sebelah Sisyphus. "Padahal jika sudah serius, merekalah yang terkuat dan terpandai di antara semua bocah-bocah di sini."
"Mungkin karena masih muda," balas Sisyphus, sambil mengawasi berjalannya latihan.
"Itu bukan pembenaran, sepertinya aku harus lebih keras pada mereka."
Sisyphus tersenyum kecil. Ia memang menjaga kedekatannya dengan El Cid, sepanjang pengamatannya, sosok ini tenang—terkesan serius. Ia tidak meragukan kapasitas El Cid sebagai General Pertahanan, namun saat berkeliling mengawasi latihan di camp militer ia sedikit ragu bahwa pemilik Excalibur ini bisa cocok dengan sekitarnya. Satu hal lagi yang membuat Sisyphus mendekat, penasaran akan aura misterius dari pengguna Capricorn Gold Cloth tersebut—sikap selayak pria sejati, tidak begitu banyak bicara, terkendali, tiap ucapannya seakan menyembunyikan sesuatu, apa yang ada dalam pikirannya tidak akan dikeluarkan begitu saja.
Kemudian pandangannya beralih pada sesosok pemuda yang berlari ke arahnya.
"Sisyphus-sama, El Cid-sama," kata pemuda itu, setelah sebelumnya membungkuk sopan. "President meminta seluruh General untuk hadir di ruangannya,"
Saling berpandangan sekilas, keduanya langsung bergegas meninggalkan arena berlatih—memacu langkah menuju istana, panggilan Sang President adalah hal yang diprioritaskan untuk dilaksanakan lebih dahulu.
Jauh di atas salah satu Menara Gemini, sepasang mata menyorot tajam penuh selidik ke arah El Cid dan Sisyphus yang berjalan cepat beriringan. Hanya sebentar, kemudian ia berbalik—jubah putih dengan motif berwarna emas di bagian bawah berkelebat saat ia berjalan meninggalkan menara. Ia harus berada di ruang kerja saat General-General bawahannya menghadap.
.
Ruangan besar bergaya klasik, berdiri banyak panji-panji dengan berbagai arti. Salah satunya kenegaraan, merupakan panji persegi panjang berwarna biru mendasari garis-garis putih horizontal dan salib di bagian sudut atas. Di sebelahnya bendera militer persegi berwarna biru gelap dengan salip putih. Bendera Presidential yang terbordir salip perak dan daun laurel emas berada di sisi lain. Dan simbol perang dengan mahkota, seperti lencana khusus para General yang dihias angka romawi pun tercetak di salah satu panji di sana.
Lalu di salah satu dindingnya, peta dunia besar terbentang—tepat di sebelah jendela yang hanya terbuka sebagian—sisanya tirai-tirai berwarna merah gelap menghalangi akses sinar matahari. Peta tersebut yang menjadi pusat perhatian 4 General Pertahanan dan sang President sendiri, kelimanya duduk secara acak—dengan President di posisi tunggal dan terdepan seperti biasa. Lalu sosok yang berdiri di hadapan peta bagian Asia—Aiacos, sempat membuka kancing coat hitam yang melapisi seragamnya sebelum melingkari sebuah wilayah dengan marker merah.
"Jamir," ucapnya sambil menunjuk-nunjuk peta. "Di sini tempat mereka menetap selama ini, perbatasan antara China dan India. Sudah aku pastikan sendiri, mereka memang Lemurian."
Pencarian memukan titik temu—tidak lagi berakhir sia-sia, tanpa bantuan Sage di dalam penjara pun sang mata-mata kepercayaan President sendiri sudah bisa menemukan bangsa yang hilang, keberadaan Lemurian tidak lagi menjadi rahasia untuk mereka.
"Pegunungan Himalaya?" tanya Rhadamanthys, lencana bernomer 4 miliknya sedikit berkilau memantulkan cahaya dari lampu kristal yang tergantung.
"Ya, 7000 m di atas permukaan laut." Aiacos menambahkan, "Lokasi yang memang cukup sulit dijangkau."
"Tidak sulit kalau untuk kita," lanjut General ke-7, General Pertahanan termuda pemilik Leo Gold Cloth.
"Artinya, misi ke sana tidak mungkin melibatkan mereka yang belum berpengalaman, Regulus." suara sang President terdengar, "Kau dan Rhadamanthys pergilah ke Pulau Kanon, panggil semua General Perang untuk menghadap padaku."
"Baik… Aspros-sama," ucap Regulus dan Rhadamanthys dalam satu nada serentak.
"El Cid, persiapkan persenjataan dan keperluan lain—satu minggu dari sekarang, misi ke Jamir dijalankan." perintah Aspros, lalu memberi isyarat kepada semuanya untuk meninggalkan ruangan.
Menyisakan Sisyphus, melangkah mendekati Sang President, membisikkan sesuatu yang membuat raut wajah Aspros berubah—tidak bisa didefinisi arti dari ekspresi tersebut, hanya sebentar dan kembali pada sikap serius dan tegas seperti biasa. Sementara El Cid menyaksikan itu dari ujung matanya, tangannya terkepal lalu kemudian bergegas keluar. Ia sadar posisinya, ia sadar dirinya siapa—bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan orang paling berkuasa di Republic. Terkadang rasa sial yang muncul memang salah sasaran—dalam kondisi apapun semua menurutnya sudah keliru. Tapi apa salah jika ia memiliki rasa tersebut karena selama ini Sisyphus yang lebih memberikan sinyal harapan padanya, namun… Ya, semua ini tetap salah untuknya.
"Aspros," ucap Sisyphus, bahkan tanpa menggunakan suffix apapun—menandakan pembicaraan mungkin bersifat pribadi. "Aku sudah bersamanya, aku tahu dia seperti apa."
"Baiklah, kejar dia… Sisyphus," kata Aspros. Sesaat ia memejamkan mata, sebelum bibirnya kemudian mengulum senyum saat menyadari General tangan kanannya itu sudah bergegas menyusul El Cid bahkan sebelum perintahnya tadi selesai diucapkan.
.
.
Kanon Island, Hellenic Republic.
Regulus merasakan hembusan udara hangat dari arah puncak gunung Kanon saat ia dan Rhadamanthys sampai di pulau ini. Di sepanjang jalan menuju ke bangunan menyerupai benteng di bagian sekitar lereng gunung—banyak sosok-sosok bersurplice dan bercloth baik Silver dan Bronze yang menunduk hormat padanya, sosoknya tidak mungkin tidak dikenal—seragam yang melekat sebagai tanda lain membuat semua mundur memberi jalan. Dan pulau ini tidak dihuni penduduk sipil, mereka yang Regulus temui adalah pasukan elit dibawah komando Sang General level tertinggi.
Melewati benteng dengan mudah, di sisi dalam terdapat sebuah kastil berdiri kokoh, tidak ada yang mau berpikir material apa yang digunakan sebagai pembangun kastil tersebut karena jika puncak gunung sesekali mengalirkan erupsi—benteng disana tetap tidak runtuh. Di undakan tangga terdepan, duduk seorang pria berambut biru panjang berantakan, syal tipis berwarna coklat lembut melingkar di leher dan menjuntai, menutup sebagian sisi depan seragam militernya—lencana bernomerkan 5 dalam romawi mengintip dari balik syal. Ia menikmati sebuah apel merah dan memandang kedatangan dua General dengan malas.
"Kardia," sapa Rhadamanthys, "Jika kau kelihatan begitu kurang kerjaan di sini, kenapa tidak datang ke istana dan membantu kami,"
"Huh?" balas Kardia, tidak beranjak dari posisinya. "Siapa yang kurang kerjaan, aku sedang melatih dia." lanjutnya sambil menunjuk pemuda berambut pirang cerah yang sibuk sendiri di sisi sungai menusuk ikan di batang kayu.
"Milo," panggil Regulus, ia berlari mendekati remaja yang usianya tak terpaut jauh darinya itu. "Kau sedang apa?"
"Memanggang ikan untuk Kardia," jawab Milo tak kalah riang, "Anda mau, Regulus-sama?" ia menyodorkan sebatang ikan yang tertusuk batang kayu pada Regulus, lalu dengan hati-hati ia memasukkan ikannya sendiri ke dalam sungai.
Benar, ikan tersebut memang dimasukkan ke dalam sungai—sungai yang mengalirkan lava pijar, bukan air jernih yang membawa bunyi gemericik dan kesejukan. Dimana biasanya petinggi militer Republic, Kingdom, Empire, atau apapun memilih kediaman yang asri—namun di sini adalah sebaliknya. Kastil megah dengan sungai menyala merah berkelok mengelilingi, pun tidak ada pepohonan rindang yang tumbuh di sekitarnya, cadas adalah satu kata yang pantas—miniatur neraka jika ingin menggunakan kata lebih berani untuk mendeskripsikan pemandangan yang terbentang jauh di depan dimana lava mengalir disana-sini.
"Itu yang kau sebut latihan?" tanya Rhadamanthys, ia sama sekali tidak mengerti.
"Hm," Kardia mengangkat bahunya, "Nanti mungkin dia akan kudorong ke lava kalau masih gagal juga memanggang ikan."
Dan Rhadamanthys semakin tidak mengerti dengan kegilaan di sini. Kemudian mulai berpikir, bagaimana bisa orang-orang diluar sana begitu takut jika mendengar nama Pulau Kanon, seakan pulau ini isinya iblis mengerikan—ya memang, General disini sadis dan beracun, baik dari kuku Kardia, atau racun seorang lagi di dalam sana, dengan para anak buah yang sama elitnya. Namun kenyataannya, General-General di sini tidak jelas kelakuannya.
"Arh! Gosong lagi!" teriakan Milo terdengar nyaring.
"Kau lihat, membakar ikan itu tidak mudah." ucap Kardia disela menggigiti apelnya. "Mencelupkannya ke lava dengan mengalirkan cosmo, agar ikan tersebut tidak terbakar—tapi kadang jika tidak beruntung ikan keburu gosong."
Sungguh, Rhadamanthys ingin membenturkan kepalanya ke dinding benteng terdekat. Terlebih saat dilihatnya Regulus juga ikut-ikutan. "Aku kesini tidak untuk berbasa-basi,"
"Tentu saja," ucap Kardia, melempar sisa apelnya ke dalam lava dan langsung hancur. "Tidak ada yang berani menyuruh-nyuruh kalian selain President sendiri. Jadi… Panggilan ke istana, sekarang juga?" tebaknya.
"Ya," kata Rhadamanthys, "Bersiaplah, aku akan memberitahu yang lain. Regulus, kau ikut atau mau bermain dengan Milo?"
"Ikut!" Regulus berdiri, memakan ikannya yang matang sempurna. "Sudah ya, Milo… Coba praktekkan yang aku katakan tadi, ikannya pasti matang dengan pas. Bye bye~"
Melanjutkan ke dalam kastil, suhu udara menjadi lebih sejuk. Interior yang begitu berbeda jika dibandingkan dengan gersang dan panas efek dari lava yang mengalir terus menerus, terdapat lukisan di dinding berada di sudut yang sesuai dengan arah pandang mata, juga patung-patung dari pahatan batu di beberapa sudut. Menaiki tangga berlapis karpet merah gelap, suhu dingin semakin terasa. Di lantai dua, Rhadamanthys dan Regulus mendapati sosok berambut hijau berkacamata tengah duduk tenang membaca buku—tentu saja, suhu dingin di sini adalah karena aura sang pimpinan dokter militer Hellenic Republic, dengan simbol Medical Corps melekat pada seragamnya.
"Dégel," sapa Regulus, senyum manisnya dari tadi terus tersungging. "Tumben kau di sini, oh, sudah dua hari aku tidak melihatmu di istana—ternyata di sini." lanjutnya, sekalipun Dégel hanya memberikan anggukan sebagai balasan. Ia pun kembali berjalan mengikuti Rhadamanthys.
Berhenti di depan sebuah kamar dengan pintu ganda tertutup rapat, tanpa permisi atau mengetuk terlebih dahulu Rhadamanthys mendorong pintu itu begitu saja. Tidak ada tanda keberadaan seseorang di dalamnya, kecuali ujung kepala keperakan yang menyembul dari balik selimut itu dihitung makhluk hidup. Ia melangkah masuk, setelah meminta Regulus menunggu di luar karena berbagai pertimbangan apa yang di dalam kamar kemungkinan hal tidak layak.
"Minos! Bisa-bisanya kau tidur jam segini," ucapan Rhadamanthys dengan nada sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Tidak ada reaksi apapun dari gundukan di atas ranjang. Sampai beberapa detik kemudian, Minos, sang General ke-3 tersebut menarik selimutnya sedikit hanya sampai di bawah mata, lalu menatap adiknya tajam. "Kau mengganggu, Rhade. Keluar!"
Mengacuhkan bentakan Minos, Rhadamanthys menyelidiki ruangan itu, karena seorang General lagi seharusnya berada di sini—tidak mungkin Minos terpisah dari Mawar-nya. "Di mana Albafica?"
"Ada perlu apa kau dengan Albafica-ku?" kecam Minos.
Dan bergeraknya selimut Minos, semakin tertarik ke bawah menjawab pertanyaan Rhadamanthys. Memang selimut tersebut terlihat mencurigakan, dan tidak mengherankan jika sosok General ke-6 berambut biru langit halus itu keluar dari sana, tidak ada yang mau tahu apa yang dilakukan Albafica tadi. Terlebih torso telanjangnya tidak terlindung selimut saat ia mengambil posisi duduk, hanya sebentar sebelum ia berbaring di dada Minos dan kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Rhadamanthys memutar matanya jengah, apakah para General Perang di sini memang ganas jika di medan perang saja. "Kalian, berpakaianlah. President memangggil semua General untuk berkumpul,"
"Untuk?" tanya Minos, belum ada niat darinya untuk bangun.
"Lemurian ditemukan."
Seketika Minos bangkit, ekspresi wajahnya berubah liar. "Akhirnya,"
Jika ada yang menarik perhatian Minos selain Albafica, yaitu tugasnya sebagai General Perang—dan dihadapkan dengan fakta tersebut, ia sudah tidak sabar memainkan Marionette. Demikian juga dengan Albafica, lepas dari pelukan Minos keangkuhannya kembali, racun mawar mematikan siap ditebarkan melumpuhkan lawan.
Tidak mau melihat Minos yang turun dari tempat tidur dengan tubuh polos tanpa tertutup apapun, Rhadamanthys bergegas keluar dan menutup pintu sedikit keras. Ia menarik Regulus untuk turun lagi ke lantai pertama, lalu berjalan ke sisi belakang dimana terdapat sebuah gerbang dari besi tempa menuju lorong untuk memasuki ceruk di dalam gunung—terlihat kawah besar dengan magma yang baru keluar dari dalam di perut bumi. Panas yang jauh lebih tinggi dari lelehan lava di sekitar kastil. Dan di salah satu sisi tersimpan Gemini Gold Cloth, bersebelahan dengan Sea Dragon Scale yang tampak diam seperti mati—Regulus melihat itu sambil berpikir kapan Kanon akan mampu memakai Scale tersebut, mungkin secepatnya jika pemuda itu lebih serius.
Lalu sosok yang akan mereka temui, Sang General dengan pangkat tertinggi di militer, merupakan adik dari President sendiri—tengah berdiri di dalam kolam lava seakan tidak merasakan panas sama sekali. Dialah iblis gunung Kanon.
"Aku tidak akan heran jika lama-lama kau menikahi gunung ini, Defteros." ucapan Rhadamanthys bernada menyindir. Bukankah benar kesimpulannya tadi, bahwa semua General disini tidak bisa diprediksi tingkah lakunya.
General urutan pertama dari 8 General tersebut menoleh, taring di sudut bibir terlihat berbahaya saat ia menyeringai. "Oh, kalian… Mau ikut bersenang-senang," tawarnya, mengajak berendam bersama.
"Tidak, terima kasih." balas Regulus.
Defteros mengangkat bahunya, lalu melangkah keluar dari dalam liquid membara tersebut. Rambut biru panjangnya bergerak seirama langkah, kulit tan bukan karena terlalu sering berada di lava—namun sudah dimilikinya sejak lahir, dimana semakin bertambah usia menjadikannya begitu eksotis dengan kualitas ketampanan rupa yang tidak perlu dipertanyakan. Dan tubuh yang selalu dipamerkan, perawakan tinggi, badan tegapnya kekar dalam porsi yang pas, ditunjang abs terpahat sempurna. Mungkin, Ares akan menjerit tidak terima saat melihat manusia yang menjabat sebagai General Perang dengan kesempurnaan fisik selayak Dewa, seakan itu menyangi dirinya.
Regulus berpaling, bersembunyi di balik badan Rhadamanthys yang juga sama kekarnya, "Um, Defteros, aku tahu kau memang seksi. Tapi bisakah kau memakai bajumu, kau tidak akan menemui Aspros-sama dengan telanjang dada begitu, kan?"
Terkekeh, Defteros memungut seragam dan mantel lalu memakainya, ia tidak pernah meninggalkan Pulau Kanon dengan mengumbar hal yang tidak perlu. "Apakah ada masalah, sampai General Pertahanan jauh-jauh ke sini?" lanjutnya.
"Lemurian. Rinciannya akan dibicakan saat semua General sudah berkumpul di istana." kata Rhadamanthys, "Sepertinya semua sudah siap, secepatnya berada di istana akan lebih baik."
Anggukan yang Defteros berikan sebagai penegasan, untuk segera bertolak kembali ke istana. Semangat mengaliri pembuluh-pembuluh darahnya saat mendengar apa yang dikatakan Rhadamanthys.
.
.
Jauh di dalam hutan, Sisyphus berlari cepat—sosoknya tampak hilang dan muncul di antara batang-batang pohon, auranya ia tekan dan berada dalam jarak seaman mungkin. Ia melompat naik, sayap Sagittarius Gold Cloth-nya terbentang dan tanpa kesulitan ia berdiri di atas pucuk pohon. Matanya yang tajam mengawasi ke kejauhan, fokus untuk melihat pada sesosok pria berambut gelap pendek yang sibuk dengan seekor elang.
Dengan perhatian tak teralihkan ia seperti menunggu, Sisyphus tidak begitu suka menyelinap, kecuali dalam pengejaran untuk mencapai satu hal penting. El Cid—sosok yang ia kejar kemudian diawasi itu bahkan tepat seperti perkiraan, sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Ia sudah mempelajari pria yang lebih muda darinya ini beberapa waktu, mengenali besarnya kekuatan dan keahlian yang dimiliki. Juga mengawasi gerak-geriknya secara tidak langsung.
Tidak berapa lama dalam pengawasan Sisyphus, akhirnya El Cid menerbangkan elang tersebut, ikatan di kaki menjadi pusat perhatian tampak mencolok menandakan sebuah pesan tersimpan disana. Setelah memastikan elangnya cukup tinggi, tanpa curiga El Cid berlari cepat kembali ke arah istana. Menjadikan Sisyphus lebih leluasa bergerak dan mengerahkan cosmo—busur yang dibawanya dalam posisi siaga, anak panah dengan mata menyala putih tertarik, sasaran seekor burung elang yang terbang di angkasa sudah terkunci. Dengan kecepatan seperti kilat berekor berkilau—anak panah tersebut mendesis meluncur, melesat dan tepat menembus tubuh elang di atas sana.
"Dapat," gumam Sisyphus. Ia melompati pepohonan untuk mengambil buruannya.
Tidak berapa jauh, burung yang tadi terpanah tergeletak tanpa nyawa di tanah. Sisyphus memungut tabung yang terikat di kaki, membukanya lalu mengeluarkan isinya—berupa selembar kertas dengan sederet pesan.
Hakurei-sama,
Mereka menemukan lokasi Jamir, keadaan tidak lagi aman.
Dalam waktu satu minggu dari sekarang Hellenic Republic akan mengirimkan pasukan untuk ke sana.
El Cid
Sisyphus menyimpan pesan tersebut. Dan melempar bangkai burung ke balik semak-semak untuk dimakan binatang buas yang kebetulan mencari makan. Sedikit lengkung tertarik di bibirnya, membentuk ekspresi antara kecewa bercampur seperti kesenangan menangkap basah seorang tersangka—apa yang menjadi kecurigaannya ternyata benar, dan ia tidak terlambat dalam bertindak. Jabatan General dalam posisi tertinggi kedua setelah Defteros bukan sekedar omong kosong, intuisi yang tajam menempatkannya sebagai kepercayaan sang President. Tetap dengan menggenggam busur ia kembali ke istana.
.
Sebagian besar kursi-kursi dalam ruangan sudah penuh ditempati, sedangkan Aiacos masih berdiri di depan peta, sibuk dengan marker menarik garis-garis serta tanda-tanda yang masih disimpan sendiri pentunjuk apa yang sedang dikerjakannya, pun tidak ada yang mengusik dengan rentetan pertanyaan. Hanya sebentar, pintu kemudian terbuka dan kedelapan General akhirnya lengkap setelah Sisyphus masuk—ia tampak berbeda karena semua berseragam hitam sedangkan dirinya mengenakan Gold Cloth. Ia mengangguk pada Aspros, isyarat yang kemudian diteruskan kepada Kardia.
"Begitu rupanya," ucap Kardia. Cepat kuku jari telunjuknya memanjang, merah dan berbahaya.
Sang Kalajengking melompati meja dengan lincah, kecepatan kukunya jelas tidak bisa diragukan, namun setelahnya ia pun melompat kembali ke belakang bertengger di atas meja. Sasarannya tidak dapat diremehkan, lengan kanan El Cid terselimuti aura—pedang Excalibur sudah mewujud menangkis serangan Kardia. Namun kemudian El Cid tampak goyah, darahnya membawa racun Kardia yang telah dinjeksikan melalui tusukan kuku runcing—semakin racun terpompa mengikuti aliran darah, tubuhnya mulai tidak menuruti kehendak.
Kardia menyeringai senang, lalu meloncat turun dari atas meja. "Kau cepat, Cid. Tapi kalah cepat dari Scarlet Needle,"
"Semua perkiraanku benar, Aspros-sama." kata Sisyphus selanjutnya. "Kita sudah tidak punya waktu lagi menahannya lebih lama dari ini."
Aspros masih tetap tenang, "Semua dalam kendalimu, Sisyphus. Tidak ada informasi yang keluar?"
"Tidak, Aspros-sama. Semua terkendali." ucap Sisyphus, ia melihat El Cid dengan pandangan sedikit bersalah, ia bukan orang yang berhati dingin—dan ia tahu perasaan pemuda itu padanya, sedikit menyesal karena telah memanfaatkan rasa tersebut untuk mengetahui lebih pasti apa tujuan dari pemuda ini.
Tangan Kardia kemudian merenggut paksa seluruh lencana yang tersemat di seragam El Cid, "Waktumu habis, mungkin masih ada sebentar sebelum aku memasukkan racun ke dalam jangtungmu." ucapnya, "Tapi sebelumnya aku ingin tahu pasti, sudah berapa lama tepatnya kau tidak lagi di pihak kami? Atau dari awal kau memang mata-mata?"
Entah perasaan apa yang kini berputar di benak El Cid, ia menyadari banyak kesalahan yang tanpa sengaja telah diperbuatnya. Sebagai salah satu penjaga Lemurian, ia bertahun-tahun menyusup ke Hellenic, terlalu lama waktu yang dipakai di sini tentu semakin berbahaya pula untuknya. Kesalahan lain adalah ia kemudian jatuh cinta pada sesama General, semakin membuka tabiat aslinya sekalipun ia tetap menjaga isi kepalanya utuh, inilah kesalahan terbesar karena Sisyphus adalah salah satu General yang berbahaya, seharusnya ia waspada—bukan menerima kedekatan yang ditawarkan.
Ia ingin memerangkap, namun dirinya sendirilah yang terperangkap.
"Cukup lama sampai kalian terlambat menyadarinya," balas El Cid, ia masih tidak bisa bergerak pun tidak ingin meronta karena rasa panas dan sakit yang menyiksa tubuhnya dari dalam.
"Benarkah?" lanjut Sisyphus. "Karena sudah cukup lama juga kami tahu siapa kau sebenarnya, aku tidak pernah melepaskan mata darimu, El Cid. Kami hanya menunggu dan menyaksikan, dengan asumsi kau sendiri akan menunjukkan jalan menuju Lemurian."
"Kau beberapa kali berkomunikasi dengan Sage," imbuh Regulus. "Tidak ada yang terlewat dari pandangan mata seekor Singa."
"Aku jadi ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri sekarang ini," Rhadamanthys ikut menambahkan, sebelum berdiri dari duduknya dan mendekati El Cid yang tersungkur di lantai. "Harpy Valentine—kau mengenal mata-mataku yang aku kirim untuk menyelidiki Lemurian? Lalu Balron Lune, tangan kanan Minos? Kau menggagalkan hampir seluruh individu pencari yang dikirim dari sini. Kau membunuh orang-orang terbaik kami secara diam-diam dalam perjalanan yang baru mereka mulai."
"Sayangnya," Aiacos meletakkan markernya di meja, "Kau kemudian tidak tahu, jika aku sendiri yang berangkat untuk mencari keberadaan Lemurian. Gara-gara Sisyphus, kau sempurna menurunkan ketajaman pengawasanmu dalam beberapa bulan terakhir ini."
Tentu saja semua hal tersebut benar, sebisa mungkin tidak akan dibiarkannya ada yang mengendus Jamir, sampai kemudian waktunya dialihkan Sisyphus. Lalu apa yang terjadi tadi ketika Aiacos tiba-tiba kembali ke istana dengan membawa koordinat pasti—sempat membawanya pada kepanikan. El Cid sudah mengerti dari awal kalau keberadaannya di tempat ini berarti harus siap kehilangan nyawa kapanpun juga. Namun setidaknya ia sudah memperingatkan Jamir bahwa—
"Hakurei?" tanya Sisyphus sambil mengeluarkan secarik kertas. "Aku asumsikan yang bernama Hakurei ini pimpinan para Lemurian."
—tidak mungkin. Pesan di tangan Sisyphus membuat El Cid membelalakkan mata tidak percaya, bagaimana mungkin, karena seharusnya elangnya sudah terbang jauh. Dan kenapa ia harus heran jika Sisyphus adalah pemanah terbaik yang pernah ada, busurnya pun bukan sembarang busur, senjata rangkaian dari Sagittarius Gold Cloth.
"Kenapa, Sisyphus…" desisnya lirih, sakit karena racun Kardia tidak sebanding dengan rasa kegagalannya. Tidak ada peringingatan yang akan sampai ke Jamir, membayangkan Jamir akan jatuh dalam penjajahan terasa lebih pahit lagi.
"Singkirkan dia sekarang juga, sudah terlalu lama dia dibiarkan hidup dan menggerogoti prajurit terbaik Hellenic Republic." Defteros yang dari tadi duduk mengamati dari sebelah kakaknya kini bersuara, "Tidak ada gunanya sekalipun dibiarkan hidup, dia bukan Lemurian—tidak bisa memperbaiki Cloth. Selain itu, tipe sepertinya akan lebih memilih mati daripada membuka mulut."
"Dengan cepat, Kardia." imbuh Aspros, "Tidak perlu menyiksanya pelan-pelan sebelum dibunuh."
Tepat setelah Aspros selesai bicara, El Cid berhasil bergerak menuju kotak yang tersimpan di sebelah kursi tempatnya tadi duduk. Dalam sekejap, ia sudah berdiri di tengah ruangan dengan menggunakan Gold Cloth. Sekalipun sambil menahan racun Kalajengking, ia tidak mudah digoyahkan—dirinya masuk dalam golongan General di Republic ini, tentu karena kemampuannya yang tidak bisa diremehkan.
"Aspros," ucap El Cid, disertai serangan cepat ia kembali berteriak. "Kaulah yang akan aku bunuh!"
Ujung tangan El Cid hampir menyentuh leher Aspros—Aspros sendiri tidak bergeming, bahkan sama sekali tidak kaget. Tapi gerakan El Cid tertahan—bukan kerena tidak sanggup untuk membunuh President yang selama ini ia berlutut hormat jika di hadapanya, sekalipun ada bau tiran untuk menjajah Lemurian namun sosok itu tetap mementingkan kesejahteraan dan keamanan seluruh wilayah Republic. Semua itu bukan menjadi alasan kenapa El Cid tidak bisa bergerak, tapi karena benang-benang kasat mata yang menjerat tubuhnya.
"Kau lambat, Kardia." desis berbahaya datang dari kursi di sebelah Defteros—Minos, mengerakkan tangan kirinya dan tubuh El Cid pun bergerak kaku menjauh dari depan President. "Mau kugantikan untuk membunuhnya jika kau tidak sanggup?" lanjutnya.
"Ck! Diam sajalah, Minos! Dia jatahku," balas Kardia sambil mengambil Gold Cloth-nya. "Defteros, sediakan tempat untukku,"
Sebenarnya Kardia memang ingin menyiksa El Cid pelan-pelan, menusuk titik-titik tertentu dengan Antares—atau memotong kedua tangan agar Excalibur tidak lagi bisa digunakan, perintah untuk membunuh secepatnya tentu saja kurang memuaskan hasratnya, apa menariknya dari pertarungan yang tergesa. Dan suatu kesenangan tersendiri karena sekarang ia yang memiliki kesempatan bertarung sementara yang lain duduk memikirkan strategi.
"Another Dimension," ucap Defteros, dengan tangan kanan tearah ke Kardia dan El Cid, dalam satu detik kedua sosok tersebut hilang dari ruangan. "Bisa kau lanjutkan, Aiacos?"
Seakan tidak terjadi apa-apa, fokus para General kemudian kembali pada peta yang terpampang di depan. Tidak mau memikirkan apa yang terjadi di dimensi lain tersebut, atau menebak-nebak siapa nanti yang akan menang.
.
"Jumlah mereka tidak banyak, tidak ada 15 orang termasuk anak-anak, 6 diantaranya memiliki tanda Lemurian. Tapi aku hanya mengamatinya dari jarak yang cukup jauh, jika mereka memiliki pasukan yang bersembunyi di dalam, itu yang harus kita waspadai." jelas Aiacos.
Penjelasan Aiacos terhenti, karena Kardia kemudian muncul di ruangan dengan beberapa bercak darah di Cloth-nya, tangannya membawa oleh-oleh berupa Capricorn Gold Cloth yang rusak parah, dilemparkan benda tersebut ke atas meja. Tidak ada yang heran dengan kemenangan Kardia—sudah sewajarnya. Pun tidak ada yang menanyakan proses apa saja yang menggiring El Cid menuju kematian—semua mengerti Kardia memang sadis.
"Apa sudah selesai pembicaraan kalian?" tanya Kardia.
"Baru saja dimuai," ucap Aiacos, kembali memegang marker dan membuat garis jalur yang dilalui di antara pegunungan-pegunungan.
"Huh?!"
"Kau berada di Another Dimension selama dua jam, tapi disini baru dua menit, Kardia." jelas Defteros.
Aspros menggerakkan tangannya, menyuruh Kardia untuk duduk. "Aiacos, teruskan."
"Dalam pengamatanku," lanjut Aiacos, "Hanya sedikit sekali jumlah Lemurian di sana. Sisanya, yang bukan termasuk Lemurian kemungkinan sama seperti El Cid."
Fakta itu menyatakan bahwa Lemurian tidak lagi memiliki koloni yang besar seperti mitos yang beredar, tidak mengherankan jika mereka lebih memilih bersembunyi di tempat yang bahkan terkucil dari peradaban. Mereka tetap kalah jumlah jika dibandingkan dengan kekuatan sebuah negara—jelas mereka tidak mungkin berdiri menantang dunia luar. Aspros beranjak dari duduknya untuk mengamati peta, seberapa jauh dan seberapa sulit medan untuk mencapai lokasi bukan sebuah masalah, namun berapa yang harus dikirim ke sana ia tidak boleh salah perhitungan.
"Puncak pegunungan Himalaya," ucap Aspros. "Sebisa mungkin hindari kontak dengan pemerintahan India dan China. Tidak menutup kemungkinan mereka juga mengincar Lemurian, cukup hebat mereka bersembunyi di tempat itu dan tidak ketahuan pemerintah di sekitarnya. Jika kedatangan kalian mencolok—tentu kalian tahu apa yang akan terjadi."
"Medan di sana tidak mungkin dijangkau dengan mudah oleh manusia biasa," komentar Albafica, sambil memutar-mutar mawar di tangan. "Tapi jika mengirimkan semua General, tidakkah itu berlebihan?"
"Tidak ada yang tahu kekuatan apa saja yang tersimpan di sana, lebih baik mengirimkan sedikit namun efisien." jawab Aspros.
Aiacos tampak berpikir, "Beberapa dari mereka menggunakan Cloth, Gold Cloth."
"Tidak ada laporan pasti negara mana saja yang memiliki Cloth, Surplice, dan Scale. Tidak mengherankan jika Lemurian menyimpan beberapa. Mengingat merekalah satu-satunya kaum yang bisa memperbaiki dan menghidupkan Cloth." lanjut Defteros.
"Kemungkinannya, mereka jelas akan melawan." kata Minos, "Menangkap mereka hidup-hidup jauh lebih menyulitkan daripada membunuhnya. Aku bisa mengikat dengan Marionette, namun Lemurian mempunyai kemampuan untuk teleport, itu menyusahkan."
Semua sudah menyaksikan sendiri kemampuan itu dari Sage, tentu mereka sudah kehilangan tangkapan jika tidak lebih dahulu mengantisipasi dengan memasukkannya ke dalam penjara khusus tersegel yang tidak bisa ditembus oleh kekuatan atau cosmo sekuat apapun. Mungkin dapat dikatakan Lemurian adalah ras berbeda yang sebenarnya lebih berbahaya dari seluruh jenis manusia. Manusia tertentu diberkahi cosmo, namun hampir semua Lemurian terlahir dengan menyimpan bibit kemampuan memperbaiki Cloth, teleportasi, bahkan bisa saja masih banyak kelebihan lain yang belum terungkap.
"Itu benar," Aspros kembali duduk, sejak beberpa menit yang lalu keningnya sedikit berkerut, tanda sedang memikirkan sesuatu. "Defteros kau bisa mengacaukan teleport mereka?"
"Jika aku lebih dulu mengurung mereka dalam Another Dimension, itu tidak akan menjadi masalah. Kecuali mereka mampu mendobrak keluar."
"Selain itu," ucapan Aspros terhenti sejenak. Kemudian tampak gamang dalam kata-kata selanjutnya, "Pastikan Jamir tidak menyimpan ancaman setelahnya, aku tidak akan menyayangkan jika mereka terbunuh. Tujuan kalian kesana bukan hanya sekedar menduduki Jamir, dan menjadikan Lemurian tawanan perang untuk bekerja pada Republic. Tapi ada yang lebih besar dari itu… Kalian akan mengerti maksudku jika sudah disana dan melihat sendiri—namun aku berharap perkiraanku ini meleset."
"Aspros-sama?"
Aspros tidak menanggapi lagi.
"Jadi," lanjut Defteros, sekalipun belum mengerti apa yang ada dalam kepala kakaknya keputusan harus segera diambil. "Minggu depan?"
"Menurutmu?" Sisyphus membalikkan pertanyaan itu pada Defteros. "Apa kau percaya pada ucapan Aspros-sama yang diberitahukan pada El Cid?"
"Tentu saja tidak," ucap Defteros sambil berdiri, "Minos, Rhadamanthys, Kardia, Albafica, Regulus. Siapkan yang kalian perlukan, kita berangkat ke Jamir sekarang juga."
"Jika membawa anak buah, pastikan kalian kembali dalam jumlah yang sama seperti saat berangkat." kata Aspros. Bukan keputusan mudah membiarkan hampir seluruh General keluar menjalankan misi ini, dengan mengambil banyak resiko yang ia hanya bisa menunggu dalam harapan semua akan berjalan lancar.
"Kami mengerti."
Saat Aspros memejamkan mata dan kemudian membukanya lagi, ruangan sudah kosong—menyisakan Sisyphus yang setia bersamanya. Sisyphus menarik tirai-tirai tebal dan membuka jendela, membiarkan cahaya matahari masuk mengikis kesan serius dan aura berat yang dari tadi menyelimuti. Selanjutnya ia memeriksa Capricorn Gold Cloth yang retak di sana-sini, jelas Kardia tidak bisa bertarung secara rapi. Bekas-bekas tusukan Antares membuat Gold Cloth tersebut pecah, harus segera diperbaiki dan disimpan sampai datang sosok terpilih lain yang mampu mengenakannya.
Mendekati jendela, merasakan angin sejuk yang menggoyangkan rambut biru panjangnya, Aspros entah kenapa merasakan kehawatiran asing. Sering ia melepas Defteros untuk maju ke garis depan jika ada perselisihan dan perang perebutan wilayah, misalnya seperti perang perebutan kepulauan Ionian yang akhirnya sekarang mengibarkan bendera Hellenic Republic. Ia selalu mempunyai perasaan yakin serta bangga akan dedikasi adiknya tersebut, pun dengan semua General-General yang dimilikinya—seperti Minos yang menyatukan Crete sebagai wilayah Republic. Namun Jamir dan Lemurian seperti sebuah rintangan berat yang membuatnya memikirkan berbagai kemungkinan, lengkap dengan kemungkinan terburuk.
"Mereka yang terbaik, jangan meragukan anak buahmu sendiri. Sekalipun itu Lemurian—mereka pasti bisa mengatasinya." kata Sisyphus.
"Dengan musnahnya Altantis, seharusnya begitu juga dengan Mu dan seluruh penduduknya. Namun fakta Lemurian masih memiliki eksistensi di dunia ini bahkan mendiami Himalaya, mereka pasti memiliki kekuatan untuk bertahan."
"Tidak tersisa banyak, Aspros." Sisyphus melepas Gold Clothnya, lalu mendekati sang President. Melihat keluar jendela, tepat dengan para General yang berjalan cepat, tampak berkelebatan kilau emas dan hitam. "Kekuatan Dewa akan menyertai mereka,"
Aspros pun menyaksikannya dengan detak asing di dada yang bertambah cepat. Ia mengepalkan tangan erat, ia tidak pernah bertindak berdasar firasat—jumlah di Jamir memang lebih banyak dari orang yang dikirimnya, namun General perang pasti banyak memiliki strategi yang dengan tepat bisa melumpuhkan lawan—perhitungannya akan mendapat kemenangan sekalipun firasatnya tidak mengatakan demikian. Tapi apapun yang terjadi, Republic harus siap dengan segala kemungkinan.
"Defteros…" bisik Aspros, pertama kalinya ia merasakan kekhawatir terhadap keselamatan adiknya sendiri.
"Dia pasti kembali," lanjut Sisyphus.
-o-o0o-o-
To be continued…
-o-o0o-o-
.
Saya kembali dengan mutichapter baru… Kisah panjang akan dimulai dari sini. Chapter ini hanya sebagai pilot, chapter pembuka untuk selanjutnya menuju jalan kehidupan(?) sang chara utama, Defteros dan… kekasihnya. XD
Note:
1. Timeline di fic ini, mari memundurkan masa Athena turun ke dunia bersama Dewa-Dewa lain, dan berdirinya Sanctuary, sama seperti dalam sejarah periode Klasik Yunani, Abad ke-5 B.C. Lalu dilanjutkan masa Yunani jatuh dalam kuasa Roman Empire pada tahun 146 B.C. Dan masa Ottoman Empire tahun 1453. Terlepas dari semua itu pada tahun 1828 Yunani memperoleh kemerdekaan, Hellenic Republic berdiri. Jadi timeline fic ini tetap pada Abad 18, dengan menyisakan masa Dewa-Dewi Olympia terpendam jauh ribuhan tahun yang lalu. (Jika ada salah perhitungan tahun mohon dimaklumi.)
2. Dalam masa awal pemerintahan Yunani, di sana terpilih 10 General. Tapi di sini, cukup 8 General yang saya pakai.
3. Lalu selebihnya adalah fiksi.
Terima kasih sudah membaca.
