Make It Mine
Disclaimer:
Vocaloid © Crypton Future Media, Yamaha Corporation
Fanloid & Utaloid © Its Owner
Cover © KawaiiRozu on devianart dot com
Make It Mine fic © Akira Zoldyck
Summary:
Namaku Zatsune Miku.
Kuberi tahu, jangan samakan aku dengan sepupuku yang freak itu.
Bagi dia, aturan mutlaknya adalah, "World is mine."
Tetapi, tolong diingat. Aturan mutlakku adalah, "Make it mine, no matter what."
Warning:
Typo(s), OOC?, absurd
Chapter 1
Hai. Apa kalian tahu bahwa kelas Biologi itu sangat menyebalkan? Biar kuperjelas. Kalian duduk di kelas yang panas bersama orang-orang menyebalkan sembari mendengarkan manusia galak yang disebut guru menjelaskan pelajaran tentang organ reproduksi manusia. Dan sudah pasti para kaum Adam 'lah yang dengan serius mengikuti pelajaran ini, yang tentu langsung mengaktifkan mode ero para kaum Adam. Oh negi bakar, lebih baik aku menguras kolam renang daripada menghabiskan waktuku di sini.
"Zatsune-san! Apa yang kau lakukan?!" Bentak Gakupo-sensei seraya melotot ke arahku. Guru mesum pecinta terong itu berkacak pinggang. Aku meletuskan permen karet yang sudah kutiup membentuk balon, menimbulkan suara letusan yang berisik.
"Menikmati permen karetku, Sensei." Jawabku santai. Manusia-manusia yang berada di sekitarku tertawa. Tiga siku-siku pun langsung muncul di kepala Gakupo-sensei. Biar kutebak.
"ZATSUNE! CEPAT KURAS KOLAM RENANG SEKARANG JUGA!" Teriaknya. Oh, kau mendahuluiku, Sensei. Dan terima kasih banyak untuk negi bakar, kau mendengar doaku. Sekarang aku tidak perlu mengikuti pelajaran mesum bersama guru mesum dan manusia-manusia mesum di kelas ini.
Aku mendorong kursiku hingga menimbulkan suara decitan keras. Tanpa banyak berbasa-basi, aku langsung berlalu meninggalkan kelas. Informasi untukmu, mungkin ini sudah yang keempat kalinya dalam seminggu ini aku dihukum menguras kolam renang sekolah.
"Zatsune-san, sepertinya Anda cinta sekali dengan kolam renang sekolah ya, sampai hampir tiap hari Anda kuras," ujar seorang satpam yang mendapatiku tengah duduk di pinggir kolam, menunggu airnya surut. Ia cengengesan. Aku melemparinya kain pel yang basah tepat di wajahnya. Oh Pak Satpam, bisakah kau pergi dari hadapanku? Gigimu yang maju itu membuatku muak.
"Hehe, iya deh. Saya pergi. Selamat menguras lagi ya, Zatsune-san. Besok kalau disuruh menguras lagi dapat piring cantik lho, hehe." Candanya masih dengan cengengesannya yang menyebalkan. Satpam itu pun langsung lari terbirit-birit saat tanganku sudah siap melemparinya kain pel lagi.
Oh aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Zatsune Miku. Murid SMP yang luar biasa, tidak seperti yang lain, mereka biasa-biasa saja. Berumur 14 tahun. Kuberi tahu, jangan samakan aku dengan sepupuku yang freak itu. Bagi dia, aturan mutlaknya adalah, "World is mine." Tetapi, tolong diingat. Aturan mutlakku adalah, "Make it mine, no matter what." Dengan kata lain, semua hal, benda, barang yang kuinginkan, harus jadi milikku.
"Eh, bukannya itu Zatsune Miku dari kelas 2-B?"
"Mana?"
"Itu yang di pinggir kolam renang."
"Sepertinya sudah tiga kali kita melihatnya di sana. Sekarang berarti yang keempat kali ya?"
"Sstt. Jangan keras-keras! Nanti dia dengar!"
Aku memicingkan mataku ke arah dua manusia menyebalkan yang melihatku dari lantai dua gedung sekolah. Dasar manusia bodoh, dari tadi aku sudah mendengar percakapanmu yang memuakkan. Saat itu juga mereka tersentak dan segera mengalihkan pandangannya dan berlalu. Aho.
Air kolam pun renang tinggal sedikit. Aku memutuskan untuk segera turun ke sana. Biar kuberi tahu, menguras kolam renang itu menyenangkan. Selain bisa bermain air, kau tidak perlu merasakan panasnya matahari, dan tidak merasa capek.
Di tengah-tengah asyiknya aku mengepel dasar kolam, aku merasa hawa manusia yang mendekati kolam. Dengan sigap, aku menoleh dan mengacungkan gagang kain pel ke arah manusia itu. Dan benar saja, seorang manusia aneh berdiri di pinggir kolam. Ah iya, aneh. Biar kutekankan lagi. Aneh. Bagaimana tidak aneh? Manusia itu berambut merah menyala, memakan cabai merah, dan apalagi penampilannya itu. Oh demi negi bakar lagi, ia memakai syal di hari yang terik begini? Tunggu. Sepertinya aku mengenali penampilan bodoh seperti itu?
"Sepertinya aku melihatmu hari Senin, Selasa, dan Jum'at kemarin juga membersihkan kolam renang. Kalau besok kamu membersihkan kolam renang lagi, aku kasih cabai cantik deh." Celetuknya. Aku memicingkan mataku. Cih, kata-katanya tidak jauh beda dari satpam tadi.
"Lalu?" Balasku singkat.
"Hanya berkomentar," jawabnya sembari angkat bahu. Manusia freak itu tertawa kecil. Lalu, dia berlalu meninggalkanku. Tch, dasar manusia biasa. Kau harus membayarnya karena sudah merendahkan Zatsune Miku yang luar biasa ini.
"Ya Tuhan! Zatsune, dari tadi kau belum selesai?! Lalu bagaimana aku mengunci gerbangnya?"
Aku menoleh dan mendapati Gakupo-sensei berdiri di pinggir kolam dengan mulut menganga. Bodoh, jika aku ingin, aku bisa menyelesaikannya dalam setengah jam. Tetapi, aku yang luar biasa ini masih ingin bermain, Sensei.
"Tch, apa boleh buat. Cepat selesaikan! Akan kutunggu!" Beliau duduk di bangku yang ada di pinggir kolam. Aku mendengus kesal. Ayolah, aku masih ingin bermain.
"Sensei, bagaimana bila yang menunggu Zatsune-san dan mengunci gerbangnya saya saja?" Oh dewa, sepertinya aku mengenali suara ini. Suara manusia freak yang merendahkan diriku yang luar biasa ini lima jam yang lalu. Dan benar saja, manusia cabai itu muncul dari arah gedung sekolah, berjalan ke arah Gakupo-sensei.
"Oh Shion, benarkah itu? Kau mau melakukannya?"
Apa? Dia bermarga Shion? Oh, tentu saja. Pantas penampilannya mirip seperti pacar sepupuku itu.
"Tentu, Sensei." Ia tersenyum dan menerima kunci berwarna perak dari Gakupo-sensei.
"Nah, Zatsune. Cepat selesaikan." Beliau pun berlalu. Sepeninggalnya, aku menyumpah-serapahi guru mesum itu.
"Nah, Zatsune. Cepat selesaikan." Ulang manusia freak dengan tampang sok mengaturnya itu.
"Cerewet." Umpatku sembari mendorong gagang pel dengan kesal. Bertepuk tanganlah kau, manusia bodoh bermarga Shion. Kau sudah membuat aku yang luar biasa ini marah.
Arloji tahan air berwarna merah yang melingkar di lengan kiri kulirik perlahan. Jarum panjang menunjuk angka dua belas dan jarum pendek menunjuk angka lima. Jam lima sore. Langit senja berwarna merah kebiruan di atas sana. Burung-burung gereja beterbangan hendak pulang ke sangkar masing-masing disertai cicitan-cicitan kecilnya yang mewarnaiku menyelesaikan tugas hukuman guru bodoh menyebalkan itu.
Tugas menguras kolam renang kuakhiri dengan dorongan terakhir gagang pel di pojok kolam yang belum terjamah kain pelku. Setelah menarik napas panjang, kulempar kain pel beserta gagangnya ke luar kolam renang dan memanjat naik untuk keluar.
"Akhirnya kau selesai juga. Lama sekali sih," komentar si kepala cabai itu sembari cengengesan untuk yang kesekian kalinya. Not gomen, aku malas sekali untuk menghitung sudah berapa kali ia berkomentar dengan cengiran bodohnya.
Tanpa berniat sama sekali untuk membalas komentarnya, aku berbenah-benah dengan menyimpan alat pel ke dalam gudang. Selesai membenahi alat-alat tersebut, dengan langkah cepat, aku menuju kelasku, berniat mengambil tas selempang hitam yang kutinggal di sana. Kuberi tahu, membersihkan kolam renang itu menyenangkan. Dibandingkan harus mendengarkan ceramah tak bermutu, lebih baik aku bermain-main di dalam kolam renang. Hukuman tidaklah selalu berat untuk dijalani.
Beres dengan kegiatan berbenah-benah dan mengambil barang-barangku di kelas, aku segera melangkahkan kaki keluar kelas.
"Bisakah kau lebih cepat? Aku mau mengunci gerbang. Hari sudah terlalu larut, nih."
Tiba-tiba, cowok bodoh dengan syal merahnya muncul dari balik pintu kelas. Ia tersenyum. Senyum yang menjijikkan, menurutku. Aku diam dan melewatinya dengan santai.
"Hei, Zatsune."
"..." Aku enggan untuk menjawab. Daripada menyahut, aku lebih memilih mempercepat langkahku. Di belakang, cowok bermarga Shion yang satu suku dengan pacar sepupuku itu mengikutiku.
"Zatsune!" Panggilnya lagi. Kali ini lebih keras. Aku tetap tak mau untuk menyahut ataupun menoleh. Untuk apa Zatsune Miku yang luar biasa ini menanggapi cowok yang biasa-biasa saja, bahkan freak sekali? Oh negi bakar, jangan sampai.
"Miku-chan,"
Oke, sekarang amarahku tersulut. Berani-beraninya dia memanggil nama kecilku seenak udelnya?
"BISAKAH KAU DIAM?" Bentakku sembari membalikkan badanku ke arahnya.
Dan melalui kedua mataku, kulihat kedua sudut bibir Shion Akaito ditarik ke pinggir. Tersenyum puas.
To Be Continued
Hai readers, perkenalkan nama pena saya Akira Zoldyck! Sebelumnya, saya sudah memiliki akun di FFn. Karena lupa memakai e-mail yang mana, saya pun tidak bisa log in dan memilih untuk membuat akun baru.
Saa, RnR?
