Konnichiwa Minna-san...! ^^ Atashi wa Shu-chan desu. Dan ini fanfic pertama Shu! Maaf ya kalau jelek, tapi tolong RnR ya kalau bisa... –-smiles- Kalau ada yang kurang, tolong kasih Shu masukan-masukan yang bermanfaat. Jaa, selamat membaca... \(^o^)/
xXx_xXx
Chronicle Of The Different Times
By: Shu Aliciel
Chapter One: Beginning Of A New Destiny
Disclaimer: TRC semuanya punya CLAMP
xXx_xXx
"Cepat! Cepat!" Sekelompok orang berlari di tengah hujan. Meski telah sobek, jubah merah mereka yang panjang tetap berhasil menutupi luka dan bekas darah di sekujur tubuh mereka.
"Mereka mengejar!"
"Sial!"
Datang lagi kelompok lain yang berjubah putih, seperti mengejar kelompok berjubah merah. Mereka membawa senjata yang dapat menyetrumkan listrik bila terkena.
"Cih! Aku bosan bermain kejar-kejaran!" Seseorang mengeluarkan pedangnya dan membuka jubah merahnya hingga semua luka dan bekas darah terlihat jelas di tubuhnya. Ia siap menebas orang-orang berjubah putih yang berdiri tepat di depannya. Dan kini beberapa dari temannya pun ikut maju untuk bertarung.
"Maju kalian semua!"
"Kurogane-san!"
Dua orang yang terlihat paling muda dibandingkan kelompok berjubah merah lainnya berusaha menghentikan Kurogane, tetapi ditahan oleh rekan mereka.
"Syaoran! Fay! Sudahlah. Mereka bisa mengatasinya!"
"Tapi,Touya-sama..." sekarang Touya terus terdiam menunduk.
"Benda ini...tidak boleh jatuh ke tangan mereka..." ucapnya dingin, melihat benda yang dari tadi dibawanya. Sebuah benda yang berada di dalam tabung kaca.
"Touya-sama, lihatlah rekan-rekan kita. Jumlahnya tidak imbang. Mereka bisa terbunuh!" Fay angkat bicara, namun Touya masih diam.
"Kalian...bisa dipercaya 'kan?"
"Eh?" Syaoran tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Touya pun menyerahkan benda yang ada di tangannya pada Fay yang berada di samping Syaoran.
"Yukito!"
"Ya, Touya-sama?"
"Kirim mereka ke sebuah tempat yang aman..."
"Aku mengerti." Orang yang dipanggil Yukito mengeluarkan tongkat sihirnya. Seketika itu juga sebuah lingkaran sihir yang bercahaya muncul.
Ia membaca sebuah mantra dan datanglah angin yang dibungkus oleh cahaya, berputar-putar di atas lingkaran sihir tersebut. Angin itu melingkupi figur Syaoran dan Fay yang berada tepat diatas lingkaran sihir Yukito hingga tubuh mereka berdua tertutup sepenuhnya..
"Kalian dan 'kunci' itu harus kembali kesini dengan selamat."
Di tengah perkelahian hebat, seulas senyum khas dari teman mereka, Kurogane adalah hal terakhir yang mereka lihat...sebelum kesadaran mereka mulai mengilang...
o0o
Di Sebuah Waktu Yang Lain...
o0o
'Cepat! Cepat!'
Sakura berteriak dalam hati karena pagi ini, seperti biasa ia bangun kesiangan dan harus berlari agar tidak terlambat. Ia pun tiba di sekolahnya, menaiki tangga menuju kelasnya masih sambil berlari. Kelasnya sudah dekat, Sakura pun memperlambat langkahnya dan lalu membuka pintu. Ternyata ia tak terlambat.
Sakura menuju ke bangkunya dan mendapati Tomoyo sudah datang lebih dulu darinya.
"Seperti biasa, kamu hampir terlambat lagi ya..."
"Ya...begitulah... Aku selalu mematikan jam weker ketika berbunyi, lalu tidur lagi sampai Touya nii-san akhirnya membangunkanku" Sakura menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Bel masuk berbunyi dan tidak lama kemudian guru mereka datang. Pelajaran kali ini sejarah. Pelajaran yang tidak begitu diminati oleh Sakura. Ia hanya melihat keluar jendela di sebelah tempat duduknya, hanya sekedar melamun.
Kedua mata Sakura mencoba menelusuri langit di luar. Ia terdiam ketika melihat benda aneh turun dari langit. Spontan, ia berdiri masih dalam keadaan diam. Tanpa ia sadari seisi kelas memperhatikannya.
"Nona Kinomoto!" Suara itu mengagetkan Sakura. Ia tak tahu sejak kapan gurunya masuk ke dalam kelas.
"Ada apa kau tiba-tiba berdiri seperti itu?"
"Ti..tidak ada apa-apa,pak..." Jawab sambil menundukkan kepala, lalu duduk kembali.
"Kenapa, Sakura?" Bisik Tomoyo padanya.
"Tidak, tidak ada apa-apa." Jawabnya.
Meski menjawab 'tidak ada apa-apa' Sakura yakin ia tadi melihat sesuatu. Di langit, benda itu terlihat seperti air namun yang tidak transparan. Lalu memanjang hingga menyentuh tanah, dan menghilang.
'Kira-kira itu apa ya?'
o0o
Sekolah pun selesai. Sakura berjalan sambil melamun, masih penasaran tentang yang tadi dilihatnya. Ia berhenti di sebuah pertigaan.
'Benda itu...kalau tidak salah, turunnya di sekitar sini...'
Ia menengok ke sebelah kanan kirinya. Di sebelah kanannya ada sebuah jalan dan di sebelah kirinya ia melihat tangga yang agak tinggi. Ia berpikir sebentar, dan teringat ia tak pernah tahu ada apa di atas tangga itu.
Penasaran, Sakura pun menaiki tangga tersebut. Ia makin penasaran hingga akhirnya tiba di anak tangga terakhir dan melihat sendiri pemandangan yang dari tadi ingin diketahuinya.
"Tidak ada yang aneh..." ucapnya pelan.
Disana hanya terdapat sebuah rumah bercorak tradisional Jepang dan beberapa pepohonan yang daunnya mulai berwarna coklat dan berguguran bersama angin musim gugur.
'Tapi...ini rumah siapa ya?'
"Maaf...Tapi apa yang kau lakukan disini?"
Suara seorang laki-laki dari arah kirinya membuat Sakura menoleh. Di hadapannya berdiri seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya. Rambut dan matanya berwarna coklat, dan wajahnya menampakkan ekspresi heran melihat Sakura. Ia pasti heran melihat orang tak dikenal datang ke tempatnya, tanpa tujuan yang jelas pula.
_SAKURA POV_
"Ah maaf! Aku...juga tidak tahu kenapa aku bisa datang kemari."
Aih...aku pasti dianggap bodoh olehnya. Datang, tapi tidak tahu kenapa dan untuk apa! Uh... Aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Kalau tidak, mungkin saja aku akan mempermalukan diriku sendiri lebih dari ini...
"Hmm...kau tidak tahu untuk apa datang kemari?"
"Ng...ya..." jawabku tertunduk malu. Orang ini pasti menganggap ku sangat bodoh... Dan sekarang dia akan mentertawakanku! Huuh... ini memalukan...
"Haha! Ya sudah kalau begitu. Tapi...berhubung kau sudah di sini, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar?"
Eh...apa? Dia...tidak menganggapku bodoh? Dia hanya tertawa kecil. Dan kenapa...dia malah tersenyum seperti itu?
_NORMAL POV_
Bukannya mengejek, anak itu malah tersenyum kepada Sakura. Ia bahkan mengajaknya duduk dan mengobrol sedikit di teras rumahnya sambil minum teh. Sakura merasa lega ia bertemu orang yang baik
"Siapa namamu? Aku Sakura."
"Namaku Syaoran."
"Aku tak pernah melihatmu di sekitar sini. Apa kau baru pindah?"
"Ya. Dari Korea. Tapi di sini aku tinggal sendirian karena orangtuaku masih di Korea."
"Ooh... Kau suka tinggal di sini?"
"Ya. Di sini...sangat berbeda dengan tempat tinggalku..." wajahnya terlihat sendu ketika mengatakan hal itu. Membuat sakura bingung, dan sedikit terpana.
Dari percakapan mereka, Sakura tahu bahwa Syaoran lahir dan besar di Korea. Ia juga memiliki beberapa saudara di Jepang. Syaoran adalah anak tunggal, jadi ketika berkata bahwa ia ingin tinggal dan bersekolah di Jepang, orangtuanya hampir tak mengizinkan hingga akhirnya Syaoran membujuk mereka. Syaoran pun diperbolehkan untuk tinggal sendiri di Jepang.
"Wah, sudah sore rupanya. Maaf, aku harus pulang sekarang."
Menyadari bahwa hari mulai gelap, Sakura pun berniat untuk pulang. Ia mengambil tas sekolahnya dan memakai sepatunya.
"Sakura."
Sakura yang barusan disebut namanya menoleh.
"Kalau kau mau, datang lagi ke sini. Bicara denganmu cukup menyenangkan."
"Tentu!" jawab Sakura singkat, lalu berbalik pergi menuju arah rumahnya.
Figur Sakura telah menghilang dari pandangan matanya. Kini Syaoran berdiri di depan rumahnya seorang diri.
"Keadaan benar-benar berbeda dengan 'di sana'. Orang-orangnya juga...terutama kau..."
o0o
Sakura kini sudah berada di sekolah. Tidak usah dibahas bagaimana ia pergi sekolah karena author berencana membuatnya HAMPIR terlambat setiap hari. Sakura ingin bercerita kepada Tomoyo yang ada di sampingnya tentang pertemuannya dengan Syaoran kemarin. Namum di sela-sela pembicaraan mereka, bel masuk sekolah berbunyi dan guru memasuki kelas.
Pak Guru masuk bersama dengan seorang anak laki-laki. Sakura sangat terkejut karena ia mengenal siapa anak laki-laki tersebut. Syaoran. Anak yang kemarin berkenalan dengannya ternyata masuk ke sekolah yang sama dengannya. Bahkan mereka satu kelas.
"Hari ini kita kedatangan seorang murid pindahan dari Korea. Namanya Syaoran Li."
Sementara Pak guru memperkenalkan Syaoran kepada murid-muridnya, Sakura berbisik kepada Tomoyo.
"Tomoyo, itu anak yang barusan kuceritakan. Yang kemarin berkenalan denganku."
Tomoyo hanya diam, lalu menangguk mengerti dan kembali menoleh ke depan kelas.
"Nah Syaoran, tempat dudukmu...di situ. Kursi kosong di belakang. Maaf tidak ada teman sebangku untukmu karena dengan adanya kamu, jumlah murid di kelas ini ganjil"
"Tidak apa-apa Pak. Saya tidak keberatan."
"Baiklah, silahkan duduk agar kita bisa segera memulai pelajarannya."
Syaoran berjalan menuju kursi kosong yang ditunjuk menjadi tempat duduknya. Kursi tersebut berada tepat di belakang Sakura dan Tomoyo.
Sakura memperhatikan Syaoran yang berjalan menuju bangkunya. Saat bertemu muka dengan Sakura, Syaoran melemparkan senyum kepada Sakura. Sakura pun balik tersenyum ke arah Syaoran. Ketika Syaoran sudah duduk di kursinya, Tomoyo membalikkan badannya ke arah Syaoran.
"Hai Syaoran! Aku Tomoyo. Senang bertemu denganmu." Ucap tomoyo sambil menunjukkan senyum ramahnya yang khas.
"Ah..iya. Mohon bantuannya ya."
"Memang baik, tapi mungkin ia terlalu formal." Tomoyo menuliskan kalimat tersebut di notebook miliknya, lalu ia tunjukkan kepada Sakura.
Sakura tertawa kecil, dan mulai menulis 'surat' balasan.
"Tidak apa-apa kan? Nampaknya ia bisa jadi teman yang baik." Tomoyo pun meresopon dengan sebuah anggukan kecil.
o0o
Lunchtime! Inilah yang selalu ditunggu oleh siswa-siswi sekolah di seluruh dunia. Sebenarnya yang selalu ditunggu murid sekolah itu hanyalah bunyi bel. Bel istirahat dan bel pulang sekolah. Begitu juga dengan author kita ini. Anyway, setiap jam istirahat, Sakura dan Tomoyo selalu makan siang bersama di bawah pohon di belakang sekolah. Dan kali ini mereka juga mengajak Syaoran.
Sakura: "Apa? Kau tidak bawa bekal?"
Syaoran: "Ya. Aku tidak sempat membuatnya."
Sakura: "Aku juga tidak bawa. Kemarin ayah lembur sampai malam, jadi tidak bisa membuat bekal untukku. Dan pagi ini aku juga hamper terlambat."
Syaoran: "Apa setiap pagi kau hampir terlambat?"
Tomoyo: "Ya. Bahkan kadang ia berpapasan dengan guru yang mau masuk di depan pintu kelas."
Sakura: "Eh...ya...begitulah..."
Tomoyo: "Hihihi... Ya sudah, karena cuma aku yang bawa bekal, kita makan ini bersama saja."
Tomoyo menawarkan cupcake coklat yang dibuat olehnya. Sakura memandanginya dengan mata berbinar-binar karena kue buatan Tomoyo sangat sangat lezat.
"Wah, kue buatanmu selalu terlihat lezat! Syaoran juga coba makan. Kau pasti berkomentar sama denganku." Sakura memberikan satu cupcake kepada Syaoran, bertingkah laku seperti cupcake itu dia yang buat saja.
"Ah, iya." Ucap Syaoran sambil menerimanya
"Kau benar. Ini enak sekali!" Dalam sekali gigitan, sudah terasa kelezatannya. Tomoyo memang hebat.
"Benar 'kan yang kubilang tadi." Ucap Sakura yang entah kenapa merasa bangga, sedangkan Tomoyo hanya tertawa kecil
"Terima kasih atas pujiannya."
o0o
Sakura dan Syaoran pulang bersama tanpa Tomoyo karena Tomoyo sudah dijemput oleh...beberapa wanita berseragam dan kacamata hitam, kau pasti tahu siapa. Rencananya kali ini Sakura ingin singgah sebentar di rumah Syaoran. Begitu sampai, mereka melihat sesosok pria berambut pirang yang setengah figurnya ditutupi oleh jubah merah. Sakura dapat melihatnya membawa sebuah tabung kaca yang bersembunyi di balik jubah itu, meskipun isinya tidak terlihat.
Pria ini tersenyum ke arah Sakura dan Sakura membalas senyumnya. Sakura berpikir mungkin dia adalah kenalan Syaoran yang berada di Jepang. Tapi Sakura tidak begitu yakin karena pakaian yang dikenakannya terlihat begitu asing.
"Hei Syaoran..." Pria ini bicara pada Syaoran.
Jika memang ini kenalannya, harusnya Syaoran tersenyum. Tetapi raut muka Syaoran saat ini begitu serius. Tidak ada satupun senyum terlukis di wajahnya.
"Sakura. Maaf, tapi lebih baik kau pulang saja dulu. Maaf ya." Syaoran merasa bersalah pada Sakura dan meminta maaf.
"Tidak perlu minta maaf. Tidak apa-apa kok. Sampai jumpa besok..."
_SYAORAN POV_
"Akhirnya kita bertemu ya, Syaoran. Lebih tepatnya aku yang menemukanmu."
"Tentu saja kau harus menemukanku karena aku tak mungkin...tak bisa mencarimu." Jawabku dengan nada datar.
"Ya. Kau benar. Kau tak bisa menggunakan sihir, jadi kau tak bisa melacak keberadaanku"
Sihir. Sesuatu yang bisa dilakukan orang di depanku, Fay dan beberapa orang di negeriku. Aku tidak termasuk dalam golongan orang-orang itu.
"Tempat ini... kau yang 'membuat' nya?" Tanya Fay padaku setelah melihat ke sekeliling.
"Bukan. Benda ini yang melakukannya. Yukito memberikannya padaku untuk jaga-jaga. Begitu ku tekan tombolnya, tiba-tiba rumah dan pohon-pohon ini muncul entah dari mana."
Aku menunjukkan Sebuah bola Kristal berwarna biru dengan tombol kecil berwarna merah di atasnya.
"Ah, ya. Ia memasukkan sihir ke dalam bola itu. Sihir yang dapat membangkitkan masa lalu dari tempat ini."
"Ooh..."
"Jadi sekarang kita tinggal di sini sambil menunggu ada yang datang untuk menjemput kita...siapapun itu."
_NORMAL POV_
Sakura tidak jadi ke rumah Syaoran. Ia berfikir mungkin mereka akan melakukan pembicaraan serius. Ia tak mungkin mengganggunya. Namun Sakura juga ragu. Apakah benar orang itu kerabat Syaoran? Nampaknya dia bukan orang Jepang atau Korea. Rambut pirang...mata biru. Ketika itu, atmosfirnya serasa tidak enak. Dan kenapa wajah Syaoran menjadi begitu serius ketika melihatnya?
Esok harinya Sakura dan Tomoyo pergi ke rumah Syaoran sepulang sekolah. Mereka hobi banget ya berkumpul di rumah sana. Di depan rumah Syaoran, mereka bertemu dengan pria berambut pirang yang Sakura lihat kemarin. Dia tersenyum ke arah mereka bertiga. Sakura melihat di sampingnya ada benda yang sama seperti yang ia lihat kemarin.
"Oh iya Sakura, Tomoyo. Kenalkan, dia saudaraku, Fay-san." Sakura dan Tomoyo pun berkenalan dengannya.
"Maaf Fay-san, tapi...nampaknya kau bukan orang Jepang, ya?"
Sakura menoleh ke arah Tomoyo yang tiba-tiba bertanya kepada Fay. Ternyata ia memiliki pemikiran yang sama dengan Sakura.
"Ya benar. Kau pasti langsung mengetahuinya dari warna rambutku dan juga namaku yang tidak seperti nama orang Jepang."
Sakura, Tomoyo dan Fay mengobrol di teras sementara Syaoran mengganti bajunya. Tiba-tiba terdengar suara aneh dari dalam rumah. Seperti suara mesin dan berbunyi "Piiip piiip piiip" dan entah mengapa raut wajah Fay langsung berubah.
"Fay-san." Syaoran datang terburu-buru dan memanggil Fay.
"Permisi sebentar..." Fay tersenyum ke arah Sakura dan Tomoyo.
"Ya, silahkan." ia lalu berdiri dan mengikuti Syaoran masuk ke dalam rumah.
Sakura: "Apa yang mereka bicarakan ya?"
Tomoyo: "Entahlah. Ngomong-ngomong, Fay-san orang yang sangat ramah. Sikapnya juga lebih santai dari Syaoran"
Sakura: "Ya. Kau benar. Kemarin aku sempat melihatnya. Ternyata dia memang bukan orang Jepang."
Tomoyo: "Kira-kira ia berasal dari mana?"
Sakura: "Tidak tahu. Nanti kita tanyakan saja"
Tomoyo: "Ya..."
Tomoyo menyeruput teh yang tadi telah disediakan oleh Fay. Sementara Sakura terpaku pada benda yang sedari tadi berada di samping Fay. Tabung kaca dengan hiasan ornamen berwarna emas di kedua ujungnya. Isi tabung itu tidak begitu terlihat karena pantulan sinar matahari, namun Sakura dapat melihat benda yang bentuknya seperti kunci antik berwarna perak di dalamnya.
Ia berniat menyentuhnya. Tinggal beberapa senti lagi, tetapi tangannya dihentikan oleh tangan Fay yang tiba-tiba menarik tangan Sakura.
"Maaf, tapi sebaiknya kau tidak menyentuh atau melihat benda itu, Sakura-chan." Ucap Fay sambil tersenyum kepada Sakura.
Sakura pun menangguk mengerti. Mungkin itu adalah benda yang sangat sangat berharga bagi Fay sampai-sampai Fay tidak bisa meninggalkannya di suatu tempat.
"Ah iya. Maaf..."
o0o
Hari-hari mereka terasa sangat menyenangkan. Sakura dan Tomoyo begitu senang bergaul bersama Syaoran dan Fay. Syaoran sendiri mulai beradaptasi di sekolahnya dan Fay...nampaknya ia tidak pernah kemana-mana. Ia terus berada di rumah Syaoran bersama tabung kaca berisi kunci yang kelihatannya sangat berharga.
Sakura: "Syaoran, sejak kau datang ke Jepang, nampaknya kau tak pernah pergi jalan-jalan."
Syaoran: "Ya, kalau jalan-jalan sendirian 'kan tidak enak.."
Sakura: "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi bertiga?"
Tomoyo: "Tidak mengajak Fay-san?"
Syaoran: "Nampaknya tidak perlu."
Tomoyo: "Eh? Kenapa?"
Syaoran: "Fay-san tidak begitu suka keramaian"
Sakura: "Ya sudah, bagaimana kalau hari Minggu ini?"
Syaoran: "Aku sih bisa kapan saja."
Tomoyo: "Kalau begitu, hari Minggu kita berkumpul di sini. Setuju?"
o0o
Hari Minggu Yang Telah Dinantikan
o0o
Sakura: "Apa? Kau tak bisa pergi?" Ucap Sakura setengah berteriak.
Tomoyo: "Maafkan aku... Mama memaksaku pergi menemaninya ke sebuah acara... Aku tak bisa menolaknya. Bagaimana kalau kau pergi dengan Syaoran saja?"
Sakura: "Baiklah... Tapi kapan-kapan kita pergi bertiga ya."
Tomoyo: "Tentu saja... Sekali lagi, maaf ya..."
Sakura: "Sudahlah Tomoyo, tidak apa-apa... Sampai jumpa."
Tomoyo: "Ya.. Sampai jumpa." KLIK *telepon ditutup
Sakura: "Syaoran, kita pergi berdua saja tidak apa-apa kan? Tomoyo tidak bisa datang. Kapan-kapan saja kita pergi bertiga."
Syaoran: "Ya. Aku tidak keberatan."
Sakura: "Baiklah, ayo pergi!"
Sakura mengajak Syaoran ke sebuah pusat pertokoan. Ia juga mengajak Syaoran ke café favoritnya dan Tomoyo. Mereka mengunjungi toko souvenir dan Sakura membeli 2 buah gantungan handphone untuknya dan Tomoyo.
"Syaoran, kau tidak membeli sesuatu?"
"Entahlah. Mungkin tidak."
"Oh.." jawabnya singkat.
Sakura pun beralih melihat benda-benda lain. Ia berhenti pada jepit rambut berbentuk sepasang sayap.
'Cantik sekali...' pikirnya.
"Kau mau itu?"
Syaoran tiba-tiba sudah berada di samping kiri Sakura, membuatnya kaget karena wajah Syaoran sangat dekat dengannya.
"I...iya. Bentuknya cantik sekali sih."
"Kalau begitu, akan kubelikan untukmu." Ucap Syaoran, lalu mengambil jepit rambut tersebut.
"Eh? Ah, tidak usah. Aku akan membelinya sendiri."
"Tidak apa-apa. Aku ingin memberikannya padamu."
Mendengar itu, Sakura diam. Wajahnya memerah.
"Ka...kalau begitu, terima kasih..."
Sore hari, Sakura dan Syaoran berjalan pulang. Keduanya diam, tidak bicara apapun hingga mereka melewati sebuah taman bermain.
Syaoran: "Sore hari taman bermain masih ramai ya..."
Sakura: "Iya. Kau pernah ke taman bermain?"
Syaoran: "Tidak..."
Sakura: "..."
Syaoran: "Maksudku, tidak di Jepang. Kalau di Korea pernah waktu aku masih kecil."
Sakura: "Oh..."
Syaoran: "..."
Sakura: "Yang paling kusukai di taman bermain adalah merry-go-round. Jadi bisa melihat pemandangan kota."
Syaoran: "Lain kali, kita pergi ke taman bermain saja."
Sakura: "Ya. Dan Tomoyo juga harus ikut."
Syaoran: "Tentu saja...Kalau ada lain kali..."
Sakura: "Eh? Apa?"
Raut wajah sedih Syaoran yang mengucapkan 'Kalau ada lain kali' membuat Sakura bingung.
"Sudahlah... Tidak begitu penting..." katanya sambil tersenyum.
'Memangnya dia mau kemana? Apa dia akan kembali lagi ke Korea? Kalau iya, kapan? Apakah secepatnya?'
Pertanyaan-pertanyaan itu terpaksa ia simpan karena kini mereka sudah berdiri di depan tangga ke arah rumah Syaoran.
"Kalau begitu, sampai besok, Sakura. Hati-hati."
"Ya..."
_SYAORAN POV_
"Hati-hati."
"Ya..."
Aku berdiri di tempat melihatnya berjalan pulang hingga ia berbelok ke sebuah jalan ke arah rumahnya. Akupun menaiki tangga dan tiba di depan rumahku.
"Sudah pulang?"
"Ya." Aku yang saat itu sedang melepas sepatuku menjawab pertanyaan Fay dengan nada datar.
"Kau pasti bersenang-senang." Kali ini tak kutanggapi.
"Tak apa. Itu bagus. Sebaiknya kau merasakan banyak hal yang mungkin tak akan pernah kau rasakan Lagi. Benar 'kan?"
Aku masih diam. Dan kali ini Fay-san juga tak mengatakan apapun.
"Aku..."
"Sekarang, tentang gadis itu. Sakura...dan juga temannya."
Kali ini aku menoleh ke arahnya.
"Kau tahu, kita seharusnya tidak terlalu dekat mereka, atau siapapun di sini. Hal itu mungkin dapat membahayakan mereka...dan juga kita. Tapi sudahlah. Hubunganmu dan mereka sudah terlalu dekat."
Akhirnya aku berdiri, menghampiri Fay-san dan mengambil benda yang ada di tangannya.
"Tujuan kita adalah, kembali bersama dengan kunci ini. Dan aku, akan menuntaskannya tanpa gagal.."
Aku berjalan masuk dan meninggalkan Fay-san Sendirian di luar.
"Kata-kata yang dingin, ya..."
_SAKURA POV_
Aku kini berjalan pulang sendirian. Meskipun katanya tidak penting, tapi aku masih memikirkan kata-kata Syaoran tadi hingga tiba di depan rumah.
"Aku pulang."
Aku berjalan ke arah dapur. Di sana ada ayahku yang memang hari ini libur kerja, dan Touya nii-san.
"Sakura sudah pulang?"
"Tepat saat jam makan malam. Kalau urusan makan, kau selalu tepat dan cepat ya.""
"Ukh...diam kau!" seruku membalas ejekan Touya nii-san.
"Sudahlah, cepat taruh barang-barangmu."
"Ya, ayah..."
Akupun segera naik ke lantai dua dan masuk ke kamarku. Setelah itu, kubuka tasku dan mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam sana. Ketika melihat jepit rambut dari Syaoran, entah kenapa bayangan wajahnya muncul. Akupun mengambil jepit rambut itu dan mengamatinya, dan entah kenapa wajahku terasa panas dan memerah.
"Apa aku...suka pada Syaoran?"
~to be continued~
Gimana? Bagus kah? Jelek kah? Penasaran kah?
Semua pujian, protes, kritik dan saran dapat anda kirim dalam bentuk review ^^
Next Chapter: Coming Soon
P.S. : Mungkin chapter 2 bakal lama... Gomen. But I'll work on it _
