Love like Oxygen
Kehidupan Satsuki saat ia berada dalam titik terendahnya, namun seseorang datang untuknya. Cerita Kiseki no Sedai saat SMP.
.
.
.
XOXOXOXOXOXO
Seorang gadis yang baru bangun dari tidurnya itu kemudian segera turun untuk sarapan bersama kedua orang tuanya, namun ayahnya sedang ke luar kota sedangkan ibunya...ia bertemu dengan pria lain. Ditatapnya meja makan yang sudah siap dengan sebuah kertas putih yang berisikan tulisan tangan ibunya.
"Pembohong" gumamnya lirih sambil merobek kertas tersebut menjadi bagian-bagian yang kecil. Ditinggalkannya meja makan ini ia tak ingin makan masakan buatan ibunya, mungkin lebih baik ia membeli roti di toko atau membuat bekal sendiri untuknya.
.
.
.
Presented by Mirakou Momo
.
.
.
XOXOXOXOXOXO
"Kerja bagus semuanya, sekarang beristirahatlah" Satsuki kemudian membagikan minuman serta handuk untuk anggota Kiseki no Sedai, setelah ia menyelesaikan tugasnya ia segera mengambil meja dada miliknya yang berisikan data-data pemain serta rencana-rencana untuk memenangkan berbagai dan kapten Teikou, Seijuurou sering membicarakan hal-hal seperti ini hampir tiap hari saat mereka latihan, bertemu di jalan bahkan saat bertukar pesan sekalipun.
"Yo, Satsuki nanti kami mau makan-makan di Maji Burger, katanya Kise mau mentraktir karena ia baru dapat gaji dari pemotretannya tempo mau ikut?" tanya Daiki, sahabatnya sejak kecil.
"Hm, boleh saja" jawabnya kemudian ia segera bersiap. Ini lebih baik daripada makan sendiri di rumah atau lebih tepatnya ia sedang menjauhi ibunya. Lagi-lagi pikirannya berkecamuk yang membuat kepalanya pusing.
"Kuso" umpatnya lirih, nyaris tak terdengar.
XOXOXOXOXOXO
"Haah, kenyang-kenyang, makasih Kise" ujar Daiki sambil menepuk pundak Kise dengan keras, amat keras sebenarnya sedangkan yang lain sedang bercengkrama ringan.
"Dai-chan maaf, bisakah kau pulang mau membeli beberapa bahan makanan" Satsuki kemudian langsung pergi ke sebuah supermarket setelah ia menyampaikan salamnya ke semua anggota Kiseki no Sedai. Ibunya pasti sedang sibuk dengan pria lain.
"Hari ini masak apa ya...kupikir kare boleh juga...ah, tapi nanti aku bisa begitu...sup miso, ah aku juga harus membeli telur" kini Satsuki sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Memang kemampuan memasaknya bisa dibilang pas-pasan setelah ia latihan keras sejak liburan tahun lalu, namun paling tidak rasanya masih enak. Sebenarnya ia mulai belajar memasak karena ia pernah melihat ibunya tampak bahagia bersama pria lain yang entah kenapa membuatnya kehilangan selera makan dalam jangka waktu yang lama selain itu ia tak ingin diejek oleh Dai-chan karena katanya masakannya sama sekali tak enak. Padahal ia sudah susah payah mau membuatkannya, walau memang harus ia akui kalau makanan yang ia buat sama sekali tak enak, bahkan cokelat Valentine yap, ia buat rasanya seperti obat batuk.
Setelah ia membayar di kasir kini ia sudah diluar supermarket, namun langkah terhenti saat melihat pemuda dengan rambut berwarna merah.
"Akashi-kun, kenapa kau ada disini?" tanya Satsuki sambil mendekat ke arah Seijuurou.
"Baru saja aku ditantang bermain basket ball street secara one-on-one, jadi aku iyakan saja sekalian untuk latihan" jawabnya sambil merapikan poninya.
"Kau sendiri?"
"O-oh ini, aku mau memasak sesuatu di rumah, karena bahan makanannya tinggal sedikit jadinya aku beli lagi sebelum pulang ke rumah"
"Hm, kalau begitu kuantar sampai ke rumahmu" Satsuki terkesiap mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh mulut kapten Teikou ini.
"Ya, makasih" kemudian Seijuurou mengambil plastic belanjaan Satsuki, Satsuki kemudian berterima kasih kembali kepada hati ia berpikir kalau ia harus melakukan sesuatu agar hutangnya dapat terbayar, karena Satsuki tidak suka menyusahkan orang lain.
"Bagaimana dengan hasilnya?" tanya Satsuki untuk mengisi kesunyian, walau ia tahu pastinya kapten Teikou ini pasti tidak akan kalah dengan mudah.
"Aku menghancurkannya" sedetik kemudian Satsuki menahan tawanya.
"Rasanya Akashi-kun jadi mirip Dai-chan kalau bilang begitu"
"Hee, kupikir kau mulai berhenti memanggilnya 'Dai-chan' ternyata masih sama saja"
"Kau tahu kan susah sekali mengubah kebiasaan yang kita rasa itu adalah hal yang alami, walaupun aku sudah bilang kalau aku akan memanggilnya 'Aomine-kun' sih"
"Ah,sudah hampir sampai kok, tidak apa-apa kalau..." perkataan Satsuki terhenti saat ia lihat ibunya baru saja keluar dari mobil pria yang tempo hari ke rumahnya sambil membawa sebuket bunga mawar. Kedua tangannya gemetar, kini dapat ia rasakan bahwa air matanya akan keluar. Seijuurou yang tahu kalau Satsuki kini sedang menahan tangisnya kemudian menarik tangan Satsuki untuk menjauhi tempat Satsuki yang pertamanya kaget kemudian mengeratkan genggamanya pada tangan sang kapten.
Akhirnya mereka berhenti di sebuah taman, Satsuki segera duduk di sebuah bangku taman yang bercatkan biru muda, Seijuurou kemudian mengikutinya.
"Terima kasih lagi, maaf hari ini aku banyak menyusahkanmu" Satsuki berusaha tersenyum sebaik mungkin walau ia tahu bahwa Seijuurou akan mengetahuinya dengan mudah.
"Hn" kemudian Seijuurou mengadahkan kepalanya menatap langit yang dihiaskan taburan bintang dan sebuah bulan kemudian mengikutinya memandang langit.
"Aku...selalu merasakan firasat buruk tiap takut kalau ibuku akan meninggalkanku tapi disisi lain aku juga benci padanya. Ia berkata bahwa ia masih-masih sangat mencintai ayah tapi ia selalu pergi dengan pria lain bahkan saat kami baru berbicara sepatah kata ia sudah pergi lagi dengan pria yang berbeda" Satsuki mengeratkan kedua tangannya. Kini ia menundukkan kepalanya menatap kedua tangannya yang sedang terjalin erat.
"Karena itu, akhir-akhir kau selalu terlihat tertekan" Seijuurou kemudian berdiri sedangkan Satsuki tetap terdiam di tempatnya.
"Bila ayah dan ibuku cerai...aku tak tahu harus melakukan ...merasa kalau dalam waktu dekat ini mereka akan membicarakannya dan mereka akan menanyaiku"
"Lalu?" Satsuki kemudian tersenyum simpul, sepertinya ini memang cara Seijuurou untuk membuatnya mengetahui apa yang harus ia lakukan meski dengan cara yang kadang tak bisa Satsuki mengerti namun ia tahu kalau sebenarnya Seijuurou sebenarnya sangat perhatian.
"Aku sendiri tak tahu, daripada menanyaiku terus kenapa tak mencoba menghiburku. Dasar Bakashi, week" Satsuki kemudian sibuk dengan pikirannya sendiri. Seijuurou kemudian mendekati Satsuki. Ditariknya tangan Satsuki yang membuatnya berdiri dari bangku taman tersebut dan mendekapnya dengan lembut, membuat gadis berambut soft pink itu membelalakkan kedua matanya.
"Aku...sudah tak tahu lagi...apa yang harus kulakukan tapi-tapi saat aku melihat kalian aku...merasa kalau...waktu menjadi berjalan sangat lambat...a-aku sangat ingin menikmati saat-saat seperti itu karena itu..." ujar Satsuki sambil terisak.
"Kau menjadi kesepian dan tertekan saat di rumah kan?" bisa Seijuurou rasakan kalau sebenarnya Satsuki mengangguk walau sangat pelan.
"Aku menjadi berharap kalau waktu memang berhenti saja dari awal"
"Kalau kau berharap waktu berhenti maka kau tak akan bisa maju maupun mundur tapi..." jari-jari Seijuuro mengusap lembut pipi Satsuki yang membuat empunya merona.
"Kau juga tak akan tahu pilihanmu itu salah tahu benar, kemudian kau akan mulai menyalahkan dunia. Tapi ingatlah, bahwa kami-Kiseki no Sedai selalu ada untukmu. Kau juga bagian dari kami ingatlah hal itu" Satsuki tersenyum kemudian membalas pelukan Seijuurou. Hangat dan nyaman untuk beberapa saat ia jadi ingat bagaimana saat-saat ia di rumah, saat kedua orang tuanya saling mencintai satu sama lain, saat ia merasa nyaman dan tentram.
"Hm, kau kasih Akashi-kun"
"Sudah siap untuk pulang?" Satsuki mengangguk mantap sambil tersenyum lebar.
"A-Akashi-kun bolehkah aku..." Satsuki memainkan kedua jari telunjuknya sambil menahan rona merah di pipinya.
"Tentu saja"
"Eh, bolehkah?" tanyanya tak percaya padahal ia belum menyelesaikan kalimatnya.
"Anggap saja ini bagian dari aku menghiburmu"
"Bilang saja kau mau memperbudakku setelah ini"
"Memang itu tujuanku" bulu kuduk Satsuki langsung meremang, sepertinya ia akan mendapati badai di lautan setelah ini. Namun Satsuki tak memikirkannya, ia segera menautkan tangannya ke tangan ia merasa sudah siap menghadapi segala sesuatu yang akan datang.
"Terima kasih" gumam Satsuki sambil tersenyum tipis
XOXOXOXOXOXO
"Oh, Satsuki kau sudah pulang, ada yang ingin kami bicarakan" bisa dilihat bahwa ibunya masih mengenakan pakain lengkap, pastinya ia baru pulang setelah bertemu pria lain tadi. Satsuki mengikuti ibunya menuju ruang keluarga. Dilihatnya bahwa ayahnya ada disana juga, sambil tersenyum pahit.
"Apa?" tanya Satsuki saat ia menghentikan langkahnya untuk mendekati meja di ruang keluarga.
"Duduk dulu, sayang" Satsuki mengangguk pelan kemudian duduk di sebelah ibunya.
"Kami sudah bicarakan baik-baik bahwa kami akan bercerai" ujar ayahnya sambil tersenyum pahit. Satsuki sama sekali tak kaget karena cepat atau lambat pasti hasilnya akan begini.
"Lalu, kalian ingin aku memilih untuk ikut siapa?" tanya Satsuki sambil mengeratkan tangannya yang mulai berkeringat.
"Ya, kalau begitu..." sebelum ucapan ibunya selesai Satsuki segera berdiri dari tempatnya.
"Aku...akan ikut ayah" ujarnya lirih sambil menahan matanya air mata yang mulai menggenang di sudut matanya.
"Begitu" Ibu Satsuki kemudian menghela nafas sambil tersenyum ke arah putri semata wayangnya itu.
"Tapi aku akan menemui ibu saat liburan, jadi..."
"Kau baru akan pindah saat kelas 1 SMA, kita akan pindah ke Kyoto" Satsuki terkesiap saat mendengar ia akan pindah ke Kyoto, karena itu artinya ia akan jauh dari teman-temannya di Kiseki no Sedai.
"Hm, kalau begitu aku ke atas capek istirahat"
Sesampainya dia di kamarnya, ia langsung merebahkan diri di kasur kesayangannya. Pikirannya masih berkecamuk. Ia takut karena harus meninggalkan Tokyo yang berarti meninggalkan teman-temannya. Tapi ia juga tak mau bertemu dengan ibunya. Tapi...banyak sekali alasan yang kini ada di kepalanya.
Kriing...kriing...
Suara telepon dari HP-nya membuat pikirannya terputus. Diambilnya HP dari saku rok sekolahnya. Di layar HP-nya tertera nama Akashi pemuda itu mengkhawatirkannya atau menagih janji dari Satsuki. Entahlah, kedua-duanya mungkin saja terjadi secara bersamaan.
"Halo, Akashi-kun"
"Halo, bagaimana?" tanyanya langsung tanpa berbasa-basi, itulah yang kadang membuat Satsuki entah senang atau sedih saat mendengarnya.
"Apa tentang rencana..."
"Haah, kau pasti tahu maksudku Momoi. Jangan bercanda" Satsuki tertawa karena ternyata pemuda itu mengkhawatirkannya.
"Yah, berita buruknya mereka bercerai dan aku ikut ayahku, aku tak kuat kalau harus melihat ibuku selalu keluar dengan pria lain. Tapi...sayangnya aku harus pindah saat kelas 1 dan aku akan pindah ke Kyoto" jelas Satsuki panjang lebar sambil menyimpan kesedihan di dalamnya.
"Aku juga akan ke Kyoto"
"Eh?" Satsuki kaget namun ia merasa agak...lega mungkin.
"Aku ingin masuk Rakuzan, SMA Terkuat yang selalu menang di Winter Cup. Aku ingin mengatakannya saat kita memenangkan pertandingan saat musim dingin nanti" mendengar hal itu Satsuki kemudian ber'oh' ria.
"Begitu...ya" jeda beberapa saat sampai akhirnya Satsuki memutuskan untuk berterima kasih lagi kepada pemuda tersebut.
"Terima kasih ya, Akashi-kun"
"Hari ini rasanya kau sering sekali berterima apa?"
"Terima kasih untuk segalanya ya, bahkan disaat aku terpuruk itu berjanjilah padaku ya" Satsuki tersenyum saat mengetahui pemuda itu bertanya penasaran kepadanya.
"Kalau suatu saat kau sedang berada dalam titik terendah dalam hidupmu, biarkan aku menjadi orang pertama yang menghiburmu. Anggap saja sebagai balas budi karena kau selalu membantuku tiap saat"
"Baiklah, berjanjilah padaku"
"Ya, Akashi-kun"
XOXOXOXOXOXO
"Aku berangkat dulu, Ibu" Satsuki tersenyum saat ibunya memberinya bekal. Rasanya sangat sayang sekali kalau disaat seperti ini ayah dan ibunya harus bercerai.
"Hati-hati di jalan ya, sayang" Satsuki mengangguk mantap.
"Tentu ini kan putri ibu" ujarnya bangga namun agak lirih.
"Ya, Putri ibu yang tak pandai memasak" Satsuki langsung menggembungkan kedua pipinya, tanda ia tak suka.
"Ibuu, sudah dulu aku berangkat ya" setelah mengucapkan salam kepada ibunya Satsuki melihat Daiki ada di depan rumahnya, menunggunya.
"Pagi Dai-chan, tumben kamu mau menungguku padahal biasanya langsung main tinggal begitu saja?" tanya Satsuki dengan nada meremehkan.
"Uruse na, aku lagi baik hati soalnya" Speechless, itulah yang dirasakan oleh Satsuki.
"Baik hati, oh ya kalau begitu siapa yang membangunkanmu tiap pagi. Bahkan hari inipun aku juga tetap membangunkanmu, Dai-chan"
"Haah, berhentilah bersikap seolah-olah bahwa kau ini adalah ibuku Satsuki. Kalian berdua sama-sama cewek"
"Apa katamu Dai-chan?" kini rutinitas Satsuki dan Daiki terulang lagi. Apalagi kalau buka bertengkar, kejar-kejaran, saling mengejek, dan masih banyak juga sih.
XOXOXOXOXOXO
"Baiklah, dua minggu lagi kita akan mengikuti turnamen yang diadakan tiap musim dingin. Aku inginkalian tetap menjaga performa kalian. Lalu..."
Kini Kiseki no Sedai sedang berunding tet\ntang turnamen yang akan mereka ikuti. Di bawah instruktur Satsuki dengan penyempurnaan milik Seijuurou, SMP Teikou pasti akan menang dengan mudahd dan akan membawa piala sebagai pajangan baru di ruang kepala sekolah.
"Baiklah, Ki-chan atur kecepatanmu menjadi kecepatan minimalmu karena kita akan menggunakanmu sampai babak kedua. Dai-chan fokuskan saja dalam memasukkan bola ke ring karena Tetsu-kun akan memberimu pass. Mukkun jangan gunakan banyak kekuatanmu karena kau harus mempertahankan posisi. Sedangkan yang tidak disebutkan kalian lakukan saja seperti biasa. Oh ya, Akashi-kun lebih baik kau sedikit mengurangi kecepatan normalmu sehingga memudahkan untuk mengelabui musuh" jelas Satsuki panjang lebar.
"Bagaimana dengan lawan?" tanya Seijuurou, sang kapten Teikou.
"Sejauh ini, data mereka masih sama namun untuk berjaga-jaga bila lawan mengganti strategi saat babak kedua kita akan fokuskan Tetsu-kun untuk maju lebih ke depan dan Dai-chan dan Ki-chan tinggal tunggu pass dengan kalian menunggu di posisi ini dan ini"
"Baiklah, ayo kita berusaha ssu" ujar Ryouta dengan penuh semangat, maklum ini adalah pertandingan yang amat ditunggu-tunggunya sejak ia masuk ke Teikou.
"Ayo, ah tapi, lebih baik kau menghindari dari segala sesuatu yang ber..."
"Urusai, penggila lucky item" sela Kise yang sedang jengkel karena dari dulu bahasannya lucky item mulu.
"Kisechin ini" Atsushi kemudian memberikan Ryouta keripik kentangnya. Sedangkan Ryouta bingung apa yang dimaksud Atsushi.
"Akhir-akhir ini aku biasanya akan luluh kalau diberi keripik kentang ini, soalnya keripik kentang ini memiliki variasi rasa yang aneh-aneh"
"Sudahlah, kau ini dari dulu selalu banyak makan kan Tetsu" ujar Aomine sambil memainkan bola basket.
"Benar, Aomine-kun" jawab Tetsuya sambil menganggukkan kepalanya.
"Sudahlah, ayo latihan" Seijuurou kemudian melangkah menuju lapangan. Sedangkan Satsuki yang sedang melihat punggung Seijuurou yang mulai menjauh tanpa dia sadari ia mulai tersenyum tipis.
XOXOXOXOXOXO
"Baiklah, terus jaga stamina " setelah selesai latihan Kiseki no Sedai langsung mengisi energy sekaligus stretching kemudian pulang ke rumah masing-masing.
"Haah, akhirnya pulang sudah kangen sama kasurku di rumah" ujar Daiki sambil memainkan bola basket.
"Aku lapar, Sacchin punya cemilan?" tanya Atsushi.
"Maaf Mukkun, aku tak kau mau aku punya beberapa permen" Satsuki kemudian mengeluarkan beberapa permen dengan bungkus warna-warni.
"Yaay, makasih Sacchin"
"Oi, Satsuki ayo cepatlah sedikit, kau tahu kan aku sudah kangen dengan kasurku di rumah" Daiki kemudian berjalan dan menunggu Satsuki di gerbang sekolah.
"Huuh, Dai-chan tunggu aku dong"
"Haha, sabar ya ssu" ujar Ryouta sambil bersedekap.
"Dengar ya Ryouta kau harus menghindari hal-hal ini agar..."
"Urusai, penggila lucky item" Ryouta kemudian berlari secepat kilat untuk menjauhi Shintarou yang akhirnya berujung kejar-kejaran.
"Aku duluan" Tetsuya kemudian pergi meninggalkan gymnasium.
"Jaa minna"
"Jaa"
XOXOXOXOXOXO
Tak terasa turnamen tinggal 9 hari lagi dan selama itu Kiseki no Sedai berlatih sangat keras namun tak sampai menggunakan kekuatan penuh mereka.
"Hoaahm, ngantuk sepertinya mereka akan datang 15 menit lagi, kalau begitu tidur dulu ah" gumam Satsuki saat mendapati gymnasium masih kosong, lagipula nanti ia pasti akan dibangunkan oleh anggota Kiseki no Sedai atau siapapun saat mereka masuk ke gymnasium. Tak butuh waktu berapa lama ia pun jatuh ...
XOXOXOXOXOXO
"Oi, Satsuki kau mau tidur sampai kapan?" tanya Daiki yang mengganggu tidur Satsuki.
"Eh, Dai-chan..." Satsuki kemudian mengucek matanya perlahan.
"Apa yang lain sudah datang?" tanya Satsuki sambil meregangkan tubuhnya.
"Hm, mereka sedang ganti aku barus saja sampai" Daiki kemudian meninggalkan Satsuki untuk berganti baju. Satsuki maunya bangkit dari bangku tapi, ia merasa ada sesuatu yang janggal. Manis dan panas. Itulah yang dirasakan bibirnya. Wajahnya merona hebat sampai-sampai kedua tangannya berkeringat. Ia segera bangkit namun ia tak sadar kalau kedua kakinya gemetar hebat, sampai-sampai ia jatuh terduduk.
"Kau tak apa-apa, Momoi?" tanya Seijuurou yang entah sejak kapan sudah berdiri di sana mengulurkan tangannya ke arah Satsuki.
"Oh ehm, ya. Aku baik-baik saja kok" jawab Satsuki sambil menerima uluran tangan Seijuurou. Merasa janggal dengan suhu tubuh Satsuki ia mendekatkan wajahnya sehingga kening mereka bertemu.
"Suhu tubuhmu tinggi ya..." ujar Seijuurou. Kini nafasnya menerpa dengan lembut ke wajah Satsuki.
"Heh, be-benarkah tidak kok" elak Satsuki sambil menjauhkan mukanya dari Seijuurou namun tak berapa lama ia terpeleset yang untungnya Seijuurou dengan sigap menangkapnya.
"Benarkah, suhu tubuhmu tinggi, mukamu agak merah, keluar keringat dingin, kakimu gemetar daritadi. Apa itu yang kamu maksud dengan tak apa-apa?"
"Uhm, aku tadi...hanya kepanasan , aku tahu kan kalau disini itu..."
"Jangan bodoh Momoi, sekarang kan musim gugur" bagai petir yang menyambar di siang bolong yang diikuti hujan deras, petir, angin puting beliung yang terjadi di hari kiamat. Satsuki lupa kalau sekarang memang musim gugur. Tepatnya kahir musim gugur.
"Hehe, tadi aku ke sini buru-buru gitu jadi keringetan deh. Bukan sakit kok" mata Satsuki berusaha tak bertemu dengan mata Seijuurou karena bisa ia rasakan kalau Seijuurou kini menatapnya dengan intens, yang membuatnya sedikit salah tingkah. Kesunyian pun melanda mereka berdua tanpa ada seorang pun yang mau mengakhiri kesunyian ini.
"Ya sudahlah" ujar Seijuurou.
"Eh, be-beneran nih?" tanya Satsuki tak percaya, soalnya seorang Seijuurou biasanya ingin mendapat kepastian.
"Yah, daripada tidak mempercayaimu"
"Oh ehm, a-aku bohong deh. Soalnya tadi aku nggak mau...menyusahkanmu" Satsuki akhirnya mengatakan kalimat tersebut sambil menunduk kemudian tersenyum canggung ke arah Seijuurou. Tanpa Satsuki sadari kalau Seijuurou kemudian tersenyum tipis ke padanya.
XOXOXOXOXOXO
"Tetsu-kun, anu tahu tidak siapa yang datang pertama kali ke gymnasium?" tanya Satsuki saat bertemu Tetsuya saat selesai latihan.
"Oh ehm, tadi aku berangkat sama Midorima-kun dan Murasakibara-kun, kalau tak salah tadi Kise-kun tadi katanya mau datang duluan ke gymnasium" jawabnya.
"Oh begitu, ka-kalau begitu Akashi-kun?"
"Hmm, mungkin dia datang sesudah Kise-kun, soalnya tadi aku lihat dia masih ada di , Kise-kun sudah masuk ke gymnasium"
"O-oh begitu ya"
Aneh
Rasanya aneh. Walau sedikit tapi Satsuki berharap kalau orang itu...Seijuurou.
"Memangnya ada apa Momoi-san?"
"I-itu soalnya kalau ketemu Akashi-kun aku maunya membahas soal pertandingan begitu tapi karena waktu itu belum ada siapapun jadi aku tidur hehehe"
XOXOXOXOXOXO
"Hoi Akashi, rasanya daritadi kau terlihat euhm apa ya...aneh mungkin?" ujar Shintarou sambil memainkan plester tangannya.
"Aneh ya"
"Lupakan sajalah paling aku terlalu sentimental hari ini" Shintarou kemudian berjalan menjauhi Seijuurou yang masih terdiam.
"Siapa yang aneh kalau sedang menjaga rahasia dari orang yang dikasihinya" ujarnya lirih, sangat lirih mungkin sampai-sampai orang yang sudah berjalan agak jauh itupun tak akan dengar.
