.
.
.
Guitar Lesson?
Cast :
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Genre :
Romance, Friendship
Rated :
T
Summary :
Chanyeol tidak tahu, apa Baekhyun sedang kesurupan sesuatu, tapi kenapa Baekhyun tiba-tiba ingin belajar gitar? "Tentu saja tidak, kau sudah jadi istriku, kan." "AKU LAKI-LAKI!" ChanBaek/BaekYeol. Yaoi! Rnr?
.
.
.
Seingat Chanyeol, semuanya normal-normal saja di sabtu pagi hari ini. Setidaknya, normal selayaknya dorm EXO yang isinya member dengan segala keabsurdannya. Saat bangun tidur, suara Baekhyun yang bernyanyi—bagi Chanyeol lebih terdengar seperti jeritan yeoja-yeoja yang hendak diperkosa namja hidung belang—memasuki gendang telinganya. Oke, sebenarnya memang yang membuatnya bangun di setiap tidur adalah suara mempesona seorang Byun Baekhyun.
Jadi, Chanyeol mengusap wajahnya sambil mendudukkan dirinya. Sekilas ia melirik ke sebelah kirinya, hanya ada Jongin yang masih tertidur—sedikit menggeliat yang Chanyeol pikir karena efek dari suara mempesona Baekhyun—sedangkan Kyungsoo sudah tidak ada. Mungkin dia sudah bangun... Ugh, tentu saja, atau kalau tidak Kyungsoo akan diprotes banyak orang—sembilan orang, hanya saja terasa seperti satu kampung jika sembilan orang itu adalah member EXO—karena telat membuat sarapan.
Chanyeol beranjak dari ranjangnya setelah merasa jiwa-raganya sudah menyatu seratus persen. Ia membuka pintu, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Baekhyun menonton televisi sambil duduk di sofa ruang tengah dengan botol sambal di tangannya yang sepertinya dibuat microphone, menyanyi dengan suara melengking...
...pfft, tentu saja melengking kalau yang dinyanyikannya saja adalah lagu milik sunbae mereka, SNSD, yang berjudul Mr Mr.
Selain Baekhyun dengan mode kegilaannya, ia mendapati Sehun duduk di sofa pojok ruangan, sedang menatap ponselnya, tertawa sendirian. Entah mengapa, Chanyeol tidak mengherankan hal itu, karena semua member juga sudah tahu penyebab Sehun menjadi layaknya orang gila. Video call dengan Luhan, yang terjadi hampir setiap hari—oh, sebenarnya, untuk waktu ini sudah terjadi setiap hari.
Bedanya, dulu Sehun voice call dengan Luhan karena EXO-M sedang di Beijing. Tapi kalau saat ini, karena Luhan sudah tidak lagi di EXO. Yah, biarkan pasangan LDR (read: Long Distance Relationship) berkembang.
Chanyeol mulai melangkah, berniat menuju kamar mandi. Di perjalanannya menuju kamar mandi, samar-samar ia mendengar suara khas orang memasak di dapur, dengan Kyungsoo yang sekali-sekali memerintah seseorang, sepertinya memerintah Joonmyeon yang membantunya memasak.
Sebelum sampai kamar mandi, ia sempat berpapasan dengan Jongdae—yang kamarnya memang dekat di kamar mandi. Chanyeol hanya menyapa seadanya, dibalas Jongdae dengan suara serak khas bangun tidur yang dari wajahnya saja sudah nampak kalau ia bangun karena terganggu. Dan tidak perlu bertanya lebih jauh untuk alasan apa yang membuat Jongdae terganggu tidurnya.
Kaki Chanyeol melangkah memasuki kamar mandi, kemudian menutup pintunya. Dalam keheningan di kamar mandi, sekilas Chanyeol mendengar bagaimana Jongdae berteriak protes kepada Baekhyun yang terlalu berisik di pagi hari dan mengganggu harinya yang melelahkan (dia baru saja bertengkar dengan Minseok karena hal sepele yang sepertinya tak perlu dibahas), ditanggapi oleh rengekan Baekhyun yang tak bermutu. Chanyeol memutar bola matanya, tepat sebelum akhirnya ia membasuh mukanya dengan air dingin dari wastafel. Ia memilih sikatnya yang berwarna hijau (setiap member memiliki sikat gigi yang berbeda warna agar mudah membedakannya) dan menyikat giginya asal-asalan.
Tak lama kemudian, Chanyeol keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat lebih segar, tapi toh tak seorangpun peduli. Chanyeol melangkah menuju meja makan dan menyambar sekaleng kerupuk, lalu menarik sebuah kursi untuk diduduki. Dengan tenang Chanyeol memakan kerupuk—apapunlah yang penting dapat mengisi perutnya selama Kyungsoo dan Joonmyeon masih memasak, sambil menolehkan kepala untuk melihat televisi yang ditonton Baekhyun. Baekhyun sedikit lebih tenang dengan Jongdae yang duduk di sebelahnya, tengah membaca komik dewasa—hey, komik dewasa adalah benda normal untuk para member EXO—dan Baekhyun memang sepertinya tengah terfokus menonton Sungha Jung bermain gitar di layar televisi.
Chanyeol sendiri tak ambil pusing dengan apapun yang ditonton Baekhyun, dia tetap ikut menontonnya sambil menikmati kerupuknya. Sampai ketika acara tersebut selesai ditayangkan, dan Yixing sedang berjalan melewati ruang tengah sambil bersenandung riang, Baekhyun memanggil Yixing. "Lay geee."
Senandungan asal-asalan Yixing terhenti, begitu juga dengan langkah kakinya, kemudian Yixing menoleh ke arah Baekhyun. "Ya, Baekhyun?"
"Ajari aku main gitar yaaaaa," Pinta Baekhyun dengan cengiran lebarnya. Tatapan Chanyeol beralih dari televisi, kini mengarah ke Baekhyun, dan diam-diam mengerutkan dahinya heran. Baekhyun? Yang sejak dulu selalu menyombongkan jari lentiknya yang lembut bak yeoja? Sekarang ingin berlatih gitar? What the—
"Hah?" Hanya itu reaksi Yixing, dengan satu alis yang terangkat. Baekhyun mengangguk semangat. "Iya, kau kan bisa main gitar. Jadi, ajari aku, ya?"
Yixing masih tidak merubah raut wajahnya, kecuali dengan bibirnya yang semakin menganga lebar. "Kenapa? Tumben sekali."
"Tidak apa-apa, sih. Ayolaaah, kau kan baik. Ajari ak—"
"—dengan jari lentikmu yang mirip yeoja, yang selalu kau banggakan, dan sekarang kau mau membuat benda kebanggaanmu itu dirusak senar gitar? Kau serius?" Ucapan Baekhyun terhenti ketika sebuah suara memotong perkataannya. Suara Chanyeol. Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol dengan wajah sangarnya. "Diam kau, Dobi. Jadi, Yixing ge—"
"Begini, Baek," Potong Yixing cepat, kemudian tatapannya berubah menjadi tatapan bersalah. "Maafkan aku, tapi gitarku baru saja rusak, dan aku tidak terbiasa untuk memakai gitar lain selain gitarku itu. Aku juga belum sempat memperbaikinya, jadi aku sangat minta maaf. Lagipula, sepertinya untuk akhir-akhir ini, aku agak sedikit sibuk. Terlebih, seminggu lalu eomma-ku mengatakan akan menjengukku dan menginap di Seoul selama satu minggu, jadi aku harus bolak-balik dari dorm, gedung SM, dan hotel eomma-ku menginap. Tidak apa-apa, kan?"
Bibir bawah Baekhyun maju seperti anak kecil yang ngambek. "Yah..."
"Jangan marah, oke?" Ujar Yixing untuk yang terakhir kali, kemudian melangkah sedikit terburu menuju dapur entah untuk apa. Baekhyun masih cemberut ketika Chanyeol mendatanginya, lalu duduk di sampingnya. Berada di antara Baekhyun dan Jongdae, sedikit mengabaikan Jongdae yang terkikik-kikik sendiri dengan wajah mesum.
"Hey, ByunBaek." Panggil Chanyeol, mengalungkan sebelah tangannya pada leher Baekhyun dan bersandar. Baekhyun menoleh dengan wajah putus asa yang sialnya justru membuatnya semakin imut—setidaknya membuat Chanyeol ingin tertawa. Baekhyun membuka mulutnya malas-malasan. "Apa?"
Chanyeol tersenyum sesaat. "Aku bisa mengajarimu gitar, kalau kau mau."
Dan tepat saat itu juga, mata Baekhyun berbinar. "Oh, astaga, aku lupa kalau kau juga bisa main gitar, kkk. Kalau begitu, ambil gitarmuuu!"
"Sekarang?" Tanya Chanyeol polos. Baekhyun memutar bola matanya, kemudian menunjukkan flat face-nya. "Tidak, satu abad lagi."
Chanyeol tertawa, satu tangannya bergerak untuk mencubit pipi Baekhyun keras-keras sampai Baekhyun meringis kesakitan. "Aw! Hey, sakit! Dan, berhenti tertawa, tidak ada yang lucu."
"Ya, ya, baiklah. Aku ambil gitarku sekarang, oke? Tidak perlu marah, Baek, dasar." Gumam Chanyeol, yang dibalas Baekhyun dengan seringai.
Sebelah tangan Chanyeol yang digunakan untuk merangkul Baekhyun bergerak untuk menangkup belakang kepala Baekhyun, kemudian Chanyeol menekannya sampai wajah Baekhyun menjadi sangat dekat dengannya dan bibir Chanyeol menyentuh bibir Baekhyun. Selama beberapa detik, Chanyeol memejamkan matanya, kemudian ia melepaskan tautan bibirnya dengan Baekhyun, mulai beranjak dari sofa.
Jongdae yang melirik kegiatan Chanyeol dan Baerkhyun di sebelahnya hanya menghendikkan bahunya tak peduli, sedangkan Baekhyun menggelengkan kepalanya, geli akan perlakuan Chanyeol, dan mengalihkan tatapannya sejenak pada televisi yang menayangkan film Doraemon: Stand By Me.
Tak lama kemudian Chanyeol sudah sampai di hadapan Baekhyun dengan gitarnya yang berwarna coklat muda. Chanyeol menggeret salah satu kursi yang berkaki pendek untuk ia duduki di hadapan Baekhyun, sedangkan Baekhyun mencondongkan tubuhnya, mencoba melihat lebih dekat. Setelah meletakan gitarnya di pangkuannya, Chanyeol mendongak. "Kau sudah tahu bagaimana kunci dasarnya?"
"Ng, sedikit." Gumam Baekhyun. Tangan Chanyeol terulur untuk memberikan gitar di pangkuannya pada Baekhyun, dan Baekhyun memangku gitar tersebut. Chanyeol menopang dagu dengan seelah tangannya. "Coba mainkan kuncinya, aku mau lihat."
Baekhyun mulai meletakkan jari-jari di tangan kanannya untuk membentuk sebuah kunci, dan jari di tangan kirinya menggenjreng. Ia memainkan kunci yang membentuk nada dari do, re, mi, dan seterusnya. Setelah Baekhyun selesai memainkan kuncinya, Chanyeol mengangguk. "Ya, lumayanlah. Baiklah, aku akan mengajarkanmu ke materi dasar selanjutnya."
Chanyeol dengan semangat mengajarkan materi demi materi kepada Baekhyun, lalu mempraktekkannya dan menyuruh Baekhyun untuk mempraktekkannya juga. Sampai beberapa menit terlalui, hanya beberapa menit dan Baekhyun mengangkat dua tangannya pasrah. "Chanyeol, berhenti. Tanganku sakiiit."
Tangan Baekhyun terulur ke arah Chanyeol, memperlihatkan ujung jarinya yang sampai mengelupas dan kukunya yang patah di berbagai bagian. Chanyeol menahan tawanya dan menyentuh jari Baekhyun. "Aku kan sudah bilang kepadamu, kalau kau belajar gitar, maka kau harus merelakan tanganmu menjadi seperti ini. Jika sudah begini, tanganmu tidak akan pernah sehalus dulu. Tanganmu akan jadi kasar, yah, sepertiku."
"Aku tidak merasa kalau tanganmu kasar, Yeol." Bantah Baekhyun, menghela nafasnya. Chanyeol menggelengkan kepalanya dan mengusapkan jarinya di telapak tangan Baekhyun. "Ini kasar, Baekhyun. Masa kau tidak bisa merasakannya?"
"Err," Baekhyun menggumam. "Tanganmu terasa hangat, sih."
Bola mata Chanyeol berputar menanggapi komentar Baekhyun. Tapi kemudian, Chanyeol memilih mengabaikan pendapat Baekhyun barusan dan kembali berucap. "Lagipula, kenapa kau tiba-tiba ingin belajar gitar?"
Tatapan Baekhyun menerawang, berpikir atas pertanyaan Chanyeol barusan. Tak lama, sampai Baekhyun akhirnya membuka mulutnya. "Kau tahu Sungha Jung tadi, kan? Menurutku, lelaki yang bisa bermain gitar itu romantis, dan keren, seperti Sungha Jung—"
"—sepertiku juga, pastinya." Putus Chanyeol seenaknya, dan Baekhyun mendecih. "Astaga, terserah kau. Dan, yah, apalagi jika lelaki bermain gitar dan juga bernyanyi di waktu yang sama, bukankah itu lelaki idaman? Ng—itu pernah kubaca di majalah wanita milik eomma-ku, sih."
Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, heran sendiri dengan Baekhyun. Namun, Chanyeol tiba-tiba mendapat pencerahan dan ia tersenyum menggoda ke arah Baekhyun. "Hey, Baek."
Baekhyun menggumam seadanya, dan Chanyeol kembali berucap. "Kau tahu? Kau tidak perlu bermain gitar untuk menjadi romantis."
"Huh?" Kening Baekhyun berkerut, tapi belum sempat Baekhyun berpikir lebih jauh, Chanyeol sudah kembali mengucapkan pemikirannya. "Kau bilang, lelaki yang bermain gitar dan menyanyi itu romantis kan? Kalau begitu, biar aku yang bermain gitar, dan kau yang bernyanyi. Aku menjadi romantis untukmu, kau menjadi romantis untukku. Jika kita disatukan, kita bisa jadi pasangan yang romantis. Bukankah itu keren?"
Mulut Baekhyun terbuka lebar. Ia hampir tertawa karena opini absurd Chanyeol, tapi melihat raut wajah Chanyeol yang sepertinya puas dengan kata-katanya sendiri membuat Baekhyun memikirkan hal lain. "Tunggu, kau tidak sedang memintaku untuk menjadi pasanganmu kan? Kau memintaku jadi kekasihmu?"
"Tenu saja tidak," Baekhyun hampir menghela nafas lega, tapi Chanyeol sudah bicara lagi. "Kau sudah jadi istriku, kan."
"Aku laki-laki!" Teriak Baekhyun. Chanyeol menyeringai. "Kalau begitu, jadi suami. Kita pasangan suami-suami. Wow, itu antimainstream!"
"Hohoh, tentu sa—hey, apa kau bilang?! Aku tidak sudi jadi suamimu! Dan—YA TUHAN, PARK CHANYEOL! JANGAN CIUM AKU!"
Chanyeol tertawa sambil memasuki kamar dengan gitar di tangannya.
Baekhyun meratapi bibirnya yang kecolongan.
Jongdae melirik Baekhyun. "Dasar idiot. Tadi dan juga biasanya saja kalian saling melumat, sekarang dicium begitu saja protes?"
Joonmyeon datang tiba-tiba dan menepuk bahu Jongdae. "Sudahlah, biarkan pasangan gay-gila-idiot itu berkarya."
Jongin keluar dari kamarnya dengan posisi half-naked. "Baekhyun dengan segala kebodohannya, biasanya suka dicium Chanyeol, kenapa sekarang jadi—sok—alim-alim begini, sih?"
Sehun bangkit dari sofa dan melangkah menuju kamar mandi. "Baekhyun bodoh itu memang begitu, kan. Sok-sok-an tidak sudi dicium Chanyeol padahal udah ngebet minta digrepe."
Kyungsoo mengusap wajahnya kasar sambil memegang spatulanya. "Dasar gila."
.
.
.
"Aw, benarkah itu, Sehun?" Chanyeol mengintip dari balik pintu kamarnya. Sehun bergumam semangat dari dalam kamar mandi. "HM!"
"Baekhyun," Tatapan Chanyeol beralih ke Baekhyun yang berwajah panik nan idiot di samping Jongdae. "Kau bisa mendapat ciuman dan sentuhan dariku sebanyak yang kau mau~~~"
"Shut up, Chanyeol." Geram Baekhyun—wajahnya yang merah sampai telinga terlihat lucu ngomong-ngomong—kemudian Baekhyun menggeplak kepala Jongdae.
"AWWW! HEY, APA SALAHKU?!"
.
.
.
END
.
.
.
Satu kata buat fanfic iniiiiih—idiot. -_-
Lagi suwung, gabisa mikir, jadinya begini, deh. Biar aja deh, eman-eman kalo ga di publish, wkwk.
Tolung ucapkan sepatah dua patah komentar kalian buat fanfic absurd ini di kolom review, okeh?
...ngomong-ngomong, pada kangen saya? *ditendang*
.
.
.
.
.
xoxo,
baekfrappe.
