The Secret Of Love
By : Naravhychan
Naruto © Masashi Kishimoto
Fanfic pertama ini saya persembahkan untuk semua para pecinta Naruto teristimewa SasuSaku Fiksi ini masih jauh dari kata sempurna.
Sakura Haruno, gadis sebatang kara yang mampu membuat Sang Putra Kerajaan, Sasuke Uchiha jatuh cinta. Ya, Ia jatuh cinta dalam kesederhanaan gadis ini. Ketika keduanya bertemu, latar belakang mereka seakan-akan terbuang digantikan hangatnya cinta diantara mereka. Akankah Putra Kerajaan yang sangat rupawan ini bisa bersama dengan putri yang hanya hidup di rimbanya hutan belantara?
HAPPY READING
.
.
.
.
.
Keadaan desa kecil Milford saat menghadapi musim dingin membuat para warganya enggan untuk keluar dari rumah mereka. Badai-badai salju yang berusaha menerobos jendela rumah seakan menjadi pertanda ada bahaya yang tengah mengintai dari luar. Lampu-lampu remang dan lampu kerlap- kerlip khas natal menghiasi pohon cemara di setiap pinggir jalan desa Milford. Satu kilometer sebelah utara berdiri megah sebuah Kerajaan nan megah. Kerajaan itu dibatasi oleh sebuah tembok raksasa. Meskipun musim salju menghampiri, masih terlihat para pelayan dan warga kerajaan masih berkeliaran di sekitar istana guna mempersiapkan pesta yang nanti malam akan dirayakan. Sesosok pria dengan mata obsidian miliknya melihat keluar jendela istana. Semua warga kerajaan kelihatannya tampak sibuk. Sang putra raja bernama lengkap Sasuke Uchiha terlihat mendesah.
"Sasuke-kun" Seorang wanita paruh baya menghampiri putra itu sangat cantik dan anggun. Gaun berwarna biru gelap bertabur berlian dengan sepatu berwarna senada membuat penampilannya terlihat sangat elegan. Ditambah sepasang anting dan kalung mutiara bertengger dengan indah.
"Maaf Ibu. Aku seharusnya bersiap-bersiap." Jawab pria itu sambil membungkuk serta berlalu melewati ibunya.
"Maaf Mikoto-sama.. apa anda melihat Sasuke-sama?" Tanya seorang pelayan sambil membawa pakaian yang akan di kenakan Sasuke di pestanya nanti malam.
…
Sesosok pria berkulit tan dengan rambut oranye miliknya tengah duduk di samping pria bermata tajam itu.
"Apa kau yakin akan memutuskannya malam ini?" Tanya pria itu sembari menghirup cappuccino-nya. Matanya seperti enggan berpaling dari jendela yang menyuguhkan pemandangan khas musim salju itu.
"Apa kau gila? Aku masih berumur 18 tahun. Aku masih semuda itu untuk menikah Naruto-" ujar Sasuke protes. Naruto meletakkan cangkir bermotif hewan itu dengan keras.
"Sadar Sasuke! Kau adalah pewaris kerajaan ini. Bisakah kau berhenti memikirkan egomu? Kau adalah anak Raja Fugaku Uchiha dan Ratu Mikoto Uchiha. Dan mereka sangat mengharapkan kau yang akan berkuasa setelah mereka Sasuke. Itachi sudah tinggal dan berkuasa di kerajaan istrinya. Jadi mereka tidak salah untuk menjodohkanmu dengan putri kerajaan lain secepat ini. Kerajaan ini butuh pemimpin muda yang tegas sepertimu Sasuke!" Ucap pria berambut kuning itu. Sorot matanya menunjukkan keseriusan yang amat mendalam.
Sasuke terbelalak mendengar perkataan Naruto. Naruto memang benar ia harus menanggung beban ini. Jangan salahkan orang tuanya yang sejak dahulu kala telah berdarah kerajaan, tapi hatinya dengan keras menolak perjodohan ini. Ia memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Lagipula ia masih sangat belia untuk memulai suatu kehidupan yang baru. Menjabat di istana, memerintah dan membuat peraturan, mengurusi anak dan istr- ah lupakan! Bayangan-bayangan itu membuat Sasuke semakin geram. Sebagai penasihat pribadinya Naruto tahu betul mengenai situasi kerajaan yang ada. Tak heran Sasuke menunjukknya sebagai tangan kanannya yang notabene adalah teman masa kecilnya.
"Hn." Jawab Sasuke singkat. Ia segera berlalu meninggalkan Naruto.
Pakaian kerajaan berwarna biru bercampur warna keemasan yang dikenakan Sasuke begitu pas ditubuh atletisnya. Wajahnya yang tirus, hidungnya yang mancung dan kulitnya yang putih bersih seakan menyihir semua undangan yang hadir pada malam itu. Pesta yang diadakan untuk menentukan siapakah yang layak menjadi pendamping sang pangeran.
Dan tibalah acara utama yang ditunggu-tunggu para hadirin. Acara dimana semua calon pendamping Sasuke berbaris dengan elegan serta memperkenalkan diri dan latar belakang mereka masing-masing. Tentulah tak ada yang ingin mempermalukan kerajaan mereka, segala kelebihan, kekuasaan dan kekayaan turut ikut campur dalam setiap pembicaraan mereka. Para hadirin telah dahulu menyantap hidangan mewah yang ada.
"Nona-nona dan tuan-tuan. Kita persilahkan Putri Hinata Hyuuga untuk memperkenalkan dirinya.." sorak pemandu acara dengan meriah. Tepuk tangan tak terelakkan lagi. Tak menunggu lama sang putri maju 2 langkah dari para putri lainnya. Para hadirin terdiam menyaksikan pemandangan di atas panggung kerajaan. Putri dari Kerajaan Hyuuga yang sangat anggun. Rambutnya berwarna hitam keunguan begitu cocok dengan gaun Lace Agate dan miliknya siap untuk mengatakan sepatah-kata guna membuat pangeran terpesona…
Sasuke memperhatikan para putri dari berbagai kerajaan itu dengan seksama. Semuanya terlihat palsu. Senyumnya, gerak-geriknya bahkan tatapannya membuat Sasuke muak duluan. Perasaan tidak enak menjalar di hati Sasuke.
"Ibu, apakah hal ini bisa ditunda?" ucap Sasuke yang kesekian kalinya. Wajahnya sedikit memelas berharap ada secercah harapan untuk dirinya.
"Ah, Sasuke tolong jangan buat Ibu sedih. Tidakkah kau lihat begitu banyak perempuan cantik diseberang sana? Mereka semua sangat cocok denganmu Sasuke. Mereka kalangan berada dan paling utama mereka adalah putri-putri terbaik Sasuke!" jawab Ibunya dengan mata berbinar. Pandangan Sasuke kembali menatap sang putri namun entah mengapa Sasuke berbalik meninggalkan ballroom megah itu.
"cih, aku muak melihat senyum palsu mereka!" ungkapnya dalam hati.
TOK TOK TOK
Raja Fugaku Uchiha nampaknya tidak senang dengan perlakuan Sasuke yang seenaknya meninggalkan ballroom. Semua orang mencari keberadaan dirinya di tengah kerumunan pesta. Para pengawal dan penjaga istana turut serta mencari keberadaan Sasuke.
"Rupanya kau disini! Kau telah mempermalukan kerajaaan kita Sasuke! Tidakkah kau berpikir berapa biaya yang harus kerajaan keluarkan demi pestamu ini? Lihatlah berapa putri-putri dari sahabat ayah yang kecewa! " ujar Raja Fugaku emosi.
"Ayah! Aku benar-benar tidak menginginkan pesta ini! Kenapa ayah menyalahkanku? Ayah bisakah aku hidup normal seperti pemuda pada umumnya?" bela Sasuke.
"Kau akan dihukum Sasuke! Kau akan dikurung disini!" ucap Raja Fugaku sambil berlalu. Para pengawal yang mengikuti raja Fugaku menutup dan mengunci pintu kamar Sasuke. Sasuke hanya mengelah nafas. Ia tahu persis sifat ayahnya itu. Sasuke memilih berganti pakaian biasa. Bukan pakaian kerajaan yang layaknya dipakai pangeran pada umumnya. Ia menatap keluar jendela istana. Salju putih yang turun dari langit mengingatkannya pada dirinya yang begitu dingin. Bulan Desember yang tahun lalu dirayakannya dengan ceria sekarang berubah total. Ia harus terkurung di dalam kamarnya sendiri hanya karena ia meninggalkan pesta.
Ceklek…
"Ssstt..Sasuke.." .
Sasuke menoleh dengan cepat. Senyum tipis terpancar dari wajah Sasuke. Pria bermata biru cerah itu menghampiri sahabatnya.
"Sasuke, aku mengerti perasaanmu sekarang. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan raja dan ratu. Mereka bilang lusa kau akan dipindahkan ke kerajaan Hyuga dan kau akan menikahi putri Hinata Hyuga."
Sasuke tidak percaya yang Naruto barusan katakan.
"Dan aku tidak bisa bersamamu lagi Sasuke." Sambungnya dengan sedih.
"Kenapa mereka tidak membawamu Naruto? Kau kan orang paling bisa kuandalkan."
"Entahlah mereka punya maksud tersendiri."
Sasuke terdiam ia tidak bersemangat melanjutkan pembicaraan lagi. Hening diantara mereka berdua.
"Sasuke, pergilah.. Pergilah dari kerajaan ini. Mungkin inilah satu-satunya cara agar dirimu bisa terbebas dari penjodohan ini. Suatu saat nanti kembalilah. Tapi kau harus janji padaku saat kau kembali kau akan bersama dengan jodoh pilihanmu dan membangun kerajaanmu sendiri."
Sasuke memandang Naruto dengan tatapan tidak bisa dipercaya.
"Ka..Kau-"
"Pergilah Sasuke, aku sudah menyiapkan kuda putih dibawah. Barang-barang yang kau butuhkan sudah aku kemas. Sekarang pergilah turunlah ke bawah dengan tali ini."
Tanpa banyak bertanya Sasuke membuka lemarinya dan mengambil mantel dan jubah segera ia menuruni istana itu dengan seutas tali tambang. Keinginan Sasuke dari dulu untuk kabur dari istana akhirnya terkabul hari ini.
"Naruto terima kasih." Ucap Sasuke.
"Saat hari raya datanglah ke pasar dekat desa. Aku akan menemuimu. Dan jangan lupa dengan penyamaranmu. Aku tetap berada di istana."
Sasuke mengangguk. Sesampainya di bawah Sasuke segera menunggangi kuda putih itu.
Malam yang dingin dilalui sang pangeran es. Keringat mengucur dari pelipisnya. Ia tak punya pilihan lain. Ia harus segera meninggalkan istana. Kehidupan keras yang dipilihnya kini menanti.
beberapa desa telah Sasuke lalui. Kini ia tetap melanjutkan perjalanannya. Hawa dingin kini mulai mengusik tubuhnya. Sepertinya ia harus segera mencari tempat untuk beristirahat. Namun Sasuke tetap bersikeras melanjutkan perjalanannya. Sudah hampir 4 jam Sasuke berjalan. puluhan kilometer telah ia lalui seorang diri. Namun ia sepertinya tersesat di sebuah hutan basah. Kuda putih milik istana kini sudah lelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Perlahan tungkainya berjalan dengan pelan.
"Maaf, aku sudah memaksamu berjalan sejauh ini. Kita akan mencari tempat beristirahat" Tangan Sasuke terulur untuk membelai kuda putih itu. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dengan langkah ringan.
"Sepertinya tidak ada tanda-tanda perkampungan dan desa disekitar sini." Umpat Sasuke dalam hati. Akhirnya Sasuke menyerah dan memilih berteduh di bawah pohon pinus. Ia mengambil sebotol air dan meneguknya hingga volume air itu menjadi setengah dan memberikannya pada kuda putih itu. Sasuke mulai terlelap dibawah guyuran salju-salju kecil yang dingin. Namun beberapa menit kemudian hidungnya mencium sebuah bau yang sedap dan hangat. Seperti bau masakan yang lezat. Tak terelakkan lagi perutnya berdendang minta di isi. "Kau menciumnya? Atau hanya halusinasiku saja?" kata Sasuke pada kuda putihnya. "Ayo kita cari sumber bau itu." Lanjutnya dan segera menunggangi kuda putihnya. Tak berapa lama bau masakan itu semakin kuat dan tibalah Sasuke disebuah gubuk sederhana. Asap dari gubuk itu menyembul keluar.
"Rupanya dari arah sini." Ungkapnya. Ia lalu membayangkan siapa pemilik gubuk ini. Menurut dongeng yang ibundanya ceritakan saat ia masih kecil pondok-pondok di hutan pastilah milik seorang nenek- nenek jahat yang akan memakan siapa saja yang ditemuinya. Sasuke meneguk ludahnya. Ia kini telah sampai di depan gubuk tua itu. Kalau bukan karena faktor kelaparan dan kedinginan ia tidak mungkin berada di depan rumah kecil ini. Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu.
Tok Tok Tok..
Hening..
Sasuke berusaha mengetuk pintu tap-
Kriieeeettt…
Sesosok gadis berambut pink susu tengah membuka pintu rumahnya. Dilihatnya pemuda tampan yang berdiri di hadapannya.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu tuan?" tanyanya sopan. Ia sedikit takut mengetahui ada orang yang bertamu ke rumahnya tengah malam begini. Melihat dari pakaian pemuda itu pastilah ia datang dari jauh. Butiran-butiran salju bahkan ada yang hinggap di jubahnya.
"Apakah kami bisa berteduh sejenak disini nona? Kami tersesat dan hanya rumah ini yang kami temui." Ucap Sasuke sambil menggosok-gosok tangannya. Gadis manis itu diam dan berpikir sejenak. Menerima tamu pria menurutnya adalah hal yang perlu dipertimbangkan masak-masak. Namun melihat keadaan pemuda ini membuat hatinya tergerak untuk membantunya.
"Tenanglah nona, kami orang baik-baik. Kami hanya ingin berteduh, kalau nona ragu kami akan pergi. Maaf menggangu anda" Ucap Sasuke tanpa berbasa-basi namun gadis itu mencegahnya.
"Tidak. Masuklah. Tuan bisa mati kedinginan diluar sini" ujar gadis bernama Sakura itu. Ia mempersilahkan Sasuke untuk memasuki rumah kecilnya. Kuda putih yang bersama Sasuke kini aman di kandang belakang rumah Sakura. Meninggalkan Sasuke dan Sakura berdua.
Sakura membantu menggantung jubah dan mantel Sasuke di dekat perapian. Berharap pakaian itu dapat mengering dengan sempurna. Sasuke kini memakai pakaian tidurnya. Kaos abu-abu berlengan panjang dan celana tidur. Sakura hanya terdiam sambil menyendok sup ayam kalkun ke dalam mangkuk dan memberikannya pada Sasuke yang tengah duduk sambil memasang kaus kaki.
"Maaf Tuan. Hanya ini yang bisa saya siapkan dan maaf kalau rumah ini kecil dan sederhana." Ucap gadis itu menunduk. Wangi kuah sup itu betul-betul menggoncang perut Sasuke untuk melahapnya. Selagi asap dari sup itu mengepul Sasuke segera menikmatinya. Aroma kayu pinus dari pohon cemara Sakura membuat suasana menjadi lebih rileks dan teduh.
"Tidak apa-apa ini lezat sekali. " ujar Sasuke sambil fokus pada makanannya. Mata Sakura berbinar. Ia segera menuangkan sup itu lagi ke dalam mangkuk Sasuke. Ia kemudian ingat masih ada sisa kue manis di lemari makanannya.
"Silahkan tuan.." Sakura meletakkan sepiring kecil kue manis dihadapan Sasuke, tak lupa ia menyiapkan susu hangat menemani kue manis itu.
"Hn." Tanpa ba-bi-bu lagi Sasuke menerjang makanan itu dengan lahap. Betul-betul nikmat. Kue semanis madu itu mampu menggoyang lidah Sasuke. Sasuke kini tengah menepuk-nepuk perutnya.
"Terima kasih makanannya. Ini enak sekali." Ucap Sasuke yang tengah asyik mencomot kue itu. Ia melayangkan pandangannya pada rumah ini. Rumahnya kecil namun terkesan hangat dan nyaman. Perabotnya juga tidak terlalu banyak hanya ada 2 kursi dan satu meja yang semuanya terbuat dari rotan. Lantainyapun hanya terbuat dari papan-papan yang dilapisi karpet tipis. Dua lemari kecil melengkapi sudut ruangan. Satu pelita dan perapian cukup menerangi dan menghangatkan penghuni rumah ini.
"Oh kita belum berkenalan." Ucap Sasuke. "Aku Sasuke." Ujarnya.
"Saya Haruno Sakura, Tuan." Balas Sakura.
"Bisakah kau tidak memanggilku Tuan? Aku masih berumur 18 tahun. Apakah aku setua itu?"
"Err..maaf Tu- ah Sasuke."
Sasuke tersenyum tipis.
"Kau tinggal sendiri?" Tanya Sasuke lagi.
"Iya, beberapa tahun lalu orang tuaku meninggal karena sakit." Sakura menunduk. Matanya berkaca-kaca.
"Ah maaf aku seharusnya tidak menyinggungnya." Ujar Sasuke namun membuat Sakura menggeleng.
"Tidak apa-apa. Sepertinya kita harus beristirahat. Cuaca semakin dingin." Sakura segera bergegas membuka lemarinya dan mengeluarkan kasur lipat dan selimut tebal.
"Kau bisa menggunakan ini." Ujar Sakura sambil membentangkan kasur itu.
"Terima kasih." Jawab Sasuke. Sakura tersenyum dan meninggalkan Sasuke. Ia memilih tidur di dekat perapian. Sasuke memandangi gadis itu. Wajahnya sangat manis, matanya bulat berwarna hijau memberikan kesan damai, dan rambut pink uniknya. Tak bisa Sasuke pungkiri dia gadis yang menarik yang pernah ditemuinya. Meskipun tanpa riasan dan gaun yang mahal ala kerajaan.
Keadaan diluar nampaknya cukup parah. Salju turun dengan liar bahkan badai menjadi senjata yang menakutkan. Hawa dingin sedikit menusuk kulit dan tulang Sasuke. Berbekal selimut hangat pemberian Sakura, rasa dingin tadi bisa diminimalisir. Wangi cerry yang menyejukkan menguar dari selimut dan karpet membuat Sasuke merasa nyaman. Merekapun akhirnya bisa terlelap dengan damai...
salah satu keajaiban di dunia ini ialah cinta
kau tak pernah tahu dengan siapa kau akan menghabiskan seluruh sisa hidupmu
namun, ketika kau memercayakan cinta untuk itu
ia takkan pernah menghianatimu..
TO BE CONTINUED
Terima Kasih telah membaca sampai akhir.
Mind to Review? ^^
