DISCLAIMER :
Togashi-Sensei
scarlet85 (for the original fic, she asked me to remake and publish it)
PAIRING :
Absolutely KuroPika, pasangan abadi di fandom HxH^^
GENRE :
Romance
SUMMARY :
I love you, you're mine and mine only.
WARNING :
AU. OOC. FemKura. And there will be a character from Yu Yu Hakusho, tapi karena ga memberi pengaruh terlalu banyak dalam hal crossovernya, jadi aku ga publish di crossover HxH. Karakter ini muncul karena scarlet85 sangat menyukainya!
.
Versi original fic ini dibuat khusus oleh scarlet85 sebagai kado ultahku 12 Januari kemaren…tapi dia belum berani publish XD Hm, jadi aku remake n publish fic ini.
Selain itu, juga dibuat untuk turut memeriahkan event KuroPika Week Festival di HxH Community.
.
So, this is a collaboration fic from scarlet85 and me!
Happy reading^^
.
.
.
Silva Zaoldyeck adalah seorang raja dari Negeri Eldora. Ia memiliki wibawa dan karisma yang luar biasa, sikapnya pun tegas…hingga seringkali membuatnya terlihat kejam.
Silva memiliki dua orang putra dan seorang putri, yang berasal dari istri-istrinya. Ya, sebagai seorang raja tentu bukan hal yang tak mungkin bagi Silva untuk mempunyai beberapa orang istri.
Putra pertama, Kurama Yoko Zaoldyeck. Usianya 21 tahun. Ia memiliki tubuh yang tinggi dan wajah tampan… rambut berwarna perak seperti sang ayah, bermata emas, kulit yang putih pucat, pendiam dan berwibawa. Di balik hobinya yang sangat menyenangi tanaman, ia ahli bertarung dan sifatnya cenderung kejam.
Anak kedua dari Silva Zaoldyeck adalah seorang gadis yang merupakan putri satu-satunya. Kurapika Kuruta Zaoldyeck yang baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke-17. Kurapika gadis yang cantik dan manis seperti ibunya yang telah lama berpulang. Rambut pirangnya yang panjang berkilau lembut, mata biru bagaikan samudera, kulit putih halus yang bercahaya. Namun sikapnya tidaklah seperti penampilannya. Kurapika memang mewarisi sifat pemberani ayahnya, tapi hal ini membuatnya menjadi tomboy dan sering berpakaian seperti seorang pria. Ia sangat dekat dengan Kurama.
Yang terakhir adalah Killua Zaoldyeck yang masih berusia 12 tahun. Bocah ini pun memiliki wajah yang tampan dan rambut berwarna perak seperti ayah dan kakaknya. Ia jahil dan teramat sangat menyukai coklat. Bahkan ia akan melakukan apa saja untuk mandapatkan coklat favoritnya.
Dengan segala kasih sayang dan ketegasannya, Silva mendidik ketiga anaknya dengan baik.
Anak-anakku akan memikul tanggung jawab atas orang banyak di masa depan, aku harus memberikan pendidikan yang terbaik bagi mereka, begitulah tekad Silva.
.
.
Silva duduk di singgasananya dengan lesu. Wajahnya murung, dahinya tampak mengernyit. Sepertinya ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya. Padahal saat itu tengah ada beberapa orang pejabat istana yang datang memberikan laporan.
Untunglah Kurama menyadari keadaan ayahnya.
"Sepertinya cukup untuk sekarang, kita lanjutkan lagi besok," akhirnya Kurama menutup pertemuan.
Benar saja perkiraan Kurama. Ayahnya hanya diam, termasuk saat para pejabat istana mohon diri pun ia tak terlalu menanggapi.
"Ayah, ada apa?" tanya Kurama.
Silva menghela napas.
"Aku baru tahu, bahwa kenakalan seorang gadis bisa lebih memusingkan daripada dua orang pemuda," jawab Silva kesal.
"Maksud Ayah, Kurapika?"
"Banyak yang mengeluhkan sikap dan caranya berpakaian. Aku yakin telah menunjuk guru terbaik untuk mengajarinya, aku pun memberikan contoh padanya. Aku tak tahu apa yang salah…"
Kurama tersenyum tipis. Ya, Kurapika memang bukan gadis biasa.
"Ayah, sudahlah…jangan terlalu dipikirkan. Mungkin ini karena dia putri satu-satunya dan sering bersama aku dan Killua," komentar Kurama.
Seandainya saja ibunya masih ada, Kurapika mungkin tak akan begini, ucap Silva dalam hati.
"Kau tahu di mana dia sekarang? Hari ini aku belum melihatnya."
"Tadi pagi dia bilang ingin pergi berburu."
"APA!"
Silva sangat terkejut mendengarnya. Seorang gadis secantik Kurapika pergi berburu? Entah apa pendapat para pejabat istana nanti jika mereka mengetahuinya. Silva pun tak berani membayangkan bagaimana penampilan Kurapika saat ini.
"Jadi Kak Kurapika sudah pergi?" tiba-tiba Killua masuk ke ruangan sambil mengucek matanya dengan wajah ngantuk. "Wah sayang sekali, padahal aku ingin ikut. Ternyata dia malah pergi meninggalkan aku!"
"Salah sendiri kenapa kau terlambat bangun," kata Kurama sambil mengacak-acak rambut adik bungsunya.
"Kalau begitu lain kali aku harus minta Kak Kurapika membangunkanku kalau mau pergi berburu!"
Killua langsung melesat keluar ruangan. Kurama tersenyum melihatnya, sementara Silva hanya diam.
Untunglah kedua putraku masih normal, batinnya. Tapi aku harus melakukan sesuatu untuk mengatasi Kurapika.
.
.
Sementara itu, di daerah dekat hutan, tampak Kurapika sedang memacu kuda putihnya dengan cepat. Dengan pakaian pria dan sebilah pedang di pinggangnya, ia tampak bersemangat. Mata birunya berbinar-binar. Rambut panjang Kurapika disembunyikan di balik topi yang ia kenakan.
Tak lama Kurapika mulai masuk ke dalam hutan yang cukup gelap…hanya sedikit cahaya matahari yang dapat masuk ke sana.
"KYAAAAA…..!"
Baru saja Kurapika akan memulai perburuannya saat tiba-tiba terdengar suara seorang wanita. Ia pun turun dari kudanya dan berjalan mengendap-endap menuju asal suara.
Tampak seorang wanita tengah terduduk di tanah, dikelilingi oleh sepuluh orang pria berpenampilan sangar dan bertubuh besar.
"Cepat serahkan hartamu!" perintah salah satu dari mereka. Ternyata mereka adalah kawanan perampok yang sudah cukup terkenal di daerah itu.
Wanita itu memegang erat-erat kantung kecil yang berisi sedikit uang.
"Jangan…aku harus membeli makanan untuk keponakanku. Aku tak mau dia kelaparan," jawabnya dengan suara yang gemetar. Hal itu membuat para perampok marah dan bersiap menyiksanya.
Tanpa berpikir lagi, Kurapika langsung keluar menunjukkan dirinya. Ia menendang tubuh pria itu hingga terjatuh lalu mengeluarkan pedangnya.
"Pergilah dan jangan ganggu wanita ini, atau kalian akan kuberi pelajaran!" bentak Kurapika.
Mendengar hal itu, kawanan perampok langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka meremehkan Kurapika. Kurapika menjadi semakin marah, ia pun mulai menyerang mereka dengan gesit. Semuanya tercengang, termasuk wanita yang diselamatkan Kurapika.
Beberapa orang dari kawanan perampok itu mulai tumbang, namun lama-lama Kurapika mulai kewalahan. Bagaimanapun, ia kalah jumlah. Dalam keadaan terdesak, tiba-tiba muncul sosok yang bergerak begitu cepat mengalahkan semua perampok. Kurapika berdiri terkejut, dan melihat sosok itu. Seorang pemuda berwajah tampan, dengan mata hitam yang tampak misterius…rambut hitam berkilau dan tanda salib di keningnya. Pemuda itu pun menatap Kurapika.
"Te-terimakasih," kata wanita yang hampir saja diserang para perampok.
Kurapika segera menghampirinya.
"Ayo berdirilah pelan-pelan," kata Kurapika lembut sambil membantu wanita itu berdiri. "Kau tidak apa-apa, Kakak? Lain kali berhati-hatilah…kalau bisa, hindari tempat sepi seperti di hutan ini jika kau pergi sendirian."
Wanita itu tampak kagum dengan sikap Kurapika yang ramah dan baik hati. Tiba-tiba muncul seorang bocah berambut hitam jabrik dan berbaju hijau berlari menghampirinya.
"Bibi Mito!" serunya. Matanya membelalak ngeri saat melihat kawanan perampok yang mati mengenaskan. Ia segera memeluk wanita bernama Mito itu. "Bibi, ada apa? Apa yang terjadi padamu?"
"Tidak apa-apa Gon, Bibi hampir diserang tapi kedua orang ini datang menolongku," jawab Mito berusaha menenangkan bocah itu.
Gon menoleh ke arah Kurapika dan si pemuda berambut hitam.
"Terimakasih sudah menolong Bibi Mito," katanya sambil membungkuk hormat.
"Ah…bukan masalah kok, jagalah ia baik-baik," jawab Kurapika sambil tersenyum manis. Si pemuda tampak terkejut dan terpesona melihat senyum gadis itu.
Lalu Gon segera mengajak bibinya pergi meninggalkan tempat itu.
Tinggallah Kurapika berdua dengan si pemuda. Kurapika menoleh saat menyadari bahwa pemuda itu tengah memperhatikannya.
Apakah benar dia seorang laki-laki?, pikir si pemuda. Penampilannya terlalu halus untuk seorang laki-laki. Dan ia pun terlalu cantik…dengan senyumannya yang begitu manis…
Kurapika baru saja akan berbalik pergi saat tiba-tiba si pemuda menarik tangannya.
"Lepaskan!" kata Kurapika sambil berusaha melepaskan diri. Namun si pemuda tidak mau melepasnya.
"Nona, bolehkah aku tahu siapa namamu?" tanya si pemuda.
Seketika Kurapika terkejut.
Ketahuan! Penyamaranku ketahuan!, batinnya panik.
Namun Kurapika tidak mau menyerah begitu saja. Ia langsung memasang wajah marah.
"Aku laki-laki!" bentaknya.
Tiba-tiba topinya terlepas…menampakkan rambut pirang Kurapika yang jatuh tergerai dengan kilaunya yang mempesona. Si pemuda terlihat takjub…ia tersenyum tipis. Ia mencium punggung tangan Kurapika. Mata gadis itu membelalak terkejut.
"Apakah seorang laki-laki…memiliki kulit sehalus dan seharum ini?" kata si pemuda tanpa melepaskan tangan Kurapika dari bibirnya.
Dengan wajah yang merona, Kurapika menarik tangannya dan menampar pipi si pemuda.
"Kurang ajar!" bentaknya sambil berbalik pergi.
Si pemuda menatap kepergian Kurapika sambil mengusap bekas tamparan gadis itu di pipinya.
Gadis yang menarik, ucapnya dalam hati.
.
& Skip Time &
.
Kurapika sudah kembali ke istana. Wajahnya tampak merengut karena masih terus teringat dengan kejadian di hutan itu.
Tiba-tiba Kurapika merasakan seseorang menepuk bahunya. Ternyata Kurama.
"Kurapika, kenapa wajahmu begitu?" tanyanya lembut.
Kurapika langsung tersenyum. "Tidak ada apa-apa Kak," jawabnya.
"Benarkah?"
Belum sempat Kurapika menjawab, Silva muncul ke tengah-tengah mereka. Kurama dan Kurapika segera membungkuk hormat padanya.
"Bersiap-siaplah kalian berdua, malam ini kita akan kedatangan seorang tamu," Silva berkata.
"Apakah dia seorang tamu kenegaraan?" tanya Kurama.
"Ya, dia putra tunggal sahabatku. Khusus untukmu Kurapika, pakailah gaun yang pantas. Jangan memakai pakaian laki-laki lagi. Aku mohon padamu. Aku tidak mau sampai disangka memiliki tiga orang putra."
Kurama langsung terkekeh geli, begitu pula halnya dengan Killua yang tiba-tiba muncul dari balik tubuh ayahnya. Kurapika menjadi geram, lalu ia menghampiri Silva dan mulai merajuk,
"Memangnya kenapa kalau Ayah disangka memiliki tiga orang putra? Bukankah itu bagus? Kerajaan Eldora memiliki tiga orang pangeran yang hebat! Ini akan mengangkat nama Ayah juga!"
Silva hanya menghela napas berat melihat tingkah putri satu-satunya itu.
"Kakak 'kan seorang putri, cukup aku dan Kak Kurama yang menjadi putra Ayah," Killua berkata dengan seringai jahil menghiasi wajahnya.
Kurapika langsung melotot padanya, namun Killua hanya tertawa. Melihat hal ini, Kurama tersenyum dan langsung menenangkan Kurapika,
"Sudahlah…apa salahnya, menuruti kemauan Ayah walau hanya untuk malam ini saja?" bujuknya.
.
& Skip Time &
Hari mulai gelap. Terdengar keributan di kamar Kurapika. Gadis itu tidak tahan didandani, ia tak bisa diam saat para pelayan membantunya bersiap-siap. Untunglah para pelayan itu diberi kekuasaan penuh oleh Silva.
"Lakukan apapun agar dia berhasil didandani," perintah Silva saat itu.
Satu jam kemudian, persiapan selesai. Para pelayan tersenyum puas melihat hasilnya, walau peluh mengalir di kening mereka. Kurapika nampak sangat cantik malam itu dengan gaun biru yang dikenakannya.
Setelah waktunya tiba, Kurapika berkumpul bersama ayah dan saudara-saudaranya di aula kerajaan. Diam-diam Silva mengagumi penampilan Kurapika. Ia sangat bahagia mempunyai dua orang pangeran yang tampan, dan seorang putri yang sangat cantik.
Tak lama tamu yang ditunggu-tunggu pun datang. Ia seorang putra mahkota dari Kerajaan Mione. Kurapika terkejut melihat wajah pemuda itu yang ternyata adalah pemuda yang ia temui di hutan tadi siang!
Mata si pemuda pun membelalak melihat Kurapika.
"Pangeran Kuroro Lucifer, selamat datang," sapa Silva senang. Ia menjabat tangan pemuda itu lalu memperkenalkan putra-putrinya.
"Ini Kurama, Putra Mahkota Kerajaan Eldora," Silva berkata. Kurama pun tersenyum pada pemuda bernama Kuroro itu.
Dengan mata yang berbinar-binar, Killua langsung bicara memperkenalkan dirinya sendiri,
"Aku Killua! Dan aku sangat suka coklat," ucapnya dengan bersemangat.
Kuroro tertawa kecil melihat tingkahnya.
"Ah…senang bertemu denganmu, Pangeran Killua," ia menyapa.
Tibalah giliran Kurapika. Ia meremas gaunnya dengan gugup, sementara Kuroro terus tersenyum padanya.
"Ini Kurapika…putriku satu-satunya," kata Silva.
"Kau cantik sekali…Putri Kurapika," ucap Kuroro sambil meraih tangan Kurapika dan mengecupnya. Ingin sekali Kurapika menarik tangannya dan mendorong tubuh pemuda itu agar menjauh, tapi urung dilakukan karena ada Silva di sana.
Selanjutnya, Silva mengajak Kuroro untuk makan malam bersama. Mereka asyik berbincang-bincang, sementara Kurapika lebih banyak diam. Ia benar-benar ingin acara malam ini cepat berakhir! Apalagi saat ia melihat seringkali Kuroro mencuri pandang ke arahnya.
"Ayahku menyampaikan salamnya untukmu Yang Mulia," kata Kuroro. "Beliau sangat ingin datang ke sini tapi sayang sekali kesehatannya sedang menurun."
"Oh? Benarkah? Sudah berapa lama?" tanya Silva kaget.
"Mungkin sudah lebih dari dua bulan."
"Hmm…kalau begitu ayahmu harus mencoba ramuan buatan Kurama. Besok pagi, segeralah pulang dan berikan ramuan itu padanya."
Mendengar hal itu, kekecewaan langsung nampak di wajah Kuroro, sementara senyuman mengembang di wajah Kurapika. Namun Silva melanjutkan kata-katanya,
"Kalau ayahmu sudah sembuh, cepatlah kembali kemari. Tinggal di sini dan temani putriku."
Mata biru Kurapika langsung membelalak kaget sementara Kuroro terlihat senang.
"Terimakasih Yang Mulia," Kuroro berkata sambil tersenyum penuh arti.
Kurapika berusaha bertahan hingga makan malam selesai. Saat Silva sudah meninggalkan ruangan, ia segera berdiri dan menatap Kuroro dengan tajam lalu berlari keluar menuju taman. Kurama segera mengikutinya.
"Ayah kenapa sih? Malah menyuruhnya tinggal di sini! Untuk menemaniku, lagi! Aku sama sekali tak butuh ditemani orang itu!" gerutunya kesal.
Kurama memeluk gadis itu dan membelai rambutnya.
"Jangan berpikir jelek begitu, Ayah hanya ingin kau menambah sahabat," Kurama berkata.
Kurapika menengadah menatap wajah kakaknya. "Benarkah?" tanyanya penuh harap.
"Ya, tentu saja."
Kurama memeluk Kurapika kembali. Kurapika hanya diam, walau ia tetap merasa sedikit aneh.
Keesokan harinya, Kuroro kembali ke kerajaannya sambil membawa ramuan obat dari Kurama. Seluruh pejabat istana melepas kepergiannya, termasuk seluruh anggota keluarga kerajaan. Sebelum berbalik pergi, ia tersenyum ke arah Kurapika yang sama sekali tidak bersedia membalas senyumannya.
.
& Skip Time &
.
Setelah seminggu berselang, Kuroro datang kembali ke Kerajaan Eldora. Kali ini ia membawakan banyak oleh-oleh. Banyak sekali coklat berkualitas tinggi untuk Killua, benih coklat dan tanaman langka untuk Kurama, serta jubah sutra untuk Silva. Tapi sayangnya ia justru lupa membawakan oleh-oleh untuk Kurapika, karena bingung harus membawa apa.
"Kau tidak perlu repot-repot begini," komentar Silva.
"Tidak Yang Mulia, semua ini tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kesehatan ayahku. Ramuan dari Pangeran Kurama benar-benar manjur," Kuroro berkata.
Sementara itu, Killua yang sangat senang mulai menyantap coklatnya.
"Terimakasih ya Kak, coklat ini lezat sekali!" katanya dengan mulut belepotan coklat.
"Killua, jangan seenaknya memanggil Pangeran Kuroro seperti itu," Kurama memperingatkan.
Kuroro tersenyum. 'Tidak apa, Pangeran...aku pun sudah menganggap Killua seperti adikku sendiri. Apalagi aku anak tunggal."
Wajah Kurapika tambah merengut mendengar hal itu.
"Kalau untuk Kak Kurapika? Kakak tidak membawa oleh-oleh untuk Kak Kurapika? Kok bisa sih!" protes Killua.
Kuroro menjadi salah tingkah, apalagi Silva dan Kurama langsung menatapnya. Sementara Kurapika terlihat tidak begitu peduli.
Kuroro segera menguasai dirinya.
"Bukan begitu. Yang Mulia 'kan memintaku untuk menemani kakakmu yang cantik, jadi aku adalah oleh-olehnya," Kuroro membela diri.
Semua langsung tertawa, kecuali Kurapika tentu saja. Gadis itu segera melangkah mendekati Kuroro. Perlahan ia menarik lengan baju pemuda itu, membuat Kuroro heran dan menundukkan kepalanya.
"Jangan bicara macam-macam, bilang saja terus terang kalau kau memang sama sekali tidak berniat membawakanku oleh-oleh," bisiknya geram sambil pura-pura tersenyum kepada ayah dan kedua saudaranya yang tengah melihat ke arahnya.
Kuroro tidak menjawab. Keadaan itu membuatnya sulit berkonsentrasi atas apa yang tengah dikatakan Kurapika. Jarak mereka begitu dekat, hingga Kuroro dapat merasakan nafas Kurapika yang hangat dan lembut. Jantung Kuroro tiba-tiba berdebar. Sementara Kurapika masih terus berbisik di telinga Kuroro tanpa menyadari bahwa sikapnya telah membuat pemuda itu semakin jatuh hati padanya.
Silva menatap kedekatan mereka dengan penuh arti. Sepertinya ia salah paham.
'Wah, mesra sekali! Sepertinya semua akan berjalan lancar!, ucapnya dalam hati.
"Seandainya Kak Kuroro adalah kakak iparku, pasti aku bisa makan coklat setiap hari!" tiba-tiba Killua berkata lagi.
Ucapan Killua membuat kesabaran Kurapika habis. Dengan dongkol ia keluar dan mengambil pedangnya. Kuroro tersenyum geli melihat reaksi gadis itu.
'Tunggu saja, aku pasti bisa menaklukkan hatimu,' ucapnya dalam hati.
Pemuda itu menoleh ke arah Silva. Seolah mengerti maksudnya, Silva mengangguk memberikan persetujuannya.
.
.
Dengan gesit Kurapika mengibaskan pedangnya. Ia tampak serius berlatih. Pakaian bergaya laki-laki ia kenakan, sementara rambutnya tetap dibiarkan tergerai. Sesaat Kuroro teringat saat bertemu pertama kali dengan Kurapika.
"Wah hebat ya," puji Kuroro membuat gadis itu menyadari kehadirannya.
Kurapika berhenti berlatih dan melirik Kuroro.
'Ini dia sumber kekesalanku,' gerutunya.
Kurapika mengambil sebuah pedang lain lalu melemparkannya ke arah Kuroro. Dengan gesit Kuroro menangkap pedang itu.
"Ayah bilang 'kan kau harus menemaniku, jadi sekarang temani aku berlatih," ucap Kurapika dingin.
"Tentu saja Tuan Putri," jawab Kuroro.
"Tapi jangan sekali-sekali kau pura-pura mengalah! Aku ingin kau melawanku dengan sungguh-sungguh! Dan jangan sekali-sekali memanggilku Tuan Putri!"
"Baiklah...kalau itu yang kau inginkan."
Mereka pun mulai berlatih. Setelah beberapa saat, Kuroro mengakui kehebatan Kurapika.
'Untuk ukuran seorang gadis...dia hebat juga,' pujinya dalam hati.
Namun tiba-tiba Kuroro benar-benar terbawa suasana. Pedangnya mengenai perut Kurapika. Kuroro segera melepaskan pedang yang dipegangnya dan menangkap tubuh gadis itu yang hampir terjatuh.
Wajah Kurapika terlihat terkejut...namun kali ini pipinya pun merona. Selain Kurama, belum pernah ada orang lain yang dapat mengalahkannya.
Kuroro memeriksa perut Kurapika dengan kecemasan terlihat di wajahnya. Untunglah pakaian gadis itu cukup tebal, sehingga serangan Kuroro tidak sampai melukainya.
"Aku tidak apa-apa!" kata Kurapika sambil melepaskan diri dari pelukan pemuda itu. "Aku mengakui kehebatanmu. Tapi lain kali, aku pasti dapat mengalahkanmu! Ingat itu!"
Kuroro tertawa mendengarnya. "Baik, Putri Kurapika."
"Sudah kubilang jangan panggil aku Putri!"
"Ahaha, maaf aku lupa! Lagipula kau benar juga, kalau memanggil nama saja memang lebih akrab rasanya. Kalau begitu kau juga boleh memanggilku Kuroro. Terimakasih ya."
Kurapika mendengus kesal melihat senyum nakal di wajah pemuda itu lalu berbalik pergi.
'Benar-benar gadis yang keras dan tangguh, perlu perjuangan ekstra untuk mendapatkannya,' batin Kuroro.
.
& Skip Time &
.
Hari-hari pun berlalu. Usaha Kuroro untuk mendapatkan hati Kurapika mulai membuahkan hasil. Setidaknya, kini gadis itu sudah tidak lagi menunjukkan sikap bermusuhan kepada Kuroro.
Di suatu siang, Kurapika dan Kuroro tengah berjalan-jalan di hutan. Seperti biasa, di acara seperti ini Kurapika mengenakan pakaian laki-laki. Mereka berjalan sambil bercakap-cakap, sampai akhirnya menemukan seekor anjing berbulu keperakan yang terkena perangkap. Kakinya berdarah. Berdua mereka melepaskan kaki anjing itu dari perangkap.
"Sayang sekali tidak ada Kakak, kita tidak bisa langsung mengobatinya," ucap Kurapika sedih.
Kuroro tertegun...ia takjub melihat kebaikan hati gadis itu walau pada binatang sekalipun.
Kurapika menyobek lengan bajunya, menampakkan kulit lengannya yang putih mulus. Kuroro terkejut…muncul rona tipis kemerahan di wajah pemuda itu. Tak bisa dipungkiri, ia terpukau melihatnya.
Kurapika merasa aneh dengan reaksi Kuroro, tapi ia mengabaikan hal itu dan menggunakan sobekan kain untuk membalut luka si anjing.
'Tidak kusangka, walaupun tomboy begini tapi ternyata kau begitu lembut," tiba-tiba Kuroro berbisik di telinga Kurapika.
Kurapika menjadi gugup. Ucapan Kuroro dan dalam jarak sedekat itu membuatnya tidak bisa konsentrasi membalut luka si anjing. Benar saja, setelah selesai, ternyata hasilnya sangat tidak rapi. Seolah mengerti apa yang terjadi, si anjing menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya dan menggerak-gerakkan kakinya sambil melenguh pelan.
Kurapika pun bingung, sementara Kuroro tertawa.
"Kurapika, lihat cara membalutmu sungguh berantakan...sampai-sampai anjing ini sepertinya ingin segera melepaskan balutannya," komentar Kuroro.
Kurapika hanya cemberut. Kuroro mulai membuka kain itu kembali. Ternyata tindakannya membuat Kurapika terkejut. Refleks, ia menyentuh tangan Kuroro untuk menahannya.
"Apa yang akan kaulakukan?" tanya Kurapika.
Kuroro menatap tangan Kurapika yang menahan tangannya. "Aku akan memperbaiki balutannya," jawab Kuroro. "Jadi...bukannya aku tidak suka disentuh olehmu, tapi bisakah kau melepaskan tanganku sebentar? Kau dapat menyentuh tanganku lagi setelah aku selesai."
Kurapika tersentak dan segera menarik tangannya. Jantungnya berdegup kencang. Dengan wajah yang memerah, ia berbalik hingga tak melihat Kuroro yang berusaha menahan tawa melihat reaksinya.
Lamunan Kurapika buyar saat tiba-tiba anjing itu menyalak. Kurapika membalikkan badannya. Wajahnya berseri-seri melihat si anjing tengah menjilati tangan Kuroro, lalu menatap Kurapika seolah ia berterimakasih kepada mereka berdua.
"Terimakasih ya Kuroro," kata Kurapika senang sambil memberikan senyum manisnya pada pemuda itu. Senyuman pertama…yang benar-benar ditujukan hanya untuknya.
.
& Skip Time &
.
Kini, Mike, nama yang diberikan Kurapika pada anjing itu, sudah pulih kembali. Kurapika dan Kuroro merawatnya di istana dan memutuskan untuk memeliharanya.
Kurapika mengajak Mike bermain di suatu petang yang indah, sementara Kuroro memperhatikannya. Pemuda itu mendekat. Entah mengapa, Mike langsung menghampiri dan menghadang langkah Kuroro hingga pemuda itu tersandung dan menabrak Kurapika. Keduanya terjatuh ke atas rumput hijau yang halus...Kurapika terbaring dan Kuroro berada tepat di atasnya.
Keduanya terdiam dan saling menatap. Setelah saling mengenal beberapa lama, mungkin inilah jarak terdekat yang terjadi di antara keduanya.
"Maaf...kau tidak apa-apa, Kurapika?" tanya Kuroro pelan sambil menahan berat tubuhnya dengan kedua siku.
Wajah Kurapika merona. Tanpa menjawab, perlahan ia mendorong dada Kuroro lalu bangkit menghampiri Mike yang mengibaskan ekornya dengan girang.
"Mike! Kau nakal sekali!" omel Kurapika.
.
& Skip Time &
.
Sudah dua bulan berlalu sejak Kuroro pertama kali datang ke Kerajaan Eldora. Kini sudah tiba waktunya bagi pemuda itu untuk pulang. Ia tak bisa meninggalkan tugasnya terlalu lama sebagai Putra Mahkota Kerajaan Mione. Tapi sebelum kembali, Kuroro memutuskan untuk menyatakan perasaanya kepada Kurapika.
Kuroro melangkah menuju kamar gadis itu.
"Putri Kurapika sedang duduk di balkon bersama Mike," kata seorang pelayan.
Kuroro pun menghampiri di mana Kurapika berada. Ia menyodorkan setangkai mawar merah kepada gadis itu. Cara yang klasik memang, tapi Kuroro ingin tahu bagaimana reaksi Kurapika.
"Indah ya," komentar Kurapika senang. "Pantas Kak Kurama begitu menyukai bunga ini."
Yah, walaupun komentar Kurapika tak jauh dari nama kakak yang paling disayanginya, namun Kuroro merasa cukup puas.
Kuroro meraih tangan Kurapika dan menggenggamnya erat...sambil menatap wajah cantik gadis itu.
"Kurapika, mungkin kau sudah menyadari...sejak pertama kali bertemu, aku sudah tertarik padamu. Hingga akhirnya kau membuatku jatuh cinta. Aku mencintaimu, Kurapika."
Kurapika terkejut mendengarnya. Ia tersipu. Sebenarnya Kurapika pun memiliki perasaan yang sama terhadap Kuroro, tapi ia merasa sungkan untuk mengatakan cinta.
"A-aku juga sebenarnya tidak membencimu," akhirnya Kurapika berkata dengan kepala tertunduk.
Kuroro merasa lega dan bahagia. Kalimat itu terdengar netral, namun Kuroro tahu arti sebenarnya di balik itu.
"Jadi...," Kuroro menggantungkan ucapannya. Ia mengangkat dagu Kurapika dengan jari telunjuk dan mendekatkan wajahnya.
"A-apa?" tanya Kurapika gugup.
"Ya...kau tahu sendiri 'kan maksudku apa?"
Kuroro semakin mendekatkan wajahnya. Sayang sekali, saat bibir Kuroro hampir menyentuh bibir Kurapika, gadis itu segera tersadar. Ia langsung mendorong tubuh pemuda yang berada di hadapannya.
"APA YANG KAULAKUKAN!" bentak Kurapika.
"Tentu saja aku mau menciummu," Kuroro menjawab sambil memegang tangan Kurapika lagi.
Kurapika menarik tangannya. "Apa menyatakan cinta harus diikuti dengan ciuman?" protesnya.
Kuroro tercengang sesaat, tapi kemudian ia tertawa.
"Kamu ini…benar-benar berbeda," katanya, lalu ia mencubit hidung Kurapika dengan gemas.
Kurapika segera menepiskan tangan itu.
"Awas ya! Kau jangan macam-macam padaku!" gadis itu mengancam.
Kuroro tersenyum. "Baiklah, Tuan Putri…apapun yang kau inginkan."
Kali ini, panggilan itu tidak membuat Kurapika kesal dan marah…tapi membuat pipinya semakin merona.
Tak jauh dari sana, di celah pintu kamar Kurapika, tampak Silva dan Killua sedang mengintip pasangan kekasih itu. Silva sangat terharu melihat peristiwa di hadapannya.
Akhirnya, ada juga pemuda yang mau dengan putriku yang tomboy, Silva bersyukur dalam hati.
Killua pun terlihat senang. "Asyik, Kak Kuroro akan menjadi kakak iparku! Setumpuk coklat lezat sudah di depan mata!"
Saking senangnya, mereka tak menyadari bahwa Kurapika dan Kuroro sudah menyadari kehadiran mereka.
"Ayah, Killua, apa yang kalian lakukan di situ?" tanya Kurapika yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Silva dan Killua sambil menatap mereka dengan tajam.
Kedua orang itu nampak salah tingkah, namun kemudian Silva kembali mengaktifkan king mode-nya…menjadi seorang raja yang penuh dengan wibawa. Sementara Killua tersenyum lebar dengan mata yang berbinar-binar. Melihat hal itu, Kuroro tersenyum geli.
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk putriku," kata Silva.
"Sudah berapa lama kalian di situ?" tanya Kurapika.
"Sudah cukup lama."
Kurapika terdiam.
"Yahh…cukup lama hingga bisa melihat saat Kak Kuroro hampir saja menciummu," kali ini Killua yang menjawab.
"APA!"
Kurapika langsung mencubit kedua pipi Killua karena kesal, tapi ia langsung menghentikan aksinya saat melihat Kuroro dengan tenang melangkah menghampiri Silva.
"Yang Mulia, aku mencintai Kurapika. Apakah kau mengijinkanku untuk menjalin hubungan dengannya?" tanya Kuroro serius.
Silva mengangguk dan menepuk pundak pemuda itu dengan akrab. "Tentu saja," jawabnya. "Kalau aku tak setuju, sudah sejak lama aku mengusirmu dari sini!"
Silva tertawa lepas, lalu ia melirik Kurapika yang menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena malu.
"Walaupun tomboy, tapi Kurapika begitu polos dan tetap membutuhkan perlindungan…jagalah dia baik-baik," kata Silva lagi.
"Tentu saja Yang Mulia, aku akan menjaga Kurapika walau harus mengorbankan nyawa."
.
& Skip Time &
.
Kerajaan Mione…
Kuroro kembali dengan wajah puas. Raja Negeri Mione, Stanislaus Lucifer, menyambut kedatangan putranya. Saat itu, kebetulan ia tengah bercakap-cakap dengan seorang jendral yang berasal dari wilayah utara, Light Nostrad dan Neon putrinya.
"Sepertinya kau tampak senang sekali, Kuroro," komentar Stanislaus.
Kuroro tersenyum. "Ya Ayah, aku sudah mendapatkan belahan jiwaku di Kerajaan Eldora."
"Apa? Jangan-jangan…putrinya Raja Silva?"
"Benar Ayah, aku sangat mencintai Kurapika. Suatu hari nanti, aku akan menikahinya."
Suara tangis Neon langsung meledak mendengar penjelasan Kuroro. Kuroro nampak heran melihat reaksi gadis manja itu. Ia menangis tersedu-sedu di pelukan Nostrad.
Stanislaus mendekati Kuroro dan berbisik ,"Putrinya sangat menyukaimu. Ia baru saja mengutarakan maksudnya untuk menikahkan kalian berdua."
Kuroro terkejut…ia menoleh ke arah Neon yang masih terus menangis.
"Maafkan aku Nona, aku tidak mencintaimu, dan tidak akan pernah mungkin mencintaimu. Hatiku hanya milik Putri Kurapika dari Kerajaan Eldora. Semoga kau menemukan seseorang yang lebih pantas untukmu."
Setelah berkata seperti itu, Kuroro meninggalkan Neon begitu saja. Sebenarnya Neon berharap, sekali saja Kuroro mau berbalik melihatnya. Tapi sia-sia saja. Hanya aura dingin dan punggung Kuroro yang dapat dilihat Neon. Tidak sedikit pun pemuda itu menoleh, apalagi berbalik.
Melihat sikap putranya, Stanislaus pun tidak mau memaksa.
"Maafkan aku Jendral," kata Stanislaus sambil melangkah pergi keluar ruangan. Bagaimanapun juga, tentu saja ia lebih memilih Kurapika sebagai calon istri Kuroro, karena gadis itu adalah putri dari sahabatnya, Silva, dan sederajat dengan Kuroro.
Seketika hati Neon terasa hancur, perih dan sakit luar biasa dirasakannya. Perlahan Neon mengangkat wajahnya dan menatap Nostrad. Matanya nampak berapi-api.
"Gadis bernama Kurapika itu…harus menerima akibatnya Ayah," katanya dengan suara gemetar. "Pangeran Kuroro harus menjadi milikku."
TBC
A/N :
Review please…..!^^
Regards,
whitypearl & scarlet85
