[ Tidak ada hal yang pasti di dunia ini ]
[ Termasuk rasa cinta yang dapat berubah menjadi benci, dan begitupula dengan rasa benci yang dapat berubah menjadi cinta ]
.
.
.
BloodStained B-Rabbit Present
A PANDORA HEARTS FANFICTION
DISCLAIMER: Jun Mochizuki
.
.
.
[ Meski kau tidak mempercayai keberadaannya, namun— ]
[ Sebenarnya itu adalah sebuah kenyataan yang sengaja kau sembunyikan, demi orang-orang yang tidak ingin kau buat terluka ]
.
.
.
LOVE IN PANDORA GAKUEN
Chapter 1: PandoraGakuenSchool
Pandora Gakuen. Sekolah elit di kota Leveiyu. Sebuah sekolah yang memiliki nama yang terkenal di Jepang. Bukan, bahkan sudah menyebar ke mancanegara. Sekolah ini dikenal karena fasilitasnya yang terbilang –err sangat mahal dan mewah. Hanya keluarga yang tergolong bangsawan saja yang dapat menginjakkan kaki di sana. Yah, bagi yang merasa bahwa keuangan keluarganya pas-pasan, silahkan keluarkan kakimu dari sekolah elit ini.
Sekolah yang terkenal akan keelitannya? Lalu bagaimana dengan kualitas siswa maupun siswinya? Apakah juga memiliki kualitas yang sesuai dengan keelitan sekolah ini?
Nanti kita buktikan!
.
.
.
Seorang pemuda berambut emas dan memiliki mata yang berwarna hijau emerald sedang berjalan di antara koridor di Pandora Gakuen ini. Di telinganya, melekat sebuah headphone yang digunakannya untuk mendengarkan musik yang menurutnya menarik. Pemuda ini bernama Oz Vessalius. Salah satu pewaris besar dari keluarga bangsawan Vessalius. Bukanlah hal yang ganjil jikalau dia menginjakkan kakinya di sekolah elit ini.
Oz mendekati sebuah pintu yang di atasnya tertulis kelas 9-A. Yah, itu adalah kelas Oz. Kelas 9-A yang merupakan kelas khusus di sekolah ini. Kelas yang diharapkan mampu melambungkan nama baik Pandora, namun—
"Hoi, Oz, selamat pagi!" seru seorang gadis berambut merah yang akrab disapa Lotti itu. Gadis itu sedang duduk dengan agungnya di sebuah meja—terlihat seperti penguasa. Tangan kanan Lotti yang terlihat putih mulus itu menggenggam sebuah bola kaki yang terlihat cukup mahal harganya.
Oz tersenyum sebagai ucapan untuk membalas sapaan gadis atau mungkin bosnya itu. Ada yang tahu Charlotte? Ya, dia adalah salah satu pewaris dari keluarga besar Baskerville—lebih tepatnya pewaris ke tiga. Namun ada yang mampu menebak sikapnya? Huh, sikapnya dapat dikatakan keterlaluan. Masih ada yang bertanya-tanya? Atau mungkin masih ada yang menganga mendengarkannya, namun mau diapa lagi. Sikap Lotti dapat digolongkan sebagai seorang gadis yang ceria, namun keras kepala. Bahkan, dia tidak pernah menyentuh buku-buku yang dibelikan khusus untuknya. Tapi hebatnya, nilai Lotti dapat peringkat teratas! Tentu saja hal itu berkaitan dengan bantuan sogokan untuk para guru yang rutin dilakukannya setiap menjelang ujian. Haha.
"Hei, Oz, setidaknya ucapkan selamat pagi juga, dong!" protes Lotti kesal, namun terdengar sedikit manja. Hm, sepertinya si Nona Lotti memang hanya bermanja-manja ke pada Oz. Wajar saja, 'kan? Oz, 'kan adalah kekasihnya.
"Oh, maaf, Lotti." Ucap Oz sedikit meminta maaf, "Aku sedang memakai headphone tadi, jadi aku tidak mendengar ucapanmu—" lanjut Oz yang sukses mendapatkan lemparan sepatu ber-hak tinggi milik Lotti.
"Menyebalkan!" gerutu Lotti, namun Oz membalasnya dengan tawa santai.
"Hahaha. Lotti jelek kalau marah, loh~" goda Oz yang sukses membuat semburat merah di wajah Lotti. "Kalau kau marah begitu, nanti aku cari wanita lain, nih!" ancam Oz.
" No. no, no, Oz! Jangan selingkuh!" pinta Lotti manja dan sukses menerima sebuah kecupan pipi dari Oz.
"Wah.. wah.. kalian berdua pagi-pagi sudah semesra ini.." tiba-tiba muncul seorang pemuda berambut pirang dengan warna mata gold dan merah anggur. Ada yang bisa menebaknya? Bingo! Dia adalah Vincent Nightray, sahabat Lotti.
"Ah, hai, Vincent!" sapa Lotti dengan wajah sedikit merah.
" Good morning, Vince~" sapa Oz juga, namun terdengar sok bahasa Inggris.
Vincent hanya tersenyum. Mungkin baginya terlihat lucu saat dia melihat Oz dan Lotti yang sering bermesraan di pagi hari.
"Wah, wah.. dari pada aku mengganggu kalian, lebih baik aku pergi ke kelas Echo saja, ya?" gumam Vincent dan segera meninggalkan kelas. Lho? Padahal sedang jam belajar, 'kan? Oh, rupanya guru yang seharusnya memasuki ruangan 9-A ini sedang tidak ada. Ke mana dia?
"Oh, ya, Sharon, ke mana Liam –sensei ?" tanya Oz celingak-celinguk. Matanya terus saja mencari sosok pemuda berkacamata itu.
Sedangkan, gadis yang ditanya oleh Oz itu hanya tertawa kecil. Hal itu sukses membuat perasaan Oz tidak enak. "Fufufu, tenang saja, Oz –sama, dia sudah aku bereskan~" jelas gadis berambut peach itu dengan seringai miliknya. Oz yang mulai merasakan hawa buruk, segera mundur beberapa langkah dan berlari meninggalkan kelas.
' Hiee! Jangan sampai aku terkena harisen ala keluarga Rainsworth! ' batin Oz sambil mencari sosok Liam –gurunya- di sekitar wilayah Pandora Gakuen yang sangat luas.
"Hm.. Liam –sensei ke mana? Apa dia tidak hadir?" gumam Oz, namun sebuah berbagai benturan terdengar dari halaman belakang yang tidak jauh dari tempat Oz mencari.
Oz yang mendengar suara benturan itu dengan cepat mencari asal suara itu. Mungkin saja ada penyusup di Pandora Gakuen. Bisa saja, 'kan? Sekolah ini, 'kan terkenal.
Namun bukan sosok penjahat yang dia lihat, melainkan sosok gadis yang sepertinya terjatuh dari atas pohon sakura di belakang Pandora Gakuen. Gadis berambut brunette itu terlihat merintih kesakitan.
"Tch, pohon sialan!" ucap gadis itu terhadap pohon yang sama sekali tidak bersalah itu.
' Sialan katanya? Ternyata dia juga golongan penjahat.. ' batin Oz sambil bersembunyi di balik tembok. Oz takut untuk menampakkan diri, apalagi kalau dilihat dari gadis brunette itu yang sepertinya sedang bad mood.
"Aargh! Pohon bodoh! Beraninya kau selemah itu, hah! Kau tidak tahu kalau aku ini adalah putri Baskerville yang agung! Awas saja kalau aku bersekolah di sini! Kau akan aku tebang!" hardik gadis itu sambil seenaknya menendang batang pohon yang kokoh itu
"Hua!" tindakan gadis brunette yang dengan teganya menendangi pohon bersejarah itu memaksa Oz untuk turuh tangan. "Apa yang kau lakukan, hah! Beraninya kau merusak pohon yang menjadi objek alam di musim semi ini, hah!" protes Oz yang keluar dari persembunyiannya. Ya, Oz memang tergolong anak yang cukup nakal di sekolah ini, tapi kenakalannya tidak berlebihan. Tidak seperti Lotti yang kenakalannya sudah mencapai level tujuh. Oz yang merupakan siswa nakal ini juga masih punya perhatian terhadapan alam dan sekitarnya.
"Kh, siapa kau!" bentak gadis brunette itu menjaga jarak. "Memang apa pedulimu? Pohon ini bukan ibumu, 'kan?" lanjut gadis itu dengan keegoisannya. Sepertinya gadis ini juga tipe yang keras kepala+egois.
"Namaku Oz, aku adalah siswa di Pandora Gakuen ini. Lalu, kau? Apa maumu di sini? Dan apa yang kau cari?" tanya Oz yang terdengar seperti polisi yang mengintrogasi pelaku kejahatan.
"Hahaha. Jadi kau siswa di tempat membosankan ini?" gadis itu tertawa mengejek, "Rendah sekali kau—Oz.. bersekolah di penjara kelas teri ini dan bersembunyi di balik kebohongan sekolah ini.." lanjutnya yang sukses membuat amarah Oz naik.
Satu hal yang harus diketahui, Oz Vessalius benci jikalau dia dan sekolahnya, Pandora Gakuen diejek. Apalagi dengan dikatai rendahan. Oh.. siapapun malas untuk mencari masalah dengan anak ini.
"Diam! Kau yang rendah! Seenaknya masuk ke wilayah yang dijaga ini!" Oz membalas kesal. ' Menyebalkan sekali gadis ini! ' batin Oz di sela-sela bentakannya.
Gadis itu terdiam—berpikir sejenak. Iris violet –nya menatap Oz dalam-dalam. Berbagai rasa ingin membunuh mulai menghantui kepala gadis ini. ' Puih! Menyebalkan! ' batinnya. "Huh, ya sudah! Aku mau pulang! Mukamu itu membuatku serasa ingin muntah! Bweekk!" gadis itu memanjati pohon sakura yang berukuran besar itu dan mulai melompat turun ke sebelah pagar Pandora Gakuen.
"Ap – apha! Hei, jangan kabur, kau!" teriak Oz, "Hoi, maling! Maling! Ada maling!" Oz berteriak sekuat tenaga, dan hal ini sukses menimbulkan beberapa suara pukulan dari balik pagar pembatas Pandora Gakuen. Apa gadis brunette itu yang dipukuli karena disangka penjahat? Entahlah. Yang jelas hal ini membuat Oz sangat puas. ' Satu masalah selesai~' ucap Oz sambil berjalan kembali menuju ke kelasnya.
Sebelum sampai ke kelasnya, Oz dikagetkan lagi dengan sebuah suara dari dalam gudang. Kali ini apalagi yang akan muncul? Karena merasa penasaran, Oz akhirnya memasuki gudang yang dipenuhi dengan debu itu.
Duk. Duk. Duk.
"Dari dalam lemari!" gumam Oz sambil mengarahkan pandangannya ke dalam lemari yang berada di sudut gudang. Siapa yang kira-kira dikurung di dalam lemari itu?
Dan dengan sedikit pelan, Oz menarik kayu berukuran sedang yang mengunci lemari itu dan mengamati siapa yang berada di dalamnya—
"Liam –sensei ?" tanya Oz tidak percaya begitu melihat guru yang seharusnya mengajar di kelasnya ini ternyata dikunci di dalam lemari. Oh, tuhan, siapa yang tega melakukannya.
"Mmph." Liam sulit berbicara. Tentu. Karena mulutnya diikat dengan sebuah kain.
"Tu – tunggu, sensei.." ujar Oz sambil melepaskan kain yang menutupi mulut gurunya. Didapatinya beberapa luka bekas terjangan harisen pada gurunya itu—hingga hal itu memberanikan Oz untuk menarik kesimpulan lain akan siapa pelaku dari semua ini.
"Fufufu, tenang saja, Oz –sama, dia sudah aku bereskan~"
"Sharon! Pasti Sharon yang melakukan hal ini pada Liam –sensei, 'kan?" tanya Oz ke pada Liam. Liam hanya mengangguk.
"Benar, Oz –sama, tapi tidak usah katakan pada siapapun soal hal ini.." ucap Liam bersabar. Salah satu kelebihan dari gurunya ini adalah kesabarannya yang sangat kuat.
"Tapi—"
"Tenang saja, Oz. Rupanya semua anak 9-A sangat bosan denganku, ya?" canda Liam yang sedikit menahan sakit. "Nah, Oz, kembalilah ke kelas dan bilang bahwa hari ini kita tidak belajar lagi." perintah Liam.
"Heh? Tidak belajar lagi? ini, 'kan sudah ke xx kalinya kita tidak belajar, Liam –sensei !" protes Oz yang mulai keberatan. Jujur saja, di antara murid di kelas khusus, hanya Oz-lah yang memiliki otak yang cemerlang. Meskipun lebih cerdaskan Rufus dari keluarga Barma.
"Ya. Maaf, 'kan saya, Oz –sama. Besok, pelajaran akan dimulai lagi, dan juga sekalian ada siswa baru untuk kelas kita." Liam menjelaskan dengan teliti.
' Murid baru? Siapa? Moga-moga saja dia adalah orang yang normal.. ' batin Oz sedikit berharap.
"Ya! Kalau begitu aku kembali ke kelas dulu, ya, Liam –sensei. Oh, ya, lukanya itu cepat diobati, ya?" seru Oz yang segera berlari meninggalkan Liam. Hingga, semakin lama, bayangan Oz mulai menghilang.
"Ya, terima kasih, Oz –sama." Ucap Liam dengan senyuman begitu dia menyadari bahwa masih ada siswa di kelas 9-A yang masih memikirkan soal pelajaran dan dia.
TBC
A/N: Huhuy! Setelah fic saya yang berjudul Valentine Day selesai, kali ini saya publish baru lagi, nih~ dan tentunya multichapter XDD
Nah, maaf kalau cerita ini mungkin rada-rada alay, apalagi dari judulnya ==" soalnya dalam otak keriting saya cuma ini yang muncul sih..
Yap, kesan terakhir! Reviews Minna!
And The Next Chapter: A New Student!
_BloodStained B-Rabbit_
