Me, You and the Child
Rated: T
Pairing: Uchiha Sasuke X Namikaze Naruto,
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto,
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Family maybe…
Warning: Shounen Ai, BL, Yaoi, Slash, Non-Canon, AU, OOC sangat, Badfic, Many Typo (s) maybe, Two-shot, dll….
Summary:
Perlakuan yang selama ini diterima dari orang yang kita cintai tapi tak sesuai dengan bayangan kita, lalu apakah kita masih bisa untuk mencintai orang tersebut?
pppppppppppppppppppppppppppp pppppppppppppppppppppppppppp ppppppppppppppppppp
"Haa….." suara helaan nafasku terdengar diruangan ini. Saat ini aku tengah menunggu kedatangan seseorang, seorang yang sangat sangat berarti dihidupku, orang yang kucintai. Oh ya, aku adalah putra bungsu dari keluarga Namikaze. Namaku Namikaze Naruto, orang-orang biasa memanggilku Naruto, Naru, Naru chan, dan khusus oleh seseorang aku dipanggil Dobe. Sebal juga sih, jika dikatai Dobe terus menerus oleh orang yang dicintai, ya, kekasihkulah yang sering kali mengataiku Dobe, tapi kurasa itu adalah panggilan sayangnya padaku, jadi kumaklumi saja, aku juga memanggilnya dengan sebutan Teme. Hehe….
Aku adalah seorang komikus, walaupun saat ini aku masih belum seterkenal komikus favoritku, Shungiku Nakamura. Ia sangat terkenal dalam dunia yaoi khususnya. Jangan heran, aku ini seorang komikus spesialis yaoi, aku sangat menyukai pekerjaanku ini. Memang, pertama kali aku mengatakan pada keluargaku dan orang terdekatku bahwa karyaku diterima sebuah perusahaan penerbit yang menerbitkan komik-komik bergenre yaoi mereka sedikit kaget. Tapi pada akhirnya mereka menerima juga pekerjaanku, malah saat ini aku mendapat dukungan penuh dari mereka. Dan saat itu aku masih belum berpacaran dengan kekasihku yang sekarang. Tapi, aku beruntung karena pertemuanku dengannya tak jauh-jauh juga dari hobiku ini, hehe.
Waktu itu, aku hendak menyerahkan script yang sudah kuselesaikan pada editorku di rumahnya. Dan nama editorku itu adalah Hatake Kakashi yang juga menjabat sebagai kekasih dari Iruka jisan. Saat diperjalanan, tepatnya dalam kereta yang penuh sesak dengan orang-orang yang tentunya ingin segera mencapai tujuan mereka. Aku yang bertubuh sedikit lebih kecil dari laki-laki normal merasa sangat tersiksa berada didalam lautan orang-orang itu, bayangkan jika dirimu diapit dari semua sisi, rasanya sesak, serasa terkurung dalam ruangan tanpa pintu dan jendela. Dengan tubuh kecilku aku menerobos kerumunan itu berusaha mencapai salah satu pintu keluar, setidaknya jika aku berada dekat dengan pintu keluar mungkin aku akan aman dari desakan dan himpitan orang-orang barbar ini. Belum juga aku sampai di tempat tujuan, kurasakan ada sebuah tangan meraba-raba bokongku. Aku kaget, dan lumayan takut saat itu, bisa-bisanya aku mengalami pelecehan seksual saat itu. Aku hendak berpaling, ingin kulayangkan sebuah tinju untuk orang yang dengan sangat berani memegang pantatku. Gerakanku kalah cepat oleh sebuah tangan putih seputih porselen, tangan itu lebih cepat memelintir tangan yang dengan seenak dengkulnya menggerayangi pantatku. Sayangnya karena tubuh kecilku, aku tak terlalu bisa melihat orang yang menyelamatkanku saat itu. Sampai pada peron pemberhentian kereta terakhir yang merupakan tempat tujuanku aku tak bisa mengucapkan sekedar terimakasih untuknya, tapi, aku hanya mendengar sebuah ujaran dari arah penyelamatku itu yang mengatakan,"Lain kali tinggikan tubuh kecilmu itu, Dobe."
Arrgghhh.. niat untuk berterimakasihku padanya langsung hilang, seenaknya ia menyebutku Dobe. Kesal, akupun langsung melangkahkan kaki kecilku keluar dari kereta bergabung dengan kerumunan orang-orang yang juga keluar bersamaan, tak kuhiraukan lagi rasa penasaranku pada pemuda yang telah menolongku tadi.
Itulah, awal pertemuan tak sengajaku dengankekasihku sekarang.
"Lama…" ucapku lagi, masih setia menunggu kedatangannya. Air putihku pun sudah kuhabiskan, entah berapa gelas sudah aku meminum air putih itu. Kumainkan ponsel berwarna orange dengan gantungan rubah kecil berekor sembiln, kubalik-kuberdirikan- kubalik dan kuberdirikan lagi. Bosan, tumben kekasihku datang terlambat. Biasanya ia adalah orang yang sangat tepat waktu, bahkan sejam sebelum janjian kurasa ia sudah datang, namun kali ini ia terlambat, bahkan sangat terlambat. Aku sudah 75 menit menunggunya disini, sampai-sampai para pelayan café ini heran, melihatku hanya memesan segelas air putih terus menerus setiap 15 menit sekali.
Criing… Criinggg….
Kudengar suara pintu café ini terbuka, kutolehkan kepalaku kearah pintu. Aku melihatnya disana tengah mencari sosokku, senyumpun terukir diwajah tanku saat ini. Kunaikkan tanganku dan kulambaikan perlahan memberikan tanda padanya bahwa aku sudah berada disini. Ia melihat lambaian tanganku, kemudian melangkah menghampiriku. Senyumku semakin terkembang melihat ia melangkah mendekatiku. Eh? Apa itu?
Kulihat sesuatu berwarna hitam melambai dibelakang kekasihku. Sesuatu itu bergerak mengikuti pergerakan kekasihku, namun sesuatu itu tingginya hanya sampai pada lutut kekasihku. Kualihkan pandanganku pada kekasihku, menatapnya heran.
"Teme?" ujarku padanya
"Hn." hanya itu yang dikeluarkan oleh kekasihku, Sasuke. Lebih tepatnya Uchiha Sasuke.
"Apa yang ada dibelakangmu itu?" tanyaku padanya, masih memasang tampang bingung.
"Anak kecil." jawabnya padaku yang sama sekali tak menjelaskan apapun.
"Tsk, aku tahu, tapi siapa dia? Mengapa kau membawanya kemari?" tanyaku lagi.
"Aku dititipkan untuk menjaganya hari ini." tukasnya santai, kali ini mengambil tempat didepanku.
"Hah?" hanya itu yang keluar dari mulutku. Kualihkan perhatianku kali ini pada bocah yang mengambil tempat tepat disampin Sasuke. Bocah yang terlihat masih berusia sekitar 5 sampai 6 tahun itu, memiliki warna rambut yang hampir sama dengan Sasuke, bedanya hanya modelnya saja. Bocah yang tengah menunduk malu-malu sambil menggenggam erat pinggiran kemeja yang digunakan Sasuke. Manis, begitu pikirku..
"Siapa namanya Teme?" tanyaku lagi membuka pembicaraan yang tadinya hening.
"Uchiha Shisui." ujarnya singkat.
Che.. aku hanya mendengus pelan mendengar jawabannya itu.
"Ne, Shishui kun, kenalkan aku Naruto, Namikaze Naruto." ujarku pada bocah itu yang masih menunduk menatap kebawah sembari mengulurkan tanganku padanya.
"….." ia hanya menatapku bingung, wajar karena aku adalah orang asing baginya saat ini.
"Tak apa, dia orang baik." ujar Sasuke yang tengah ditatap oleh Shisui.
"Chichui…" ujarnya pelan.
Kyaa… kawaii.. ujarku dalam hati, melihat respon malu-malu dari bocah itu. Iapun menyambut uluran tanganku.
"Nah, Shisuikun mau pesan apa? biar nanti Niisan yang traktir. hehe" ujarku padanya.
"Aaa… benalkah? chichui pingin makan eklim, chichui pingin eklim" ujarnya menatapku dengan kedua bola mata merah besarnya itu. Membuatnya tambah manis.
Akupun hanya bisa tersenyum melihatnya.
"Tsk, jangan berikan Dobe, bocah ini terlalu sering mengkonsumsi makanan tak menyehatkan seperti itu." ujarnya yang langsung diberikan tatapan tajam dari bocah disampingnya itu,
"Cacuke niichan jeyek.. eklim itu enyak tauk!" serunya pada Sasuke.
"Berisik. Membantah kuadukan ke Aniki." ujarnya, bocah itupun terdiam tapi masih terlihat raut wajahnya yang cemberut. Aku yang melihatnya hanya menahan tawa.
"Hmmpp… hahahaha" terdengar gelak tawaku yang tadi berusaha aku tahan.
"Berisik/Belicik" ujar mereka berdua bersamaan.
"Ups!" ujarku berusaha menahan tawaku.
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz zzzzzzzzzzzzzzzzzzz
"Ne, Teme. Kukira hari ini kita kencan berdua saja, Hmpp" ujarku berpura-pura ngambek padanya.
"Hn," sial hanya kata brengsek itu lagi yang ia keluarkan.
"Che, kau tak pernah serius jika menanggapi pertanyaanku." ujarku lagi masih berjalan disampingnya.
"Itu karena pertanyaan yang kau ajukan tak pernah bermutu." jawabnya sambil sesekali melihat kebawah kearah sang bocah yang asyik dengan makanannya.
"Haa… kau yang terlalu santai, Teme. Makanya hubungan kita tak berkembang juga, masih saja tetap seperti lagi akhir-akhir ini waktu untuk kita berduaan itu sedikit. Aku tahu ini karena pekerjaan kita berdua yang juga pastinya penting. Tapi tak bisakah kau sedikit saja memikirkan perkembangan hubungan kita, huh?" ocehku panjang lebar sambil melipat kedua tanganku didepan dada. Kesal karena kali ini juga waktu untuk kami berduaan juga akan terganggu. Yah, bukannya aku bersifat tak memperdulikan si bocah yang dititipkan oleh orang rumahnya pada Teme, kasian juga sih, tapi kalau dipikir lagi kami sudah sangat jarang sekali memiliki waktu berdua hanya sekedar untuk melepas rindu saja kami jarang melakukannya. Waktuku kebanyakan tersita karena pembuatan komik yang dikejar deadline, sedangkan ia harus mengurus perusahaan yang diberikan ayahnya. Nah, kapan coba kami bertemu? Dan kurasa kalau hanya diriku yang selama ini lebih sering menghubunginya ditengah-tengah pekerjaanku. Ia hanya sesekali menghubungiku. Dan sekarang disaat aku dan dia memiliki waktu yang pas untuk menikmati hari, ternyata masih juga ada gangguan. Tsk…
"Niichan, kalang kita ketaman belmain kan?" seru bocah itu pada Sasuke yang juga sedikit mengagetkanku.
"Ok." ujarnya pada bocah itu.
"Yeiiyyy…!" serunya riang melampiaskan dengan melompat-lompat kegirangan.
"Che…" aku yang melihatnya hanya mendengus kecil. Kacau! kukira hari ini akan berakhir bahagia, tapi apa? Bahkan ia sama sekali tak menghiraukan ocehanku apa itu? Dengan jelasnya ia mengatakan Ok pada bocah itu tanpa sama sekali melirik kearahku.
Kali ini aku berjalan dibelakang mereka, aku hanya menatap tajam kearah mereka masih dengan umpatan-umpatan yang ada dalam hatiku. Kulihat ia sedikit tersenyum dikala berada di samping sang bocah, hah. Padaku saja ia jarang menampakkan ekspresi seperti itu, tapi padanya dengan gampang sekali kurasa menunjukkan wajah itu. Entah mengapa dadaku sedikit sakit, perlakuannya selama ini padaku sungguh berbeda dengan perlakuaannya pada bocah itu.
Sebenarnya Sasuke bukanlah penganut gay sepertiku, ia normal. Namun, entah mengapa saat kunyatakan perasaanku padanya setahun yang lalu itu ia menerimanya. Yah, karena aku orientasi seksualnya teralihkan. Dan akupun tahu sejak bulan pertama kami berpacaran sikapnya sama sekali tak berubah, masih sama ketika ia memperlakukan diriku sebelumnya. Sempat juga aku berpikir kalau ia hanya membalas perasaanku padanya karena kasihan, mungkin (?). Sebelum berpacaran denganku saat itu ternyata ia menjalin sebuah hubungan dengan seorang wanita, yang kata teman-temannya wanita itu kini telah menjadi istri kakaknya. Aku tak tahu mengapa mereka putus, karena aku tak ingin menanyakannya dan pastinya tak akan ia ceritakan padaku. Yah, Sasuke itu orangnya memang tertutup, bahkan padaku. Sampai saat ini aku belum tahu benar bagaimana ia. Hanya sifat mengesalkan darinya saja yang lebih banyak kuketahui dan juga tentang keluarganya yang kuketahui dari informasi yang kukumpulkan lewat teman-temannya.
Rasanya hanya aku yang berjuang dalam hubungan ini….
"EH?" ujarku terkejut. Aku tak menemukan sosok Sasuke maupun Shisui di depanku. kuedarkan pandanganku mengelilingi areal dimana aku berdiri sekarang. Nihil. Tak kutemukan sosok yang tengah kucari.
'Sial!' batinku, seandainya tadi aku tak terlalu larut pada pikiranku aku tak akan kehilangan mereka berdua.
'Tch! Sial! Sial! Sial! Dasar bodoh kau Naruto!' umpatku dalam hati menyalahkan diri sendiri.
Akupun berlari menyisir areal tempat terakhir kalinya aku berjalan mengikuti mereka. Hari ini berantakan, semua hal yang sudah aku rencanakan dari jauh-jauh hari berantakan. Kukira hari ini akan jadi hari terindah yang pernah aku miliki bersamanya. Tapi, sekarang apa? Aku kehilangan mereka. Che….
zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
"Dobe jalanmu lambat seka-" ujar Sasuke terpotong karena begitu ia membalikkan badannya ia tak melihat keberadaan sang kekasih.
"li.. Dobe? Hoi, jangan main-main. Dobe, dimana kau?!" tanyanya entah pada siapa, mengira sang kekasih sedang bermain petak umpet dengan dirinya. Namun tidak, ia tak menemukan jejak sang kekasih yang tengah bermain petak umpet dengan dirinya. Hilang. Sang kekasih hilang dari jangkauannya saat ini.
"Tsk! Sial! Kemana perginya si Dobe itu?!" ujarnya masih mencari kesekeliling berharap dapat menemukan pemuda dengan surai pirangnya.
"Niichan? Niichan ngapain? Ayo kita ketaman belmain." ujar sang bocah yang kini menarik narik kemeja Sasuke.
"Diamlah dulu bocah! Niichan sedang mencari seseorang." ujarnya tanpa menoleh kearah sang bocah.
"Eh? Aaa… Nalu niican kok ga ada Niichan? Nalu niican pelgi kemana?" tanyanya masih menarik kemeja Sasuke.
"Entahlah, Niichan juga tak tahu. Makanya sekarang Niichan sedang mencarinya, mungkin ia tertinggal dibelakang," paparnya menjelaskan pada Shishui.
"Kalau begitu, cebaiknya kita tunggu ditaman belmain caja Niichan, Naru nican pachi tau kita ada dicana." ucapnya pada Sasuke.
"…." Sasuke langsung mengalihkan pandangannya pada Shishui.
'Benar apa yang bocah ini katakan, sebaiknya kutunggu di taman saja, ia nanti juga pasti menemukan kami disana, kan tadi ia juga mendengar bahwa tujuan kita pasti ketaman bermain itu' batin Sasuke dalam hati.
"Baiklah, ayo kita ketaman," ujar Sasuke kemudian meneruskan langkahnya menuju ke arah sebuah taman bermain yang berjarak lumayan dekat dari tempatnya tadi.
"Un…Ayoo," balas si bocah melangkah sambil mengamit tangan Sasuke.
Sementara itu Naruto…
"Tsk.. dimana mereka? sudah kucari keliling tapi tak juga kutemukan. Sial!" ujarku kali ini.
Dari tadi aku mengelilingin areal pertokoan itu mencari Sasuke dan juga bocah bernama Shisui itu. Hasilnya? Nol. Aku tak kunjung menemukan jejak kedua orang itu, kulirik sekilas jam tangan yang kukenakan. Jam 11.57 sebentar lagi menunjukkan pukul 12 tepat.
Entah kemana lagi harus kucari mereka, kalau aku pulang berarti hari ini akan terlewati dengan hanya seperti ini tak akan ada kenangan yang setidaknya dapat kuukir dengannya, walaupun hanya sedikit. Setengah hari lagi akan menjelang sore, aku tak boleh menyerah. Apapun yang terjadi aku harus membuat hari ini indah bersamanya.
Heran? Mengapa aku tak menghubunginya lewat ponsel? Alasannya, itu tak akan berguna sama sekali. Karena, ia tak membawa ponsel. Seperti biasa, jika bersantai seperti ini Sasuke pasti tak akan membawa benda yang bernama ponsel itu. Mungkin tak ingin diganggu dengan panggilan-panggilan dari pihak perusahaannya.
Drrt.. drrt… drtt..
Suara getar ponselku, kubuka layar ponselku itu, disana tertera tulisan nama seseorang yang saat ini sangat mengganggu menurutku, ya siapa lagi kalau bukan si editorku yang eronya luar biasa.
"Ya? Ada apa Kakashi san?" ujarku pada suara diseberang.
"Yare-yare, tak perlu setegang itulah kau menjawab teleponku Naru." ujarnya
"Sudahlah, saat ini aku tak ingin berbasa-basi. Ada apa?" ujarku kali ini lebih tenang.
"Hm.. Bagaimana mengenai deadline yang harus kau serahkan padaku Naru? Aku sudah menunggumu sejak dua hari lalu." ujarnya dapat kudengar suara sedikit berisik dibelakangnya saat ini.
"Besok. akan kuserahkan besok padamu. Ok?" jawabku.
"Yahh.. Baiklah, tapi besok harus benar-benar kau serahkan padaku ya, aku tak mau berurusan dengan Jiraiya san lho.." ujarnya memperingatkan padaku.
"Baik. Baik. Besok pasti aku serahkan. Sudah ya Kakashi san. Aku sedang sibuk. Daa.." ujarku kemudian langsung menutup layar ponselku.
Tuutt..Tuuttt..
"Yare yare, dasar bocah itu…" ujar Kakashi setelah teleponnya ditutup dengan kasar dan cepat oleh Naruto
'Shit! Kenapa lagi Kakashi san harus mengingatkanku mengenai deadlinenya. Tsk sial!' batinku setelah menutup sambungan telepon. Kali ini aku berlari lagi menembus kerumunan orang-orang yang lumayan memadati areal itu.
Jujur saja sebenarnya kali ini aku tak mendapat libur dari editorku itu, aku harus mengerjakan beberapa lembar komik yang akan diterbitkan dalam majalah kumpulan komik bulan depan. Namun karena aku tahu Sasuke hanya ini mendapatkan libur, jadinya aku meminta pada Kakashi san untuk memperpanjang waktu deadlinenya. Akupun mengatur supaya hari ini aku dapat bertemu dengan Sasuke. Setiap malam aku tak cukup tidur guna mengerjakan deadlineku ini, paling lama aku tidur cuma sekitar 40 menit, setelahnya aku bangun lagi untuk mengerjakan tiap lembar komik-komik itu. Lelah memang, namun karena rasa rindu ingin bertemu dengannya, akupun tak menghiraukan keadaan diriku yang sudah kacau balau. Banyak lingkaran hitam dibawah mataku dan juga pipiku yang sedikit tirus.
Akhirnya sisa pekerjaan yang harus kukerjakan tinggal 2 halaman lagi setelah itu selesai sudah, berkat kerja rodiku selama beberapa malam.
Aku masih terus berlari kali ini aku sudah cukup jauh dari areal tadi, siapa tahu mereka pergi kearah yang sedang kutuju saat ini. Hari kini sudah semakin siang, aku hanya berharap agar hari ini tak cepat terlewati dan aku dapat menikmatinya sedikit dengan Sasukeku.
=TBC=
Read and review please? (^o^)
Yomu to ribiu onegaishimasu….
