A/N: Haiii... Saya balik lagi bawa FF baru (bukannya nyelesain yang lain ini malah bikin baru-_-')
Entah kenapa ide absurd ini muncul pas mau tidur. Jadi langsung aja aku ketik :v
Happy Reading ^_^
The Cold One
Disclaimer:
Kuroko no Basuke milik Tadatoshi Fujimaki
Warning:
AU, OOC, typo, sho-ai dan crack pairing(dikit dan belum keliatan), alur ngebut, dll.
Pada ratusan tahun silam di Tokyo, terdapat beberapa keluarga terkenal dam memiliki kemampuan yang hebat. Keluarga yang dilambangkan dengan biru, hijau, ungu, merah muda, cahaya, dan bayangan. Mereka sangat disegani dan dihormati oleh warga lainnya. Mereka adalah keluarga pemburu makhluk yang hanya keluar pada malam hari. Pernah dengar tentang vampire? Ya, mereka adalah pemburu makhluk tersebut.
Dulu, vampire pernah menyerang kota dan menyebabkan banyak rakyat tewas. Alasannya? Tentu saja para vampire itu berburu makanan mereka. Saat itulah enam orang datang dan menghentikan para vampire. Masing masing orang itu memiliki nama keluarga yang yang dikaitkan dengan warna. Pemimpin dari mereka yang sering disebutkan dengan cahaya dan bayangan.
Sampai sekarang, keturunan enam keluarga itu masih ada. Mereka juga benar-benar dihormati sebagai keluarga pemburu. Walaupun begitu, tentu saja setidaknya masih ada vampire mengelilingi mereka, 'kan?
.
.
.
.
.
.
SMA Teiko merupakan sekolah yang terletak di Tokyo, Jepang. SMA ini terkenal dengan klub basket yang diisi oleh murid-murid berbakat. Murid terhebat dari klub basket ini sering disebut Kiseki no Sedai atau Generation of Miracles. Kise Ryouta, Midorima Shintarou, Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Kagami Taiga, Kuroko Tetsuya, dan Akashi Seijuurou. Serta pelatih khusus mereka yaitu Aida Kagetora dan manager klub basket, Momoi Satsuki.
Teiko juga mempunyai asrama, masing-masing kamar diisi dua murid. Namun tentu saja asrama siswa dan siswi dipisahkan.
Himuro Tatsuya-Murasakibara Atsushi(120)
Takao Kazunari-Midorima Shintarou(121)
Kise Ryouta-Aomine Daiki(122)
Kuroko Tetsuya-Kagami Taiga(123)
Mayuzumi Chihiro-Akashi Seijuurou(124)
Momoi Satsuki-Aida Riko(378)
.
.
.
.
.
.
Gym Teiko, pukul 23.35
"Hah... Untuk apa kita kesini sih?" keluh seorang pemuda berambut raven model belah tengah. "Aku ingin bicara..." ujar seorang bersurai crimson. Disana ada empat orang, dua orang pria berambut hitam, satu orang pria berambut merah, dan satu orang gadis berambut coklat pendek.
"Kalau mau bicara kan bisa besok?" ucap lelaki yang satunya. "Tidak, ini cukup penting."
.
.
.
Kamar 123, astama putra
Seorang pria bersurai baby blue terbangun dari tidurnya. Ia teringat buku matematika miliknya yang tertinggal di gym setelah latihan basket tadi sore. Pria berparas manis itu hendak membangunkan temannya untuk menemani dirinya mengambilnya. Sebenarnya pemuda yang memiliki nama lengkap Kuroko Tetsuya itu malas untuk pergi ke gym hanya untuk mengambil bukunya jika ia tak ingat bahwa esok ada pelajaran matematika dan masih ada PR yang belum sempat ia kerjakan.
Melihat temannya yang bernama Kagami Taiga masih tertidur pulas, membuatnya tak enak dan memutuskan untuk pergi sendiri saja. Kuroko mengambil jaket di laci meja belajar, lalu beranjak keluar kamarnya dan menutup pintu dengan perlahan agar tidak membangunkan Kagami. Kuroko berjalan dalam diam melewati lorong gelap nan sunyi. Keluar gedung asrama, ia melihat langit. 'Bulan purnama yang indah...' pikirnya.
.
.
.
Gym Teiko
Satu-satunya gadis yang ada disana membuka suara. "Kita dibedakan menjadi tiga, ingat?" kedua pria berambut hitam mengangguk. Sedangkan pria berambut merah menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Golongan tiga, siapapun manusia yang diubah menjadi vampire." Dirinya memberi jeda. "Golongan dua, vampire berdarah campuran. Contohnya kalian." Pemuda itu berhenti sejenak, lalu menghela nafas. "Gologan satu, vampire darah murni. Contohnya aku."
Mereka memandang si surai merah. "Selama ini, aku berfikir bahwa hanya aku vampire darah murni yang tersisa. Namun ternyata aku salah, aku masih merasakan vampire darah murni selain aku. Dan keluarga vampire darah murni itu-"
KRIEEET...
Pintu gym perlahan terbuka, menampilkan seorang pemuda bersurai baby blue masuk. "Akashi-kun? Takao-kun? Aida-san? Sedang apa kalian disini? Dan siapa dia?" tanyanya. Melihat rekannya bingung, Akashi bertidak. "Mibuchi Reo. Dia sepupuku, Tetsuya. Kebetulan ia mau daftar tim basket. Kau sendiri?"
"Aku mau mengambil bukuku saja, tadi tertinggal." Kuroko mengambil bukunya dan pergi dari sana. "Aku permisi." Kuroko berkata. 'Aneh...'
Namun pria manis itu tak menyadari tiga pasang mata merah darah yang menatapnya. "Baunya enak..." gumam Takao dengan sebuah seringai. "Tahan dirimu, Kazunari." Akashi menepuk bahu si raven. "Malam memang artinya untuk kita para vampire." Akashi menatap ketiganya dengan mata yang perlahan ikut berubah menjadi merah darah. "Tapi kita juga punya satu hal yang harus dilakukan, melindungi rahasia kita. Eksistensi kita sebagai vampire."
.
.
.
.
.
.
SMA Teiko, kelas X-2 pukul 10.30
Kagami menguap, pelajaran sejarah hari ini cukup membosankan. Untung saja bel istirahat sudah berbunyi. Kuroko, Aomine, Momoi, Midorima, dan Murasakibara berkumpul di mejanya. Mereka adalah keturunan enam hunter vampire yang legendaris tersebut.
"Aku mendapatkan informasi tentang sekolah ini." Momoi memulai pemicaraan. Ia memperhatikan sekelilingnya, memastikan keadaan aman. "Lebih tepanya tentang vampire yang bersekolah disini." Momoi memelankan suaranya. "Vampire disekolah ini? Kau jangan bercanda, Satsuki!" tentu saja mereka terkejut, terutama Aomine yang sangat membenci vampire. Merekalah yang menyebabkan pemuda bersurai navy blue tersebut kehilangan orang tuanya, tepat dihadapan dirinya sendiri.
Gadis merah jambu disampingnya memegang sebuah note kecil dan membukanya. "Informasi yang kudapat baru sedikit. Akashi Seijuurou, kelas ini, golongan satu. Takao Kazunari, golongan dua, kelas X-3. Mibuchi Reo, golongan dua, kelas XI-2. Aida Riko, golongan dua, kelas XI-2, Izuki Shun, golongan tiga, kelas XI-3. Imayoshi Shouichi, golongan dua, kelas XII-1. Kasamatsu Yukio, golongan dua, kelas XII-1. Mayuzumi Chihiro, golongan tiga, kelas XII-1. Baru mereka yang kutahu."
Mereka terbelalak. Orang yang dekat dengan mereka ternyata... "Jangan lupa Himuro Tatsuya, golongan tiga, kelas XI-3. Aku hampir digigit olehnya tadi malam." Murasakibara menambahkan dan membuat kelima temannya shock. Kenapa si titan ungu bisa setenang itu? "Namun kudengar ada lagi vampire golongan satu selain Akashi-kun. Tapi aku belum tau siapa orangnya."
"Siapapun itu, bisa kau cari tahu belakangan. Yang terpenting sekarang adalah mereka. Jika kita bertemu mereka, bersikaplah seperti biasa." "Tumben otakmu jalan, Kagami-kun." Kagami sukses pundung dipojokan akibat perkataan sadis seorang Kuroko Tetsuya.
"Kurokocchi~" sebuah pelukan maut dari Kise Ryouta menerjang Kuroko. "Le... Lepas... Kise...-kun..." akhirnya pemuda bersurai pirang itu melepas pelukannya. "Kurokocchi, antarkan aku ke kelas Nash. Kemarin bibiku memberi kami uang bulanan, namun jatahku dititipkan padanya-ssu." Aomine memutar bola matanya malas. "Manja sekali minta antar sama Tetsu. Bilang saja mau modus. Lagipula, kelas kakakmu dimana sih?" "Hidoi-ssu! Aku tidak modus! Kelasnya juga di lantai satu, ingat kita di lantai tiga!" Kise membela diri, walaupun yang Aomine katakan ada benarnya juga. "Ki-chan, selama ini walaupun sudah kenal dengan Nash-senpai, tapi kita tidak tahu kelasnya dimana." Momoi bicara. "XII-1."
"Aku yang akan mengantarmu." Aomine menarik tangan Kise. "Aominecchi! Ada apa sih?" yang ditanya tidak menjawab. 'Kelas yang sama dengan vampire itu. Aku harus memastikan Kise aman dari mereka. Sebagai keturunan hunter, aku harus bisa melindungi teman-temanku!' batin Aomine. Manik navy blue miliknya berkilat tajam.
Sedangkan di kelas XII-1, Nash melamun dikelasnya, entah apa yang ia pikirkan. Ia memandang keluar jendela, sampai sebuah suara mengagetkan dirinya. "Nash! Jatahku ma-" BLETAK! "Bisakah kau pelankan suaramu? Ini kelas tiga, Ryouta! Sopanlah sedikit." Kise dihadiahi sebuah jitakan oleh sang kakak. "Hidoi-ssu! Kau sendiri juga sering mengatai orang lain dengan sebuan monyet!" skakmat. Aomine menahan tawanya yang hampir meledak.
"Urusai!" nash memberikan jatah uang adikya. Baru saja akan berbalik, seorang pria tinggi besar menghampiri meja si pirang. "Pelajaran setelah istirahat diliburkan untuk semuanya." Jason Silver, rekan sekamar Nash berkata dan membuat tiga orang itu cengo. "Hah? memang ada apa, senpai?" tanya Aomine penasaran. "Ada siswi kelas sebelah meninggal di toilet. Lagi banyak yang melihat kesana karena teriakannya tadi. Aku juga sempat melihatnya. Kukira dia hanya kepeleset, tapi..." Silver menggantung kalimatnya.
Terlihat Imayoshi memasuki kelas dan mengumumkan berita tadi, seketika tatapan Aomine berbeda dari biasanya. Murid-murid lain membereskan buku mereka dan kembali ke asrama, meninggalkan empat orang disana. "Tadi begitu siswi itu dibawa keluar, mayatnya terlihat sangat pucat. Kulitnya seputih kertas, bibirnya kering, dan walaupum samar, aku melihat dua lubang kecil seperti bekas gigitan dilehernya. Posisiku cukup dekat dengan petugas yang membawanya." Silver menamatkan ceritanya. 'Salah satu dari mereka berulah. Sialan!' pikir Aomine kesal. "Kau salah lihat. Memangnya ada binatang buas yang mesum dan memangsa gadis SMA di toilet? Ayolah, sekolah kita terletak ditengah kota!"
"Mungkin saja ini ulah vampire!" kini mereka terdiam. "Kalian... Percaya vampire?" tanya Nash. "Ya, begitulah..." jawab siswa kelas sepuluh berkulit tan itu. "Antara percaya dan tidak percaya-ssu." "Aku tidak percaya." Silver mengundang tatapan tajam Aomine Daiki, Kise Ryouta. dan Kise Nash. "KALAU KAU/SENPAI TIDAK PERCAYA, UNTUK APA MENGATAKANNYA?!"
"Eh, rupanya kalian disini." Kagami dan Kuroko melewati depan kelas XII-1. "Ayo kembali ke asrama. Aomine-kun, Kise-kun, ini buku kalian." Kuroko menyerahkan buku mereka. "Arigatou Kurokocchi!" "Ryouta, jangan peluk dia."
Si adik cemberut atas perkataan kakaknya. "Kurokocchi pasti senang kalau aku peluk! Aku kan tampan, keren, jago basket pula! Aku kurang apa coba?" Kise mengibaskan rambutnya narsis. "Kurang waras." Nash menjawab perkataan adiknya. "Seperti kau waras saja-ssu." si pirang mencibir balik kakaknya. "Aku mau ke ruang OSIS dulu-ssu. Mau bertemu Akashicc-" "JANGAN!" seru Kuroko, Kagami, Aomine dan Nash bersamaan. "Hah? kenapa kalian kompak sekali?" Silver kebingungan. "Iya, memangnya kenapa aku tidak boleh ketemu Akashicchi?" Kuroko, Kagami dan Aomine juga bingung. Alasan mereka karena Akahi itu vampire dan takut jika Kise akan 'dimakan' olehnya. Tapi apa alasan kakaknya melarang sang adik?
"Kudengar dia itu yandere. Titisan raja gunting. Kau kan masokis, aku takut kau belok dan menyukainya." 'NASH! AKU BARU TAHU KAU FUDANSHI!' jerit batin Silver. 'Tunggu, dari mana kau tahu Akashi yandere titisan raja gunting? Bukankah ketua OSIS itu kurang diketahui banyak oleh kelas tiga?'
.
.
.
.
.
.
Disebuah ruangan yang gelap, terlihat seorang wanita dan anak kecil sekitar lima tahun.
"Okaa-sama, apa yang terjadi? Kenapa aku mencium bau darah yang menyengat?"
"Maaf, okaa-sama tidak bisa menjelaskan padamu sekarang. Namun suatu saat kau akan mengerti. Dan maafkan okaa-sama, karena melakukan ini..."
.
.
.
.
.
.
Akashi terbangun dari tidunya 'Darah murni selain keluarga Akashi. Aku tidak menyangka dia juga...' batin si surai crimson. "Bagaimana mungkin dia orangya? Bahkan menurutku dia terlalu polos untuk ukuran vampire darah murni. Lagipula banyak hunter yang mengelilingi disini..." gumamnya.
Manik heterochrome miliknya menoleh ke meja disamping tempat tidur. Lalu pandangannya teralih keluar jendela. Salju mulai turun perlahan, mengingat ini adalah musim dingin. Akashi berjalan keluar kamar, ia tak memerlukan jaket karena kulitnya saja sudah sangat dingin. Ia mengirim pesan dan menunggu selama tiga detik. Seluruh anggota GoM keluar kamarnya. Bagaimana tidak? Ini isi pesannya:
Temui aku depan pintu kamarku tiga detik lagi, kalau tidak mau guntingku melanyang. Ingat, ini ABSOLUT!
"Ada apa, Akashi?" tanya Midorima. "Kita latihan malam." GoM melotot horor. "Kau gila Akashi! Ini kan-"
ckris.
ckris.
"Kau sudah tak sayang nyawa, Daiki?" sudah dipastikan nyali Aomine ciut seketika. 'Ingin rasanya kuhajar makhluk penghisap darah kurang tinggi yang satu ini!' batin si kurang terang kesal. Melipat kedua tangannya didepan dada, lalu memejamkan matanya sejenak. "Lari mengelilingi lorong asrama lantai dua ini sebanyak enam kali, lalu naik turun tangga tiga kali, dilanjutkan lari keliling lorong lantai tiga sebanyak enam kali, dan naik-turun tangga sebanyak dua kali, sepertinya itu cukup." Kagami makin melotot. "Cukup? Cukup guntingmu! Itu-" "Hee? Masih kurang ya?" tanya Akashi dengan seringai. "Yosh, mari kita jalankan tugas mulia dari Akashi-sama!" teriak Takao semangat, padahal karena takut akan ditambah latihannya.
"Bakao! Ini sudah malam, jangan teriak begitu." Midorima menjitak partnernya. "Shin-chan kejam!" dan mereka segera menjalankan latihan neraka dari Akashi. Sedangkan yang memberi latihan tersebut masih terdiam. "Sei-chan!" seseorang memanggilnya. "Reo?" menghela nafas, pria itu berkata. "Para hunter, telah mengetahui sebagian dari kita, para vampire."
.
.
.
"Hah... Hah... Hah..." mereka tengah mengelilingi lorong lantai tiga. Kuroko tampak sudah sangat kelelahan, namun tak biasanya Kise berada di dekatnya yang selalu berada diposisi belakang. "Hah... Kise...-kun? Kenapa... Hah... Kau... Terlihat... Hah... Sangat... Kelelahan?" tanya si surai baby blue dengan nafas tersenggal. Manik serwarna rambutnya menatap si surai pirang. "Kuroko...cchi?"
BRUK!
"Kise-kun!"
.
.
.
.
.
.
Kuroko POV
Aku menjaga Kise-kun yang terbaring dikamarnya. Bingung, tidak biasanya Kise-kun seperti ini. Namun perlahan ia membuka matanya. "Kise-kun?" "AAARGH! KUROKOCCHI?!" selalu saja begini, ia kaget melihatku. Matanya menatap sekeliling. "Kau dikamarmu sekarang. Tadi kau pingsan."
Kulihat ia memeluk dirinya sendiri, aku memandangnya penuh tanya. Seolah mengerti tatapanku, dia menjawabnya. "Dingin... Aku kedinginan-ssu..." oke, ini musim dingin dan diluar sana tengah turun salju. Tapi jendela sudah kututup, perapian juga menyala. Dan ia memakai selimut.
KRIEEET...
Pintu perlahan terbuka dan menampilkan sosok bersurai crimson. "Tetsuya, bisakah kau ikut aku sebentar?" Akashi-kun menatapku dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Sebenarnya aku sedikit was-was dengan makhluk penghisap darah didepanku ini. Tapi daripada tidak menurutinya, bisa-bisa aku dilempar gunting. Jadi aku terpaksa mengikutinya walaupun perasaanku tidak enak.
.
.
.
TBC/Disc
A/N: Maafkan author gaje ini karena malah bikin FF absurd TT,TT aku suka karakter pirang, makannya aku jadiin Nash sebagai kakaknya Kise. Sebenarnya, aku gak suka sifatnya Nash waktu di manga. Tapi aku gabisa benci dia karena dia ganteng #ditendang
Ada yang penasaran gak sama lanjutannya? Kalau ada, Review please ^_^ (tidak terima review yang kasar*flame)
