I'm Samurai
Cast : tokoh-tokoh Naruto Shippuden
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rated : T
Warning : OOC, AU, gaje, pendek, Typo, no EYD/?/.
Pairing : Secret
Genre : Romance-Hurt/Comfort-Friendship-Family
Chapter : 1
Author : RisaAtsugata
Summary
Namikaze adalah keluarga terkemuka di Edo karena ketangkasan Namikaze Minato sebagai samurai. Namikaze Naruto yang juga anggota keluarga Namikaze, dipaksa ibunya menjadi samurai. Sampai suatu saat dia masuk anggota militer dan diserahkan tugas untuk melindungi Putri Mahkota Kerajaan Edo, Hinata Hyuuga, dengan mempertaruhkan nyawanya, karena Hinata selalu saja hampir kehilangan nyawanya.
Bagaimana perjuangan Naruto dengan teman-temannya melindungi Hinata? Apakah mereka dapat melindungi Hinata dari para pemberontak yang ingin membunuhnya?
#ProtectEdo'sPrincess
.
.
.
SELAMAT MEMBACA
.
ooOoo
Zaman Edo atau yang dikenal juga zaman Tokugawa adalah zaman dengan pemerintah otonomi daerah di tangan lebih dari dua ratus pejabat daimyo.
Namikaze Naruto, salah satu pemuda yang tinggal pada Zaman Edo. Putra dari keluarga yang terkemuka saat zaman mereka itu (zaman Edo). Sang Ayah, Namikaze Minato adalah samurai yang terhebat di Edo. Dengan katananya, ia mampu melindungi Edo tanpa ada goresan ditubuhnya.
Seperti biasanya, saat pagi hari Naruto sudah keluar dari kediamannya dengan membawa katananya. Ia menuju tempat latihannya yang tidak ada orang sama sekali. Hamparan hijau yang luas dengan beberapa pohon ada di tempat latihannya itu.
Naruto langsung menghampiri kuda yang diberikan ayahnya dan langsung menungganngi kudanya itu menuju tempat tujuannya dengan sangat cepat.
Kudanya berlari dengan cepat. Hembusan angin pagi yang sejuk mengibaskan rambut kuning Naruto. Embun-embun pagi pun belum menghilang. Naruto menunggangi kudanya dengan tersenyum menikmati sejuknya angin pagi.
Beberapa menit kemudian, ia sampai di tempat latihan biasanya. Ia mengikat kekang kudanya di pohon dan membiarkannya memakan rumput hijau. Tanpa apa-apa lagi, Naruto langsung mengambil katananya dan menuju tengah-tengah hamparan hijau. Dia memajukan katananya ke depan dengan perlahan selama beberapa detik. Setelah itu, dia langsung mengayunkan katananya dengan cepat dan indah. Dia melakukan gaya-gaya dengan sangat indah, membayangkan dia sedang menyerang pemberontak.
Berjam-jam ia berlatih. Keringat mengguyur wajahnya. Dan ia pun berhenti berlatih untuk beristirahat.
"Kau sudah selesai, Naruto?" Tanya seseorang yang sedang bersandar di pohon sakura.
"Jyaaa... Sakura?! Sejak kapan kau ada di sana?!" Tentu saja Naruto terkejut dengan Sakura, yang entah datang dari mana sambil menunjuk ke arah Sakura.
"Entahlah." Sakura menuju ke arah Naruto. "Aku membawakan makanan. Kau pasti lapar." Sakura menyodorkan makanan yang ia bawa untuk Naruto dengan senyumannya yang lebar.
"Hehe.. Kau tumben sekali.. Jangan-jangan kau mulai menyukaiku.." Naruto dengan lantangnya mengemukakan pikiran yang terlintas di otak bodohnya sambil menyengir kegeeran dan menggaruk kepala belakannya yang tidak gatal.
"Kau jangan sembarangan! Aku membawakanmu bekal kemari karena ibumu yang memintaku, BODOH!" Seperti biasa, Sakura memang suka terbawa emosi. Dan ia langsung menjitak kepala kuning bodoh Naruto.
"Adu..duh... Sakit, tau..!" Naruto mengadu kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya yang dijitak oleh Sakura keras.
"Kau pantas mendapatkannya, payah!" Sakura sambil menyilangkan tangannya dan membuang pandangannya.
Setelah itu, mereka duduk di bawah pohon sakura yang lebar dan menyantap makanan yang dibawakan Sakura. Mereka makan dengan tanpa ada pembicaraan.
"Hmm.. Naruto.." Sakura memulai pembicaraan.
"Hemm? Apa?" Naruto merespon Sakura sambil menyantap makanannya.
"Kau kenapa terus melatih keahlian katanamu? Bukannya kau tidak ingin menjadi samurai?" Tanya Sakura dengan pandangan yang bingung untuk meminta jawaban dari sahabatnya.
"Apa boleh buat.. Ayahku, kan, samurai terhebat. Dan juga ini keinginan ibuku yang sangat menyeramkan itu.. Lalu, ayah-ibuku sudah mendaftarkanku untuk masuk kelompok militer." Ekspresi Naruto sedikit sweatdrop menandakan dia kesal dengan ayah-ibunya.
"Tapi kau, kan, bisa mengikuti ninja.. tidak harus menjadi samurai.. Toh, sama-sama masuk militer." Saran Sakura sambil menaikkan jari telunjuknya ke atas seperti gaya Wiston Curcill.
"Iya juga.. Tapi mereka menginginkanku memegang katana untuk melindungi Edo.." Naruto yang semakin sweatdrop menerima kenyataan hidupnya.
"Ya.. Kalau begitu.. Itu akan menjadi derita untukmu.. Ha-ha-ha.." Jelas Sakura penuh dengan sindiran dan ekspresi evilsmirk dan ketawa jahat.
"Sakura.. Kau tega..(TT_TT)"
ooOoo
Setelah mereka selesai makan, mereka menuju ke kediaman masing-masing dengan menunggangi kuda masing-masing.
Naruto masuk melalui gerbang depan kediaman Namikaze dan memasukkan kudanya ke kandang. Terlihat sang kakak sedang memberi makan kuda-kuda yang ada di sana.
"Kau sudah pulang. Ayah dan ibu sedang menunggumu di dalam. Tapi kau jangan terkejut sama yang mereka bilang nanti." Jelas sang kakak tanpa ekspresi. Dia mirip dengan Naruto sang adik namun warna rambut dan sifat serta kecerdasan atau kepintaran mereka berbeda.
"Menma... Kau bisa tidak senyum sedikit untuk adikmu ini.!" Naruto yang muak dengan kakaknya yang tidak pernah memiliki ekspresi.
"Sudah kubilang! Kau harus memanggilku Kakak, payah!" Menma menaikkan volume bicaranya seperti teriak karena Naruto yang tidak sopan dan langsung menjitak kepala adiknya yang sembrono itu.
"Aduh! Kepalaku ini sangat mahal, tau! Kenapa kalian tuh seenaknya saja menjitaknya! Payah!" Naruto kesal karena hari ini dia sudah dijitak dua kali. Pertama oleh sahabat yang tempramental dan kedua oleh kakak yang enggan memberikan senyuman.
ooOoo
Di kamarnya (Pavillium), Naruto sedang mundar-mandir kebingungan. Entah apa yang dipikirkannya yang jelas dia sangat bingung dan frustasi.
"Naruto.. Boleh aku masuk?!" Seorang lelaki dari luar kamar meminta izin untuk masuk ke kamarnya.
"Emm.. Masuklah, Menma.." Naruto memberikan izin Menma masuk ke tempatnya. Dan setelah diberikan izin, menma langsung menggeser pintu dan masuk.
"Kau kenapa? Gara-gara rencana ibu tadi?" Tanya Menma dengan nada menyindir.
"Menurutmu bagaimana, Menma?! Pertama harus jadi samurai.. Sekarang suruh menikah?! Yang benar saja!" Keluhan Naruto yang hanya dapat dibicarakan kepada kakanya, Menma.
Ett.. Tunggu dulu. Menikah? Naruto harus menikah? Kok bisa..? Baiklah.. akan saya jelaskan apa yang terjadi sebelum itu.. Simak baik-baik autho gaje ini :v
...
Setelah Menma memberitahukan bahwa ayah dan ibu sedang menunggu Naruto, Naruto langsung masuk ke dalam menghampiri mereka.
"Ayah.. Ibu.. Ada apa? Kata Menma kalian mencariku.." Tanya Naruto dengan lantang dan sambil menghampiri mereka berdua sambil mengusap-usap rambut kuningnya.
"Kau ini! Kau jangan memanggil kakakmu dengan namanya saja, anak nakal!" Uzumaki Kushina, Ibu Naruto yang menyeramkan langsung mengeluarkan aura seramnya setelah mendengar Naruto memanggil kakaknya, Menma dengan namanya.
"Kushina. Kamu sudah lupa, ya?" Suara lembut yang berusaha menenangkan Kushina yang keluar dari topik pembicaraan keluar dari seorang lelaki, Namikaze Minato yang langsung mendaratkan kedua tangannya di bahu Kushina.
"Ah, iya benar.. Naruto.. Kau akan kami jodohkan.." Kushina dengan girangnya ingin menjodohkan Naruto, sambil menepuk kedua tangannya .
"A..Apa!? Yang benar saja! Ayah.. Ada apa ini?!" Naruto yang terkejut dan juga marah mendengar bahwa ia akan dijodohkan oleh sang Ibu.
"Lebih baik kau menuruti Ibumu, Naruto. Ayah tidak dapat membantumu.." Jelas Minato yang mengetahui kalau Naruto menginginkannya untuk mengembalikan akal sehat Ibunya.
"Kalian benar-benar keterlaluan! Aku tidak akan menikah!" Bentak Naruto yang begitu keras lalu ia meninggalkan Minato dan Kushina dengan raut wajah yang marah.
"Dasar anak tak tau berterima kasih! Aku ini Ibumu, tau!" Bentak balik Kushina kepada putranya dengan sangat menyeramkan, namun Naruto tidak memperdulikannya.
...
Okeh.. Jadi menikahkan Naruto itu adalah idenya Uzumaki Kushina, Ibu Naruto dan Menma, juga istri Namikaze Minato. Naruto memang hidupnya selalu diatur oleh Kushina. Pertama menjadikannya samurai, padahal Naruto tidak ingin menjadi samurai. Dan sekarang menikahkan Naruto entah dengan siapa. Kenapa harus Naruto? Kenapa bukan Menma yang putra pertama?
Baiklah kita lanjut lagi ke percakapan Naruto dan Menma.
"Kau kenapa? Gara-gara rencana ibu tadi?" Tanya Menma dengan nada menyindir.
"Menurutmu bagaimana, Menma?! Pertama harus jadi samurai.. Sekarang suruh menikah?! Yang benar saja!" Keluhan Naruto yang hanya dapat dibicarakan kepada kakaknya, Menma.
"Heh.. ternyata benar. Lalu kau mau apa? Kabur dari kediaman Namikaze, keluarga dengan seorang samurai terkemuka di Edo ini? Lalu memberontak Namikaze?" Ucapan Menma sangatlah tidak membantu. Mendengarnya, Naruto kesal karena Menma selalu saja menyindirnya. Mentang-mentang hidupnya yang tidak diatur oleh Kushina. Naruto mengepal tangannya dengan sangat kuat sehingga tangannya mulai memerah dan terlihat dari ekspresinya, dia makin kesal dan kesal.
"Kau... Tidak bisakah kau peduli padaku? Aku ini adikmu satu-satunya, Menma.. Apa kau tidak pernah menganggapku?" Naruto mencoba menahan amarahnya dengan memohon kepada Menma untuk menbantunya.
"Lalu kau mau aku apa? Apa yang kau inginkan? Memangnya kau pikir aku akan diam saja jika adikku sedang kesulitan?" Jelas Menma sambil meraih pundak adiknya. Sebenarnya, walau Menma terlihat cuek, dia tetap menyayangi adiknya itu. Mungkin dengan cara yang berbeda.
"Lakukan apa saja, supaya Ibu menarik perkataannya. Supaya aku tidak dijodohkan.." Pinta Naruto sambil memeluk Menma erat menandakan berterima kasih kepada Menma yang bersedia membantunya.
"Baiklah.. Akan kuusahakan. Tapi ingat, kau jangan melakukan hal-hal bodoh yang ada di otak bodohmu itu. Jangan sampai Ibu berubah menjadi.. Kau tau menjadi apa..." Balas Menma dengan sedikit terkekeh dan mengelus-elus punggung adiknya.
ooOoo
Keesokan harinya, seperti biasanya Naruto menuju tempat latihannya. Ia menunggangi kudanya dengan sangat cepat karena jalan masih sepi.
Tiba-tiba saja, kuda Naruto melempar Naruto ke belakang. Naruto bingung dengan apa yang menghalangi jalannya menuju tempat latihannya. Naruto bangkit dari jatuhnya dan melihat apa yang menghalangi jalannya.
Terdapat seseorang mengenakan tudung yang menutupi seluruh tubuhnya sedang terduduk jatuh. Sepertinya orang itu merintih kesakitan dan sedikit syok.
"Hmm.. Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Kenapa kau langsung menyelonong saja tanpa melihat-lihat dulu.." Naruto memastikan keadaan orang itu sambil membungkukkan badannya dan berusaha melihat wajah orang itu.
"A..ano. A..ak..aku gak kenapa-napa.." Jawab orang itu dengan sedikit terbata-bata dan sambil membersihkan badannya dari debu namun wajahnya masih belum terlihat.
"Ah.. maaf.. Mari, kubantu.." Naruto berusaha membantu orang itu sambil menyodorkan tangannya. Orang bertudung itu pun, menerima bantuan Naruto dengan meletakkan tangannya ke tangan Naruto. Naruto memandangi tangannya. Tangan mungil dan putih. Tangan yang selembut kain sutera. 'Tangan seorang gadis?' pikir Naruto dalam benakknya.
Orang bertudung itupun bangkit dari jatuhnya dan langsung melepaskan tudungnya. Dan ternyata, pikiran Naruto benar. Orang bertudung itu adalah seorang gadis.
...
~TO BE CONTINUE
Note :
Menma yang saya pakai, Menma yang rambutnya masih hitam, sebelum dikalahkan Naruto. Terus, latar suasananya itu kaya masih tradisional. Semuanya, mulai dari rumah-rumahnya sampai ke politik. Kalau gak tau latar/setting tempatnya, liat aja di google. Bayangin aja masih kaya zaman kerajaan. Gomen kalau ceritanya abal banget dan gak menarik. Kalau gak suka gak usah dibaca :v Kalau ada kritikan, silahkan riviewnya. Ini 100% imajinasi Author sendiri. Jadi kalo misalnya ada kesamaan dengan cerita lain atau film, atau lainnya.. Author gak tau apa-apa.. karena Author gak plagiat.
