LETS NOT FALL IN LOVE

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Stori by Me

Rated T

Pairing Sasusaku Sasukarin

Warning : AU, OOC, LEBAYY !

Sebuah taksi baru saja berhenti di depan bandara. Singkat saja dua orang perempuan keluar dengan tergesa gesa. Bahkan kemudian mereka berlari.

"Cepatlah Sakura !". Perempuan itu berlari masuk ke dalam bandara.

"Iya, Karin". Satu lagi perempuan keluar dari taksi dan segera berlari menyusul temanya yang sudah masuk dalam bandara.

Terlihat dari raut mereka yang begitu bahagia. "Karin, tunggu aku !" teriak Sakura yang berusaha berlari menyusul sahabatnya .

Untung saja tidak beberapa lama Karin berhenti. "Duduk disini saja". Karin mengarahkan sahabatnya untuk duduk menunggu di bangku tunggu.

"Menurutmu, wajahnya sekarang sudah berubah tidak ya ?" Sakura bertanya setelah menengguk air dari dalam botol air yang dia bawa.

"Kau selama ini belum pernah video call denganya ?"

"Tidak" jawab Sakura. "maksudku belum". Dengan menggelengkan kepalanya.

"Menurutku dia tidak berubah sama sekali" jawab Karin.

"Dia sudah sampai". Raut wajah Karin begitu ceria. "Ayo !". Karin kembali berlari menembus orang – orang yang tengah berjalan.

"Benarkah ?".Terkejut dan gugup itu yang terlihat dalam raut wajah Sakura, yang kemudian segera menyusul Karin.

Mereka berlari dengan tidak saSasuke n menanti kedatangan satu lagi sahabat mereka yang sudah lima tahun sekolah di Amerika.Wajah mereka tidak bisa lepas dari raut tersenyum dan senang . Telihat sekali dari wajah mereka, mereka sangat merindukan sahabat mereka ini. Dari balik orang-orang yang tengah berjalan, muncul seseorang yang menurutnya cukup mencolok. Karena kelebihan fisik yang dia punya.

"Sasuke !". Suara yang muncul dari seseorang yang tadi baru saja memulai berlarinya, masih dengan raut bahagia dan sambutan senyum yang penuh kerinduan, membuat laki-laki yang tadi namanya dipanggil menoleh.

Dia rentangkan kedua tanganya menyambut langkah mereka. Karin yang tengah sampai terlebih dahulu langsung memeluk sang lelaki yang merupakan sahabat dan juga kekasihnya. "Selamat datang". Senyuman Karin benar-benar tidak bisa lepas dari bibirnya.

Begitupun senyuman yang ada di bibir perempuan yang berjarak beberapa meter dari Karin dan Sasuke yang sedang berpelukan. Memandang keduanya dengan sedu dan bahagia akhirnya setelah lima tahun berpisah, mereka berkumpul kembali.

Sasuke yang tersadar tengah diperhatikan seseorang dari jarak beberapa meter, mengalihkan pandangannya ke seseorang itu dengan senyuman yang berkembang lebar, dia menghampiri Sakura setelah melepas pelukanya. "Selamat datang, Sasuke ". Sasuke membalasnya sama dengan yang dilakukannya kepada Karin, memeluknya. "Hn, terima kasih". Pelukan salah satu sahabatnya sedikit membuat Sakura terkejut, namun dengan segera dia juga membalas pelukanya.

"kalian sudah menunggu lama ?". tanya Sasuke setelah di melepas pelukan keduanya.

"tidak juga" jawab Karin yang kemudian menggandeng lengan Sasuke . "yuk kita pulang ?"

Mereka mulai meninggalkan bandara dan memasuki taksi menuju rumah.

Pemandangan di luar mobil cukup menarik perhatian Sakura yang dengan sibuknya memperhatikan apa yang ada di luar. Menurut Sakura, pemandangan luar lebih baik daripada pemandangan yang ada di dalam mobil. Akan lebih menyakitkan menurutnya jika dia terus melihat di dalam mobil yang didalamnya ada Sakura yang duduk di sebelah kiri, Karin di tengah dan Sasuke di sebelah kSakuran. Kerinduan diantara mereka bertiga sangat terlihat setelah sekian lama tidak berkumpul, tapi tidak bisa melebihi rindunya sepasang kekasih yang sekian lama tidak bertemu. Itulah yang dialami Karin dan Sasuke . Mereka sudah menjalin hubungan beberapa bulan sebelum Sasuke pergi ke Amerika. Karena mereka bertiga bersahabat, sebelum mereka meresmikan hubungan, mereka meminta izin Sakura yang merupakan sahabat mereka. Tentulah Sakura mengizikan.

"Ibu dan ayahmu tidak menjemputmu, kenapa ?".Sembari menyederkan kepalanya di bahu sang kekasih Karin bertanya.

"Aku sengaja menyuruh ayah dan ibu untuk tidak menjeputku di bandara, tapi menyambutku di rumah. Biarkan kalian yang menjemputku" Jawab Sasuke .

"Bolehkah kita ikut ?"

"Tentu, kalian boleh ikut"

"Tapi jam 10 nanti akan ada pemotretan ulang, sepertinya aku tidak akan ikut". Karin menjadi terlihat lesu. "Sakura, nanti sampaikan salamku pada bibi ya ?"

"Tentu". Jawab Sakura setelah mengalihkan pandangannya sejenak dari pemandangan di luar sSakura.

"Pak, turunkan aku di depan toko roti itu ya ?". Karin segera merapikan pakaianya.

"Kau sungguh tidak ikut, Karin ?". Sakura terkejut dengan keputusan yang di buat sahabatnya itu. "Sasuke baru saja datang, kau akan pergi lagi"

"Maafkan aku teman-teman aku tidak bisa". Karin menampakkan wajah menyesalnya kepada kedua sahabatnya. "Mungkin besok malam kita bisa berkumpul" wajahnya kembali ceria. Karin segera turun setelah taksi mereka berhenti di depan toko roti. "Aku sungguh menyesal tidak bisa ikut teman, jangan lupa besok malam ya ?".Segera dia tutup pintu mobil setelah mengucapkan salam kepada kedua sahabatnya.

Persahabatan mereka sudah berlangsung cukup lama, mungkin sudah lima belas tahun lamanya. Orang tua mereka yang mempertemukan mereka sehingga mereka menjadi sahabat hingga saat ini dan mungkin selamanya. Sifat masing-masing dari mereka, mereka sudah hafal. Karin yang sifatnya begitu ceria dan enerjik, Sakura yang pembawaanya tenang dan selalu berpikir positif dan Sasuke yang terlihat cukup pendiam tapi tidak untuk kedua sahabat perempuanya itu. Kelebihan dan kekurangan mereka seakan melebur menjadi satu saling melengkapi. Mereka tidak pernah berlama-lama dalam keadaan marah atau saling diam. Karena mereka tidak bisa.

Mobil taksi berhenti di sebuah rumah mewah bewarna putih dan juga besar itu. Menampakkan sosok lelaki yang cukup tampan turun dari taksi dan menatap rumah tersebut penuh rindu. "Kau sungguh tidak jadi ikut masuk, Sakura ?". Sasuke menundukkan kepalanya untuk melihat sosok yang masih tersisa didalam mobil taksi itu. "Ayolah, Sakura. Kenapa kau juga tidak bisa ikut ?"

Sakura mengangguk kepada Sasuke . "Mungkin besok malam sekalian. Ini waktu yang tepat untuk keluargamu dan dirimu melepas rindu. Aku tidak mau mengganggu itu. Kau mengerti ?". Sakura tersenyum manis di dalam taksi kearah Sasuke . "Sampai bertemu besok".

"Tunggu !". Sasuke yang tiba-tiba sibuk sendiri berkutat dengan tas besar yang dia bawa. "Ini, untukmu". Menyerahkan bola salju cantik yang terlihat manis itu.

"Oleh-oleh ?" tanya Sakura yang kemudian menerima bola salju dari kaca itu.

"Bisa dibilang seperti itu, maaf hanya itu yang bisa aku berikan. Aku terlalu bingung"

"Terima kasih, ini cantik sekali. Aku suka". Sakura tersenyum manis kepada sosok sahabatnya yang sedikit menampakkan wajah kecewanya. "Kalau begitu aku pergi dulu".

"Hati-hati". Taksi yang baru saja ditumpanginya sudah melesat meninggalkannya. Sasuke segera masuk kedalam rumah megahnya dengan semangat ingin bertemu orang tuanya dan juga kakaknya.

Sambutan dari ibu dan kakanya cukup menyenangkannya. Walau tanpa ayahnya yang tidak bisa menyambutnya karena kesibukan mengurusi perusahaan besar yang sebentar lagi akan dia pimpin. Tapi dia sudah mendapatkan telfon dari ayahnya sebelum berangkat pulang dari Amerika.

"Selamat datang, sayang". Sang ibu yang menyambutnya sangat bahagia memeluk Sakurak bungsunya yang baru saja tiba. "Ibu sangat merindukanmu, sangat. Kau terlihat lelah sekali setelah menempuh jarak yang jauh. Ibu akan siapkan air hangat untuk kau mandi dan setelah itu kau harus makan ya ?".Setelah berkata seperti itu ibunya segera masuk ke dalam, tepatnya menuju dapur untuk mempersiapkan semuanya tadi. Walaupun tidak sepenuhnya dilakukan oleh sang ibu, tapi para pelayan yang akan mempersiapkannya. Sasuke hanya bisa mengangguk tanda setuju, karena memang melelahkan sekali keadaanya sekarang.

"Kau sudah tambah besar ya ?". Kakak Sasuke yang menyambutnya bersama sang ibu dengan tersenyum senang segera memeluk adiknya yang sudah dewasa itu.

"Jangan meledekku kak Itachi". Sasuke berusaha melepas pelukan kakaknya.

"Siapa yang meledekmu wahai adikku Sasuke , aku justru sangat senang kau kembali. Aku jadi tidak akan dipaksa-paksa terus untuk mengganti posisi ayah".

"Wahai kakakku Itachi, apa maksudmu ?".Menatap kakaknya dengan malasnya.

"Kau seperti tidak tahu saja, bukankah ayah sudah beritahumu lama sekali"

"Iya, aku mengerti. Kau sendiri masih saja hobi corat coret hah ?". Masih saja dengan nada malasnya Sasuke menggendong tasnya kembali untuk segera masuk ke kamarnya yang terletak di lantai dua.

"ya, kau yang jangan meledekku wahai adikku. Perlu kau tau, coretanku itu juga berharga mahal tau". Timpal kakaknya yang ternyata seorang seniman yang cukup berbakat itu tidak terima dengan perkataan adiknya itu. "Ngomong-ngomong, dimana oleh-oleh untukku ?". Pertanyaan kakaknya ternyata tidak ditanggapi baik oleh sang adik yang sudah merasa lelah itu.

"Tidak ada" Jawab Sasuke meninggalkan kakaknya yang bersungut tidak suka.

"Sakura, kau didalam ?"

Seseorang baru saja membuka pintu kamar putrinya dan menampakkan senyum yang indah kearah putrinya yang sedang duduk dipinggiran jendela memegang oleh-oleh yang ia dapat dari salah satu sahabatnya itu. "Kalau ibu tidak salah, Sasuke baru saja pulang dari Amerika. Apa benar itu, Sakura ?".

"Iya bu, tadi siang Sakura dan Karin menjemputnya di bandara". Pandangan Sakura masih belum teralihkan dari bola salju itu. Memandanginya dengan seksama dan terkadang menggoyang-goyangkannya sehingga butiran-butiran putih seperti salju yang ada di dalamnya berhamburan.

"Syukurlah jika dia selamat sampai rumah, kau tidak kerumahnya untuk merayakannya ?". Ibunya kemudian duduk dipinggiran tempat tidur putrinya, ingin mendengar lebih cerita-cerita dari putrinya tentang Sakurak dari salah satu temanya dulu.

"Nanti malam bu, Sakura akan kerumah Sasuke "

"Benarkah, baguslah. Sekarang bagaimana penampilan Sasuke setelah lima tahun tidak bertemu ya ?". Ibunya jadi ikut penasaran dengan Sasuke yang sekarang.

"Dia tidak berubah, ibu. Masih seperti dulu itu". Sakura penanggapinya dengan santai.

"Kalau begitu nanti titipkan salam ibu pada Sasuke dan juga ibunya. Kalau ada waktu ajaklah Sasuke untuk main kemari ya ?" ucap ibunya sebelum pergi meninggalkan kamar pintunya dan kemudian menutup pintunya, tanpa menunggu jawaban dari putrinya .

"Baiklah, ibu" jawab Sakura. Walaupun sang ibu sudah menutup pintu kamarnya dari tadi.

Ting tong

Seseorang muncul dari balik pintu setelah Sakura menekan tombol pintu yang besar itu. "Nona Sakura, silahkan masuk". Pelayan yang sudah biasa melihat Sakura mempersilahkan masuk tanpa ragu-ragu. "Nona Sakura, langsung keatas saja"

"Terima kasih ya". Sakura tersenyum kepada pelayan rumah ini. "Apa Karin sudah sampai ?". Sakura bertanya kepada pelayan yang baru saja akan meninggalkan tempat.

"Nona Karin sudah sampai dari tadi, Nona. Sekitar satu jam lebih"

Sakura sedikit terkejut mendengar jawaban dari pelayan tersebut. Namun raut wajahnya kembali seperti semula. "Kalau begitu, terima kasih lagi ya". Ucapan tersebut hanya dibalas oleh pelayan tersebut dengan senyuman dan anggukan.

Sedikit ragu-ragu Sakura akan mengetuk pintu kamar itu. Walaupun sudah dari dulu Sakura ataupun Karin sudah biasa keluar masuk ke dalam kamar. Setelah mendengar pekataan pelayan tadi, membuat Sakura benar-benar tidak bisa mengetuk pintu kamar itu. Ia takut akan mengganggu seseorang yang ada di dalam, atau lebih tepatnya Sakura tidak bisa menerima apa yang akan ia lihat dari balik pintu itu nantinya.

Cukup lama Sakura hanya berdiri di depan pintu kamar, akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan kamar itu dan menuju kamar yang lain. Tanpa ragu-ragu seperti di depan kamar yang tadi, ia segera mengetuk pintu itu. Kemudian dia buka pintu itu setelah mendengar jawaban dari seseorang di dalam kamar itu.

"Hai, kak Itachi". Sakura menyapa seseorang yang ada di dalam kamar itu.

"Hai, Sakura". Kak Itachi yang sedang sibuk dengan kanvasya berhenti sejenak, dan memandang salah satu sahabat adiknya dengan tersenyum. "Sepertinya kau salah kamar, Sakura ". Kak Itachi kembali berkutat dengan kanvasnya setelah menyapa Sakura.

"Tidak, Sakura tidak salah. Sakura memang ingin menemui kakak". Sakura mendekati Kak Itachi yang sedang asik dengan pekerjaannya.

"Benarkah, memangnya kau ada perlu apa ?". Kak Itachi bertanya, namun pandanganya masih belum lepas dari kanvas yang dia lukis.

Berusaha mencari-cari alasan, Sakura mengarahkan pandangannya ke segalah arah. Mencoba melihat apa yang akan ia buat menjadi alasan. "Emm…". Melihat salah satu lukisan dari beberapa lukisan yang ada di kamar itu Sakura kemudian mendekatinya. "Sakura hanya ingin melihat hasil lukisan-lukisan indah Kak Itachi"

"Kalau begitu kau boleh lihat sepuasnya"

"Terima kasih". Ucap Sakura yang kemudian berkeliling melihat lukisan-lukisan hasil coretan kakak Sasuke ini. "Lukisan kakak bagus dan indah-indah semua. Apa kakak tidak mau membagi satu lukisan untuk aku ?". Sakura memandang Kak Itachi yang sedang melukis itu.

"Jadi kau suka dengan lukisanku ?". Kak Itachi memandang Sakura dengan antusias. "Kalau begitu kau boleh ambil salah satu. Pilihlah yang menurutmu menarik bagimu".

"Sungguh, apa boleh kak ?". Sakura menanggapi perkataan Kak Itachi dengan semangat. "Kalau begitu aku mau pilih ini". Sakura menunjuk salah satu lukisan yang ada di pojokan ruang kamar itu.

"Wow wow !" Kak Itachi menghampiri Sakura yang sedang berdiri di depan lukisan yang dia tunjuk. "Ini adalah oleh-oleh dari Sasuke . Jangan kau ambil. Ini salah satu lukisan yang terkenal hasil lukisan pelukis terkenal Amerika. Jadi, jangan yang ini ya ?"

"Jadi ini oleh-oleh dari Sasuke ?"

"Iya, kau sendiri. Dapat oleh-oleh apa dari adikku ?"

Tiba-tiba suara dering handphone mengentikan percakapan mereka berdua.

"Halo, Sakura. Kau dimana ?". Suara yang sangat ia kenal terdengar dari handphone itu.

"Aku ada di kamar Kak Itachi, melihat lukisan-lukisan kak Itachi". Sakura menjawab dengan pelan.

"Karin sudah menunggumu daritadi, kau tidak datang-datang". Suara itu terdengar sedikit kesal.

"Maafkan aku, Sasuke . Kalau begitu aku akan ke kamarmu". Sakura kemudian menutup handphonenya.

Setelah memutus sambungan telephone, Sakura segera pamit dengan Kak Itachi.

"Ya !, dari mana saja kau ?" Karin berkacak pinggang setelah melihat Sakura masuk.

"Maafkan aku, tadi setelah kupikir-pikir aku jadi kangen Kak Itachi, aku memutuskan untuk menyapanya sebentar". Sakura menghampiri kedua sahabatnya yang sedang duduk di sofa. "Emmm, jadi aku tertinggal apa hari ini ?". Sakura mencoba memecah keheningan.

"Kau tertinggal acara bagi-bagi oleh-oleh, kau mengerti ?". Karin dengan wajah cemberutnya mendekati Sakura yang duduk didepanya tadi.

"Ah, tidak masalah. Aku sudah dapat oleh-olehnya kemarin". Sakura menjawab dengan santai, dan mencoba menggoda Karin. "Jadi, siapa yang tertinggal menurutmu ?". Masih dengan wajah yang dibuat-buat Sakura mencoba menggoda Karin.

"Benarkah, Sasuke . Bagaimana bisa kau memulai tanpa aku ?". Karin sekarang berganti marah dengan Sasuke yang tadinya asik melihat kedua sahabatnya berargumen sekarang harus ikut terlibat.

Merasa bingung, Sasuke hanya bisa memasang tampang gelagapan karena tidak mempunyai alasan untuk menjawab sahabatnya yang cerewet dan juga merangkap menjadi kekasihnya itu. "Sudahlah, Karin. Itu bukan hal besar, Sasuke memberiku bola salju kaca saat pulang tadi siang. Hanya itu". Sakura mencoba membantu sahabtnya ini untuk menjelaskan semuanya.

"Kalian sudah cerita apa saja ?". Sakura bertanya kepada sahabatnya itu. "Sasuke , ceritakan kepada kami pengalaman apa yang kau dapat di Amerika, ayolah ?".

"Apa ya, aku bingung mau mulai dari mana ?". Sasuke mencoba berpikir, memilih cerita apa yang akan dia ceritakan kepada dua sahabatnya itu.

"Bagaimana jika dimulai dari seperti apa gadis-gadis di Amerika habiskan waktu malam minggu ? ". Sakura mencoba memancing pembicaraan.

"Bagaimana bisa pertanyaan itu muncul di otakmu hah ?". Sasuke berbalik bertanya kepada Sakura.

"Kenapa, memang ada salahnya aku tanya itu ?"

"Jangan bilang kau tertarik gadis lain di sana, Sasuke ". Karin bertanya dengan tatapan mautnya kepada Sasuke .

"Dengar ya, kalian semua". Sasuke menatap kearah dua sahabatnya itu. "Aku tidak tertarik dengan yang namanya bule, kalian mengerti ?"

"Tidak ada yang tidak mungkin, Sasuke " Karin menimpali pernyataan Sasuke dengan santai.

"Kau tidak percaya padaku ?". Sasuke kembal berbalik bertanya kepada kekasihnya itu.

Melihat kedua sahabatnya sebentar lagi memulai perang dunia ketiga, Sakura mencoba melerai perkelahian kecil itu, walaupun memang sedikit menggelikan melihat mereka beradu mulut. "Sudahlah, kalian ini. Baiklah, aku mengaku salah, karena sudah memulai semua ini dengan pertanyaan bodohku itu. Jadi, kalian jangan adu mulut lagi ya ?"

"Sakura, itu bukan salahmu. Mengerti ?". Karin mencoba membela Sakura. "Ngomong-ngomong, kau hanya memberikan hiasan bola salju saja pada Sakura, sabahat macam apa kau, Sasuke ?". Karin mengalihkan pandangannya kepada Sasuke .

"Maafkan aku, bukankah aku sudah bilang aku bingung ingin membeli oleh-oleh seperti apa. Jadi, hanya itu yang bisa aku beli"

"Kau ini be-". Perkataan Karin terputus setelah menyadari handphonenya bergetar. "Halo"

Karin mencoba menyingkir dari kedua sahabatnya itu agar tidak mengganggu suasSakura. "Sakura". Sasuke memanggil nama salah satu sahabatnya yang masih duduk tenang setelah baru saja minum soda dari gelas yang sudah disediakan. Mendengar namanya dipanggil, Sakura menatap ke arah Sasuke . "Aku benar-benar minta maaf soal itu ya ?"

"Bukankah kau sudah minta maaf tadi, sekarang minta maaf lagi. Sudah aku bilang, aku suka oleh-oleh itu. Tidak penting itu besar atau kecil, sedikit atau banyak, yang terpenting aku suka, kau mengerti ?". Setelah mendengar jawaban Sakura, Sasuke hendak mengeluarkan kata-kata namun segera di patahkan oleh Sakura. "Jangan bahas oleh-oleh lagi, aku bosan. Kita berkumpul disini hanya ingin menggosipkan oleh-oleh ?". Sakura menatap datar kearah Sasuke . "Kau, masih punya banyak hutang cerita lain padaku".

"Oke". Sasuke kembali ke asalnya duduk, setelah tadi mencoba mendekati Sakura dan duduk disampinngnya. "Akan aku ganti sebagai hadiah dariku saat pengangkatan jabatanku nanti"

"Pengangkatan jabatan, kenapa aku baru dengar itu ?". Sakura cukup terkejut dengan perkataan Sasuke .

"Aku pikir kau sudah tahu lama dari Karin ?"

"Tidak. Jadi, jabatan apa yang akan kau terima ?"

"Menggantikan ayahku"

"Sungguh ?". Sakura kembali menampakkan keterkejutanya. "BagaimSakura bisa aku tidak tahu hal ini, kalian ini benar-benar". Sakura masih tidak percaya dengan informasi itu. "Kapan kau akan mendapatkan jabatan itu ?"

"Entahlah, aku tidak tahu tanggal pastinya. Tapi pastinya sebentar lagi". Sasuke menjawab dengan santai sampai dia merasakan sebungkus roti melayang kearahnya. "Apa yang kau lalukan ?". Sasuke menatap kaget kepada Sakura yang merupakan pelaku pelemparan roti itu.

"Bagaimana aku tidak marah, sahabatnya yang sebentar lagi akan jadi direktur perusahaan dan aku baru saja tau ? ". Sakura menatap kesal kearah Sasuke .

"maafkan aku"

"minta maaf saja terus". Sakura memasang wajah kesal kepada Sasuke yang menurutnya itu hal lucu untuk Sasuke .

"aku lihat-lihat ada yang berubah dari dirimu". Sasuke begitu tajam menatap salah satu sahabatnya itu. "kau tambah imut saja"

"dimana-mana semakin lama orang semakin dewasa, Sasuke ". Kekesalan Sakura menjadi bertambah dan juga membuatnya sedikit menampakkan kemerahan di kedua pipi tembemnya . "kau mengejekku kalau aku tidak normal hah ?!". Kesabaran Sakura semakin habis. " aku mengalami kemunduran begitu ?"

" ada apa dengan driimu ?" Sasuke memasang raut bingung. "kau sedang PMS ya ?"

"tidak"

"lalu kenapa hari ini kau mudah marah ?". Ucap Sasuke mencoba menyimpulkan. "padahal ucapanku serius, tidak bohong". Sasuke menatap ke arah Sakura.

"atas dasar apa ucapanmmu itu ?". Sakura membalas tatapan Sasuke dengan sedikit rasa di dalamnya.

"entahlah, mungkin penglihatanku selama ini". Sasuke mencoba menjawab.

'sejak kapan kamu sering memperhatikanku'. Batin Sakura sambil mengalihkan padangan kearah lain. "Aku kebelakang dulu". Sakura kemudian memutuskan keluar kamar menuju kamar kecil. Dalam perjalSakuran menuju kamar kecil, Sakura bertemu dengan Karin.

"kau mau kemana ?"

"Kamar kecil". Sakura menjawab sembari meneruskan jalannya seakan mengabaikan sang sahabatnya itu.

"kenapa dia ?". Karin menanggapi bingung kepada sahabatnya itu. "bukanya di kamar Sasuke juga ada"

Sakura sedang membasuh muka di westafel mewah milik sang sahabatnya tersebut. Kemudian di amenatap pantulan dirinya dari cermin yang ada dihadapanya itu. Terlihat tetesan air menetes di samping-samping wajahnya yang baru saja dibasuh dengan air.

"tujuh belas tahun lamanya, akankah semua berakhir seperti ini ". Sakura masih setia menatap kaca yang ada di hadapanya. Baru beberapa menit kemudian, dia memutuskan untuk meninggalkan kamar kecil.

"Karin dimana?". Sakura langsung saja bertanya setelah melihat keadaan kamar Sasuke yang sepi, yang ada hanya pemilik rumah yang sedang menikmati makan camilan kesukaannya di sofa santai yang ada di kamarnya. "kau sendiriian ?"

"dia pergi, ada urusan dengan bos nya". Jawab Sasuke dengan mata kosong menatap lurus kedepan. "aku baru menyadari betapa sibuknya dia menjadi seorang model".

"itulah yang namanya sedang bekerja, sibuk adalah makananmu sehari-hari" jelas Sakura. "kau pasti sebentar lagi akan merasakanya setelah menggantikan ayahmu nanti"

"kau seperti sudah merasakannya saja, kapan kau wisuda ?"

"bulan depan, kau dan Karin aku undang secara eksklusif untuk datang di wisudaku nanti"

"sungguh, selamat kalau begitu" ucap Sasuke pada Sakura. "aku pasti datang"

"pegang janjimu itu ya ?" Sakura

Pagi yang cerah dengan matahari yang menyilau menembus tirai pink transparan milik salah satu ruangan seorang gadis yang masih bergulung dengan selimut merahnya. Terganggu dengan sinar matahari itu, sang gadis hanya bisa menyipitkan mata sembabnya. Beberapa menit kemudian dia putuskan untuk menikmati anugrah dari yang Maha Kuasa itu dengan bangkit dari tempat tidur menyambar suatu benda yang berkilau kemudian memutuskan untuk duduk di dekat jendela sembari memandangi benda bulat yang berkilau itu. "selamat pagi, Sasuke". Sakura memperlihatkan senyum tulusnya di pagi hari ini.

Tok tok..

Lamunannya terusik dengan suara ketukan pintu kamarnya. "Sakura, kau tidak berangkat ke kampus, saying ?"

"tidak bu, hari ini Sakura mau libur saja" jawab Sakura tanpa mengalihkan padanganya dari bola berkilau itu.

"kalau begitu turunlah, ayo kita sarapan"

"ya ibu, Sakura menyusul" ucapnya.

Sekitar lebih dari 30 menit Sakura belum juga memutuskan untuk turun, sepertinya tarikan cahaya matahari masih bisa mengalahkan rasa lapar yang sudah mulai meraung.

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu untuk yang kedua kalinya terdengar. Karena tidak ingin dicap anak yang sulit diatur, akhirnya dengan malas-malasan Sakura berjalan menghampiri pintu untuk menjawab ketukan pintu dan menghampiri yang ibu yang sudah susah payah memasak.

"iya bu, Sakura tur-". Kata-kata Sakura berhenti tiba-tiba dengan ditambah mata sembab hasil karyanya saat tidur melebar.

Brakk

Dengan spontan Sakura menutup pintu kamarnya cukup keras, sehingga menimbulkan suara yang cukup mendengungkan telinga seseorang yang ada di luar kamarnya.

"Ya Sakura ! " teriak seseorang yang lumayan emosi karena melihat kelakuan salah satu sahabatnya itu. "kenapa kau berani sekali membanting pintu dihadapanku hah !"

"apa yang kau lakukan disini, Sasuke !"ucap Sakura dengan nada yang lumayan cukup tinggi. "Di pagi hari seperti ini ?"

"aku ingin berkunjung dirumah temanku sendiri apa tidak boleh hah ?" Tanya Sasuke masih dengan nada tingginya. "dan aku langsung mendapatkan ucapan selamat datang seperti ini hah"

Tidak ada tanggapan dari sang pemilik kamar yang baru saja melakukan tindakan konyol dipagi hari. Ternyata sedang sibuk melihat pantulan dirinya sendiri di depan kaca. Banyak kata untuk mendeskripsikan keadaanya. Kucel. Sembab. Lusuh. Berantakan. Acak-acakan, dan yang terakhir Liur.

"bagaimana bisa keadaanku seperti ini dihadapan Sasuke-kun" ucap Sakura lirih, supaya orang yang sedang ada di luar tidak mendengarnya.

"Sakura, kau baik-baik saja ?". Sasuke bertanya dengan nada yang berubah, sedikit khawatir.

"Turunlah dulu, aku segera menyusul" jawab Sakura sedikit keras. Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya akhirnya Sakura lenyap dibalik pintu kamar mandi.

Sasuke yang dilanda kebingungan memutuskan untuk turun ke ruang dapur.

"dimana Sakura, Sasuke ?" Tanya bibi setelah melihat Sasuke turun dari tangga tanpa ditemani Sakura.

"dia menyuruhku untuk turun lebih dulu bi"

"baiklah" ucap ibu Sakura. "kau masih suka dengan sup tomat kan ?"

"tentu saja, bi"

"bibi pikir tinggal lama di Amerika akan mengubah makanan favoritmu ?" ucap ibu Sakura dengan nada ceria.

"tentu saja tidak bi, saya tetap suka dengan tomat" jawab Sasuke. "bibi tidak perlu repot-repot memasakkan untuk saya bi "

"oh tidak apa-apa Sasuke. Sup tomat ini juga sudah lama menjadi favorit Sakura "

"benarkah, kenapa Sasuke baru tau ?"

"bibi juga tidak tau kenapa Sakura jadi suka dengan sup tomat, dia bilang suka dengan sup tomat sudah lama sekali, sudah tiga tahun yang lalu sepertinya"

Seseorang yang sedari tadi menjadi topik perbincangan mulai memasuki ruang makan. Sakura sudah dalam kondisi rapi dengan pakaian santainya.

"Se-selamat pagi" ucap Sakura sedikit kikuk.

"Selamat pagi sayang" jawab ibu Sakura. "baiklah mari kita makan"

Setelah beberapa menit berlalu, Sakura dan Sasuke sedang duduk bersantai di ruang tv.

"sejak kapan kau suka tomat ?"

"heh ?". Sakura tampak kaget dengan pertanyaan Sasuke. "bagaimana bisa tau ?"

"ibu yang bilang tadi" jawab Sasuke. "apa kau merindukanku ?"

Sontak jawaban Sasuke membuat Sakura kaget dan membuat kedua pipi Sakura merona. "bagaima-"

"wajahmu memerah". Sasuke memotong kalimat Sakura, Sasuke terihat menatap Sakura dan memasang tampang datar sambil mengatakanya.

"ti-tidak " jawab Sakura dengan gugup.

'manis sekali' batin Sasuke dengan menampilkan sedikit seringai.

"aku bosan dirumah, ayo kita main" ajak Sasuke kepada Sakura.

"kita ajak juga Karin"

"dia tidak bisa, aku sudah mengajaknya tadi. Tapi dia ada jadwal pemotretan lagi" ucap Sasuke dengan raut wajah yang dingin. "dia sibuk sekali akhir-akhir ini, tidak pernah ada waktu untukku"

Mendengar perkataan Sasuke membuat Sakura menjadi sedikit kasihan pada salah satu sahabatnya itu. "aku takut jika aku menjadi seperti itu suatu saat nanti pada Karin" ucap Sasuke.

Sakura lagi-lagi hanya bisa diam mendengarkan curhatan Sasuke dengan sedikit menahan rasa sakit di dada. " dan juga kau" lanjut Sasuke sambil menatap Sakura.

"aku akan selalu di sampingmu sebisa mungkin" ucap Sakura membalas tatapan Sasuke.

Mereka menyadari betul bahwa semakin hari, dan untuk kedepannya nanti akan semakin sulit untuk bertemu karena kesibukan masing-masing suatu saat nanti. Karin sebagai model, Sasuke sebagai CEO perusahaan dan Sakura seorang dokter.

"mari kita habiskan waktu yang tersisa sebelum pengangkatan jabatanku dan acara kelulusanmu sebagai dokter terjadi " ucap Sasuke sampil mengulurkan tangannya ke arah Sakura.

Entah mereka sadari atau tidak, akan banyak hal yang terjadi diluar rencana mereka, hingga mengharuskan mereka mengorbankan persahabatan.

TBC